BAB 43: A SECRET

104 6 0
                                    

Lizzy terlihat mengambil dua lembar roti dan dua butir telur dari dalam lemari yang menempel di dinding, tepat di atas kompor. Dia memasukkan roti pada alat pemanggang. Setelah itu dengan cekatan tangannya memecahkan telur dan menggorengnya di atas wajan yang telah diberikan sedikit minyak goreng.

Danny berdiri di sisi meja dapur yang memanjang di sisi dinding. Mata elangnya memandangi wajah cantik Lizzy yang terlihat serius memasak. Wanita itu terlihat sangat menarik dengan rambut tergulung ke atas, sehingga memperlihatkan leher jenjangnya.

Tak lama sarapan yang disediakan untuk Danny selesai. Mereka berjalan ke arah meja makan yang terletak di ruangan berbeda.

"Makanlah," ujar Lizzy setelah menata sepiring sarapan, lengkap dengan satu mangkuk kecil kacang panggang, saus sambal, saus tomat dan mayonnaise di atas meja.

"Kau tidak sarapan?" tanya Danny sambil menarik kursi dan duduk.

"Aku sudah sarapan tadi." Lizzy duduk di kursi samping Danny.

Danny mengambil garpu dan pisau yang terletak di samping piring. Dia memotong roti itu dan menusuknya dengan garpu. Pria itu mengarahkan potongan roti yang telah dilumuri saus ke bibir Lizzy.

"Aku masih kenyang, Dan," ujar Lizzy.

"Makanlah satu suap saja. Aku ingin menyuapimu." Pria itu tersenyum melihatnya.

Lizzy menekuk wajah, lalu membuka sedikit mulutnya. Satu potong rotipun masuk ke mulutnya.

Danny membelai ujung kepala Lizzy dan menggodanya, "Anak pintar."

Wanita itu tertawa mendengar perkataan Danny. Lizzy meletakkan sikunya dan menopang kepala sehingga bisa melihat pria itu menikmati sarapan.

Danny begitu menikmati sarapan sederhana yang dibuatkan oleh Lizzy. Ini pertama kali baginya sarapan dibuatkan dan ditemani oleh seorang wanita selain Ibunya. Dia melihat sekilas ke arah wanita yang sedang memerhatikannya.

"Jangan melihatku seperti itu, Lizzy."

"Kenapa?"

"Kita hanya berdua saja di sini. Apa kau ingin aku ..."

"Aku ke sana saja. He-he," sela Lizzy dengan tertawa aneh, lalu beranjak menuju sofa. Dia menyalakan televisi untuk mengalihkan perhatian.

Danny tertawa dan menggelengkan kepala melihat tingkah menggemaskan Lizzy. Dia kembali menikmati sarapan yang dibuatkan wanita itu.

Setelah habis, Danny bergerak ke sofa dan duduk di samping Lizzy. Mereka terdiam beberapa saat. Suasana menjadi sedikit canggung, karena mereka hanya berdua di sana dan sedang dimabuk cinta. Yeah, cinta yang belum terucap dari keduanya, tapi jelas terlihat dari cara mereka memandang satu sama lain.

Lizzy mematikan televisi karena tidak ada acara yang menarik perhatiannya. Dia meletakkan remote dan mengambil sebuah kotak lensa di atas meja. Wanita itu memutar posisi duduk menghadap Danny yang berada di sampingnya.

"Dan. Seperti yang telah kujanjikan. Aku akan mengatakan sebuah rahasia padamu. Tentang apa yang membuatku trauma saat kita melakukannya waktu itu."

"Katakanlah, Liz. Aku akan mendengarkannya."

Lizzy membuka kotak lensa dan mengambil jepit khusus untuk softlens. Dia melepaskan lensa berwarna cokelat yang menutupi matanya satu per satu. Beberapa detik kemudian, terlihat sepasang mata indah berwarna biru terang.

Danny bisa melihat mata biru yang selama ini ditutupi lensa berwarna cokelat. Saat melihat sepasang mata sayu berwarna biru itu, kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Bayangan seorang wanita kembali muncul di pikirannya, memberikan respons buruk pada tubuhnya.

Lelaki yang MenghamilikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang