albino

30 1 0
                                    


. Selamat membaca💐
.

                  ∘₊✧──────✧₊∘

Sedang kan diluar Adam sudah berhasil menghentikan Vano yang menangis, bisa gawat jika Vano trauma dengan masalah hari ini terlebih lagi ini adalah hari pertama Vano bersekolah disekolah nya.

Hidung Vano memerah karena menangis, ia terus memaki dalam hati tentang para murid yang ingin macam-macam dengan nya dan juga pada sekolah AIS.

'𝘔𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘨𝘶𝘦 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘴𝘪𝘯𝘪!'

"Udah gak usah nangis lagi, mereka gak bakal bisa macam-macam sama lo lagi kok,"

"Lo enak tinggal ngomong! Lahh gue hampir digilir anjig! Harus nya gue emang gak kesini, nyesel gue!!"

Vano berteriak sembari sesekali mengusap ingus nya yang meler:) Adam hanya biasa diam sembari mendengar Vano yang mengumpat setidaknya itu bisa menghilang rasa takut Vano, sedikit bersyukur sebab Vano tidak trauma setelah kejadian itu.

"Tapi... Makasih udah nolongin gue,"

"Gue gak buat apa-apa, nanti sama Arsel aja  bilang makasih nya"

Baru saja namanya di sebut sang pemilik nama muncul, kedua pemuda itu terkejut melihat tangan Arsel yang penuh darah.

"Gak ada yang mati kan? Juan?"

Juan menggeleng pelan, helaan nafas dari Adam terlihat. Masalah nya sudah menumpuk karena ulah dari Arsel.

"Tangan lo?"

"Gak ada yang luka. Lo? Apa ada yang sakit?"

Vano menggeleng pelan, Arsel yang melihat kancing baju atas Vano terbuka, tangan nya bergerak sendiri untuk mengancing kembali baju itu, walau sempat terkejut Vano tetap diam ditempatnya.

Setelah selesai ia menatap wajah Vano, tersenyum tipis, rasanya ingin memeluk si manis nya namun melihat tangan nya penuh dengan darah ia mengurung kan niat nya.

"Lain kali jangan berkeliaran sendirian, bahaya apa lagi lo dari sekolah ZHC hubungan antara AIS dan ZHC sedikit gak akur jadi lain kali hati-hati,"

Wajah Vano cemberut ia merasa sedang dimarahi secara lembut oleh Arsel.

"Umm thanks... "

Vano memalingkan wajahnya sebab saat ini pipinya sedang memerah entah karena apa. Arsel yang melihat nya tak bisa menahan untuk tidak tersenyum menahan nafsu nya melihat wajah malu-malu Vano entah kenapa membuat tubuh nya terangsang.

Arsel menutup hidungnya saat merasakan sesuatu keluar dari sana, '𝘢𝘩𝘩𝘬𝘬 𝘢𝘱𝘢 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘦 𝘨𝘶𝘥𝘢𝘯𝘨...?'

Mata Arsel kalang kabut ia menjilat bibir bawahnya pipi nya memerah masih dengan hidungnya yang mengeluarkan darah.

'𝘋𝘪𝘢 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘨𝘪𝘭𝘢' batin Juan menelan ludahnya kasar.

"Udah, hapus tuh darah di hidung lo. Sesuatu yang ada dalam otak lo sebaiknya lo buang jauh-jauh,"

Adam menepuk pundak Arsel menyadarkan pemuda itu sebelum sesuatu membuat pemuda itu menyesal seumur hidup. Ia juga memberikan saputangan untuk menghapus darah Arsel.

"A-anu itu gakpapa...?" Vano mencoba melangkah mendekat pada Arsel ia sedikit khawatir pada pemuda yang menyelamatkan nya itu.

Darah yang mengalir pada hidung Arsel bertambah saat tak sengaja membayangkan sesuatu tentang Vano.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang