BAB SEMBILAN

106 5 0
                                    

.
..   ..     ..  ..    Selamat membaca 💐
.
                              ••°••

Motor sport memasuki area sekolah, motor yang tak lain adalah motor Abel. Semua siswi disekolah itu berteriak histeris mengagumi ketampanan Abel. Namun mereka semua juga di landa rasa heran melihat seseorang yang di bonceng oleh Abel selama ini mereka tidak pernah melihat sang Abel dominan membonceng seseorang bahkan yang mereka tau Abel tidak pernah dekat dengan seseorang.

Vano turun dari motor Abel ia membuka helm yang ia kenakan menatap penuh takjub pada gedung dihadapannya.

𝙕𝙚𝙣𝙞𝙩𝙝 𝙝𝙞𝙜𝙝 𝙎𝙘𝙝𝙤𝙤𝙡 sebuah sekolah elite yang menjadi dambaan semua orang, begitu banyak anak pengusaha besar yang bersekolah ditempat itu.

Senyum Vano begitu lebar melihat sekolah yang didambakan olehnya sejak dulu, mungkin ia akan bersyukur karena telah berada di tubuh Vano.

Abel yang melihat senyum Vano mematung sesaat, jika ia ingat-ingat ini menjadi sebuah senyuman pertama setelah sekian lama hilang dan tidak pernah ia lihat lagi. Ia akan terus berusaha membuat adiknya tersenyum lebar ia akan melakukan berbagai hal agar adiknya tetap bisa memperlihatkan senyuman nya. Semua hal-hal yang membuat adiknya sedih akan ia singkirkan dengan tangannya sendiri.

Dilain sisi seluruh murid yang melihat jika orang yang mereka bicarakan adalah Vano membuat semua nya terkejut bukan main. Ini adalah hal langka yang mereka lihat selama ini.

Ada beberapa siswa yang memotret menjadi kan berita itu viral di seluruh sekolah, kejadian ini harus mereka abadikan.

Abel yang sudah muak mendengar ocehan para murid mulai menarik pergelangan tangan Vano dengan lembut membawa sang adik masuk ke dalam sekolah.

Koridor sekolah menjadi heboh saat melihat Abel menggandeng tangan Vano, bahkan ada beberapa dari mereka menutup mulut saking syoknya.

Abel berhenti berjalan otomatis Vano ikut berhenti ia menatap sang abang bingung.

"Kita beda kelas, kelas gue di bagian sini. Lo gakpapa kan ke kelas lo sendiri?" Abel menunjuk ke arah lorong kiri dimana kelas nya berada.

Vano hanya mengangguk paham, sedikit bertanya tentang arah jalan kelasnya setelah tau ia mulai melanjutkan langkah nya mencari ruang kelasnya sendiri.

Setiap berjalan Vano selalu mendengar ucapan yang membuat telinga nya panas dari siswa-siswi, ada yang menatap nya sinis dan juga tersenyum padanya.

Vano berhenti didepan sebuah kelas, ia mendongak membaca kelas yang tertera disana. 𝗫 𝗜𝗣𝗔 𝟭

Vano menarik nafas dalam-dalam mempersiapkan dirinya untuk masuk, ia merasa sedikit gugup karena ini menjadi pertama kalinya ia bersekolah.

Perlahan-lahan Vano membuka pintu kelas, suara ricuh dari murid seketika senyap semua nya terdiam dengan mata yang tertuju pada Vano.

Vano melangkah dengan santai ke arah meja nya, ia sedikit ingat dimana letak kursinya nya berada, yaitu di belakang pojok samping jendela tempat yang paling Vano suka.

Berbagai tatapan mengarah kearahnya, namun Vano berusaha tetap tenang tak lama kemudian bisik-bisik mulai terdengar ditelinga Vano. Ia menghela nafas gusar saat mendengar hinaan dan juga cibiran para murid.

Hingga guru yang akan mengajar dikelas X IPA 1 datang seorang guru muda bernama tag  𝗧𝗜𝗡𝗔 𝗔𝗥𝗧𝗛𝗔𝗡𝗔.

Pelajaran kemudian bermulai seperti belajar sebelum nya namun sang guru sedikit gugup lantaran melihat kehadiran sang antagonis dikelasnya yang sempat beberapa minggu izin karena sakit.

TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang