BAB SEPULUH

152 5 0
                                    

. SELAMAT MEMBACA 💐
.

. ••°••

Vano berjalan dengan langkah cepat menuju kelasnya nya, disepanjang lorong bisik-bisik tentang dirinya dapat didengar nya. Berita tentang dirinya yang menampar Candra meluas begitu cepat 1 sekolah sudah tau tentang hal itu.

Dengan perasaan campur aduk Vano melempar bokong nya dengan kasar di atas kursi. Ia mengacak rambutnya kemudian bersandar dengan menatap ke atas.

'𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘢𝘮𝘱4𝘳 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘪𝘩?!'

'𝘈𝘢𝘩𝘩𝘬𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘨𝘶𝘦 𝘤𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘨𝘶𝘦 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘣𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩! 𝘚𝘪4𝘭 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘨𝘶𝘦!!'

Seperti itulah kira-kira isi pikiran Vano saat ini, sungguh ia dibuat menyesal telah menampar wajah Candra, ini sama saja dengan dirinya yang menambah musuh.

Setelah kejadian dimana Abel yang membantunya untuk mengatasi candra ia langsung melarikan diri tidak ingin ikut campur dengan perseturuan kedua pria dominan itu. Si Vano lepas tanggungjawab:v

Saat sedang asik nya bergulat dengan isi pikiran nya tiba-tiba saja seseorang menaruh sebuah kantung plastik dengan sebuah makanan didalam nya. Vano menatap heran pada sosok pemuda yang membawa benda itu.

"A-anu... Tadi di kantin gue liat lo belum makan karena debat sama Candra, jadi gue bawain lo makanan... "

Pemuda itu menggaruk tengkuknya terlihat rasa takut diwajahnya saat Vano yang tak mengalihkan pandangannya dan hanya terdiam.

"O-ohh... Oky thanks" balas Vano dengan sedikit tersenyum tipis ia membuka kantung itu terdapat bakso seperti pesanan sebelum nya.

'𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘯𝘪𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨' batin Vano sesaat setelah memasukkan sesuap bakso kedalam mulut nya.

"Nama lo sapa?"

Vano mencoba untuk memulai topik, karena memang dirinya belum tau siapa pemuda manis didepan nya saat ini, padahal mereka sekelas.

"𝘼𝙩𝙝𝙖 𝙒𝙞𝙡𝙡𝙞𝙖𝙢, panggil Atha aja."

Atha tersenyum canggung dan juga sedikit raut kecewa karena Vano tidak tau namanya padahal mereka yang sekelas dan juga duduk dalam 1 baris, yang dimana atha yang duduk didepan Vano sedang kan Vano di belakang nya.

Vano memakan bakso nya dengan lahap sadari tadi ia memang sedang sangat lapar. Atha tersenyum bahagia saat melihat Vano yang lahap memakan makanan yang ia bawa, bagi nya ini adalah sebuah kejadian yang langka terlebih lagi ini kali pertama nya berbicara secara langsung pada Vano.

Dulu Vano sangat tidak peduli dengan sekiranya bahkan Vano tidak memiliki teman satupun disekolah, entah karena para murid yang takut padanya atau karena Vano yang tidak berminat untuk memiliki seorang teman.

Setelah selesai makan Vano bernafas lega dengan perut yang sudah terisi penuh, ia melirik Atha yang sepertinya ingin mengajukan sebuah pertanyaan namun tak kunjung tersampaikan.

"Mau ngomong apa?"

Atha tersentak saat Vano kembali mengajak nya mengobrol ia tersenyum kikuk, Vano menaikturunkan alisnya menunggu.

"Umm, lo baik-baik aja? Katanya lo habis kecelakaan kan?" tanya nya sedikit ragu jika Vano akan menjawab pertanyaan nya.

"Seperti yang lo liat, gua oke."

TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang