Lizzy sedang beristirahat di dalam kamar siang itu. Dia memerhatikan putranya yang sedang tertidur lelap. Meski masih kecil, tapi wajahnya benar-benar mirip dengan Danny. Hanya hidung dan pipi yang diwarisi dari dirinya.
Wanita itu memejamkan mata beberapa saat. Tak lama terdengar suara Mary dari luar.
"Kau sudah pulang? Bagaimana hasil pertemuan dengan detektif tadi?"
"Mereka menemukan petunjuk lagi, Mom. Setidaknya aku sudah mengetahui kejadian pada malam itu dari penyelidikan mereka." Sayup-sayup terdengar suara bariton milik Danny dari dalam kamar.
Deg!
Jantung Lizzy berdebar dengan cepat mendengar suara pria itu. Perlahan ia duduk dan bergerak ke pinggir tempat tidur.
"Apa Aaron tidur, Mom?" tanya Danny lagi.
"Yeah, dia ada di kamar sedang tidur dengan Lizzy."
Belum sempat Danny bersuara, Lizzy terlihat berdiri di dekat pintu kamar dengan menatap sendu ke arahnya.
Pria itu ingin mendekat dan memeluk wanita yang sangat dirindukannya itu, tapi ia memilih berdiri terdiam di posisinya. Matanya mengatakan betapa besar rindu yang tersimpan di sana.
Lizzy berjalan ke arah Danny dan melihat amplop cokelat yang berada di tangannya.
"Apakah itu hasil penyelidikannya?" tanya Lizzy tercekat.
"Yeah. Ini yang diberikan detektif tadi."
"Boleh aku melihatnya?" tanya Lizzy lagi.
"Sure, kau boleh melihatnya." Danny menyerahkan amplop itu dengan berusaha menahan diri.
Lizzy duduk di sofa, sedangkan Danny duduk di seberangnya. Mary memilih duduk di samping putrinya.
Mata biru Lizzy kini melihat foto-foto hasil rekaman CCTV. Di foto itu terlihat Danny sedang minum di bar counter tempatnya bekerja. Dia juga melihat seorang wanita berambut pirang berdiri di dalam area bar counter, wanita itu adalah dirinya.
Pada foto ketiga, ia melihat seorang wanita muda dengan rambut berwarna gelap, sedang berdiri di dekat kursi yang ditempati Danny sebelumnya.
Lizzy kemudian membaca berkas yang diberikan detektif dengan kening mengerut. Dia menaikkan pandangan ke arah Danny, memintanya untuk menjelaskan semua yang tertulis di sana.
Danny menggeser tubuhnya ke depan dan menumpu tangan di atas kedua paha. Dia mengusap pelan dagunya dan menegakkan pandangan ke arah Lizzy. Pria itu melihat mata biru yang kini memandangnya dengan penuh tanya.
"Apa kau tidak ingat yang terjadi malam itu, Liz? Maksudku saat perjalanan pulang dari bar?"
Lizzy berpikir mencoba mengingat lagi kejadian hari itu, kemudian menggeleng.
"Apa kau tidak ingat pernah bertemu dengan seorang wanita paruh baya dalam perjalanan pulang?"
Wanita itu kembali menggelengkan kepala.
Danny menganggukkan kepala. "Dari hasil penyelidikan detektif, dalam perjalanan pulang kau sempat bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Hal ini diketahui saat detektif itu menanyakan kepada pegawai toko galeri yang bukan 24 jam di dekat Yarn Market. Pegawai itu melihatmu sedang berbicara dengan wanita itu tepat di Yarn Market, selama beberapa menit sebelum akhir kau menghilang dari pandangannya."
Pria itu menghela napas.
"Apa sebelum atau sesudah kejadian itu kau pernah bertemu dengan seorang wanita paruh baya?"
"Tidak. Aku tidak pernah bertemu dengan wanita paruh baya dalam perjalan pulang."
"Okay. Berarti benar kau bertemu dengannya pada hari kejadian itu. Dengarkan aku baik-baik, Liz. Seseorang memberikan kita cairan Gamma Hydroxybutyrate (GHB) dengan dosis berbeda, sehingga menimbulkan efek yang berbeda juga. Wanita paruh baya yang bertemu denganmu saat itu, memberikanmu dengan dosis yang cukup tinggi sehingga membuatmu tidak ingat kejadian sebelum, saat kejadian dan setelahnya, sampai kau benar-benar sadar. Zat itu termasuk dalam date rape drugs, yang biasa digunakan orang untuk pemerkosaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki yang Menghamiliku
RomanceHidupnya diselimuti misteri. Lahir tanpa sosok ayah. Dan saat dewasa, ia pun hamil tanpa tahu siapa yang menghamilinya. Hanya sedikit petunjuk yang ia tahu. Hingga berberapa bulan kemudian, ia bertemu dengan sosok lelaki yang mengingatkannya dengan...