•••••••~~~ SELAMAT MEMBACA
Varo perlahan-lahan membuka matanya yang terpejam, ia berusaha menyamakan sinar matahari yang masuk ke celah-celah jendela dengan matanya.
Ia bangkit dari tidur nya kemudian meringis memegang kepalanya yang tiba-tiba saja mulai sakit kembali.
Sebuah ingatan asing secara tiba-tiba mulai berputar di dalam kepala nya seperti kaset rusak yang berulang-ulang di putar dengan gambaran yang kabur.
"Ssssttt sial!"
Varo meringis, ingatan yang baru saja ia lihat begitu banyak namun kabur ia hanya ingat nama Vano dan juga keluarga selebihnya tidak.
Varo terdiam cukup lama menatap kosong pada udara, ia turun dari brangkar nya dan mencari cermin di dalam laci bawah nakas rumah sakit.
Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Varo mengangkat dan melihat wajahnya.
'𝘉𝘳𝘶𝘬𝘬!"
Varo terduduk dengan tatapan yang kosong kemudian menggeleng pelan dengan senyum tak percaya.
"H-haha g-gak mungkin, p-pasti gue salah lihat!"
Varo tidak melihat wajahnya yang ia lihat adalah wajah asing yang tidak pernah Varo lihat seumur hidupnya.
Varo memperhatikan lengan nya dan juga mengangkat celana yang menutup kakinya, ia tak bisa mengelak lagi.
Di mana semua bekas luka dan cambukan yang ia punya bahkan memar di lengan nya pun hilang berganti dengan lengan kecil yang ramping begitupun dengan kaki yang jenjang. Kulit yang putih bersih dan juga lembut sangat berbanding terbalik dengan fisik nya yang dulu.
"Sial kenapa ini bisa terjadi! Kenapa gue gak langsung aja mati kenapa harus hidup lagi sih! Ini gak adil gue mau bebas anjing!"
Varo berlari membuka tirai jendela dengan lebar dan menatap langit malam yang gelap. Varo menatap benci pada sesuatu yang di atas sana.
Ia sudah muak dengan dunia, kenapa di saat ia sudah menyerah dan berharap mendapatkan kebahagiaan di dunia lain kini lenyap hanya karena hidup kembali.
Dunia itu menyeramkan, Tuhan tak adil pada nya, hidup kembali belum tentu mendapatkan kehidupan yang berbeda.
"Gue gak mau hidup! Gue hidup juga gak ada gunanya Tuhan!"
Tanpa sadar air mata Varo menetes ia mengigit bibir bawah nya menahan isakan yang mulai terdengar.
"Gue benci hidup gue, gue benci keluarga, gue benci semua nya!" teriak Varo sekali lagi.
Setelah cukup lama menangis ia mulai kembali tenang dan sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
"Ok! Gue gak akan ikutin alur yang lo buat, gue sendiri yang akan buat kisah hidup gue sendiri!"
Varo berucap dengan tatapan lurus ke atas menatap tajam ke langit malam tanpa bintang hanya ada bulan yang menerangi malam itu.
'𝘒𝘳𝘦𝘬'
Pintu terbuka terlihat pemuda yang memiliki wajah tampan bak dewa Yunani tersenyum manis menatap Varo.
"Kenapa di sini? Kenapa turun dari kasur hm?"
Varo hanya diam dengan mata yang masih fokus menelusuri setiap inci dari pahatan wajah pria di depan nya, ia ingat siapa pria di hadapan nya saat ini.
𝘽𝙖𝙨𝙩𝙞𝙖𝙣 𝙀𝙫𝙚𝙧𝙡𝙮 𝙅𝙤𝙝𝙣𝙨𝙤𝙣
Yah, bastian kakak pertama pemilik tubuh yang ia tempati saat ini. Varo menggeleng pelan tanpa mengekspresikan wajahnya.
Bastian tersenyum lirih kemudian menarik lembut tangan sang adik dan membawanya kembali ke brankar nya, Varo hanya menurut dan duduk berhadapan dengan bastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!)
Teen Fiction"Saatnya membuat kisah hidup gue sendiri!" ●◉◎◈◎◉● Seorang pemuda manis yang tidak sengaja memasuki tubuh seorang bungsu keluarga Johnson, sebab penyiksaan yang di lakukan oleh keluarga angkat nya. Namun di saat ia berada di tubuh sang bungsu ia me...