STILL FLASH BACK ON
Seketika Henry menyadari tiga pasang mata sedang menatapnya aneh. Ucapannya bisa disalah artikan oleh orang yang mendengar.
"Aku hanya bercanda." Henry tersenyum aneh.
"Candaan yang tidak lucu, Henry. Aku bisa salah mengartikan ucapanmu tadi," sergah Amanda.
Lizzy dan Danny menganggukkan kepala, setuju dengan perkataan Amanda.
Henry menundukkan kepala lesu. "Baiklah, aku minta maaf jika gurauanku tidak lucu dan menyinggung. Tapi yang kukatakan serius, Ibumu cantik, Liz."
Amanda menyenggol lengan Henry. "Fokus ke tujuan kita datang ke sini, Henry."
Henry menghela napas panjang sebelum memulai pembicaraan.
"Amanda akan menceritakan bagian pertamanya kepada kalian berdua," kata Henry melempar bola panas kepada Amanda.
Gadis itu terdiam beberapa saat mencoba memilih kalimat yang tepat untuk mengatakannya kepada Lizzy.
"Tadi pagi, Clarissa memanggilku."
Amanda berhenti sejenak mengamati reaksi Lizzy dan Danny. Mereka berdua terlihat tenang menunggu gadis itu melanjutkan ceritanya.
"Dia menawarkan berbagai hal kepadaku jika berhasil memisahkan kalian," tambahnya.
Amanda kemudian menceritakan detail yang terjadi tadi pagi.
Mata biru Lizzy membesar tidak menyangka Clarissa berani membujuk Amanda, dengan memberikan tawaran yang tidak akan ditolak oleh orang yang silau dengan uang.
"Lalu apa rencanamu? Apa kau akan menerimanya?" tanya Lizzy.
"With no doubt, I will say no. Hubungan pertemananku denganmu jauh lebih berharga dari apa yang ditawarkannya, Liz." Amanda menggelengkan kepala.
"That's so sweet, Amanda. Terima kasih telah memilihku." Lizzy memberikan pelukan kepada Amanda.
"Amanda. Kau jangan menolak dulu," pinta Henry.
Pria itu melihat ke arah Amanda, Lizzy dan Danny secara bergantian.
"Bagaimana jika kita menyusun rencana untuk menjebaknya? Artinya bukan dia yang akan menjebakmu, tapi dialah yang terjebak." Henry mengusulkan.
"Henry benar. Aku rasa inilah saatnya kita untuk mencari tahu apakah mereka terlibat dalam kejadian saat di Dunster itu." Danny setuju dengan ide Henry.
"Apa kau punya rencana, Dan?" tanya Henry.
"Amanda. Bisakah kau berpura-pura menerima tawaran dari Clarissa? Setelah dia mengatakan rencananya, kita akan menyusun rencana berikutnya. Untuk saat ini kau katakan saja bahwa kau setuju," pinta Danny.
Raut wajah Amanda terlihat cemas, khawatir jika Clarissa bertindak nekat terhadap dirinya.
"Kau tidak perlu cemaskan Clarissa, Amanda. Di antara mereka, justru Clarissa yang paling lemah. Aku mengenal mereka dari kecil. Clarissa hanya boneka suruhan Cecile." Henry mencoba meyakinkan Amanda.
"Kami ada bersamamu. Aku berani menjamin, dia tidak akan bisa menyakitimu." Danny menambahkan.
"Benar, Amanda. Seperti apa yang pernah kukatakan kepadamu. Kau adalah asisten pribadiku. Akulah yang berhak memecatmu atau tetap mempekerjakanmu, bukan dia. Aku juga akan menjamin keselamatanmu. Percayalah!" tutur Lizzy sambil menggenggam tangan Amanda.
Gadis itu menghela napas panjang, kemudian menganggukkan kepala setuju.
"Baiklah, aku akan melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki yang Menghamiliku
RomanceHidupnya diselimuti misteri. Lahir tanpa sosok ayah. Dan saat dewasa, ia pun hamil tanpa tahu siapa yang menghamilinya. Hanya sedikit petunjuk yang ia tahu. Hingga berberapa bulan kemudian, ia bertemu dengan sosok lelaki yang mengingatkannya dengan...