.
. Selamat membaca 💐
.••°°••
Vano celingak celinguk mencari keberadaan Riko namun nihil ia kehilangan jejaknya. Vano berdecak kesal memilih kembali ke tempat Ragil sebab Abel yang mungkin sudah kembali namun baru saja melangkah pergi seseorang yang tidak ia kenal menghampiri nya.
"Tuan Vano? Tumben sekali anda kesini, apa anda ingin bertemu dengan tuan Aldo?"
Vano mengerutkan kening nya menatap heran orang berjas dihadapan nya saat ini.
"Siapa ya?"
"Eh, siapa apanya tuan? Bukannya anda kesini untuk bertemu dengan tuan Aldo?"
Vano berpikir keras berusaha mengingat orang bernama Aldo namun semakin ia ingat membuat kepalanya tiba-tiba kembali terasa sakit.
Pemuda yang di ketahui adalah seorang pengawas di bAr itu seketika menjadi panik dan khawatir ia dengan takut-takut menyentuh bahu Vano sekedar membantu.
"Anda baik-baik saja tuan? Mau saya bantu ke ruangan anda?"
Otak Vano semakin ingin mengetahui maksud perkataan orang didepan nya, Vano memaksa untuk mengingat semua nya membuat nya tiba-tiba menjerit kesakitan sambil memegang kepalanya.
Penjaga itu berusaha menenangkan Vano melihat banyak orang-orang yang memperhatikan membuat penjaga itu membawa Vano pergi dari sana dengan memapah nya.
Penjaga itu baru ingin membuka sebuah pintu ruangan namun bahu nya tiba-tiba di sentuh oleh seseorang membuat nya berbalik menatap pemuda itu.
Vano yang merasa sudah mulai membaik melepas rangkulan penjaga kemudian menatap orang yang tak asing di mata nya.
Tiba-tiba saja tubuh Vano di tarik memeluk tubuh orang asing itu membuat nya terkejut, namun ia diam karena merasa nyaman.
"Lo berani macam-macam sama pacar gue hah!!?"
Vano membulat kan matanya begitupun dengan penjaga itu, ia terlihat menyesal memohon maaf dan menjelaskan maksud, ia hanya ingin menolong Vano yang kesakitan bukan maksud yang lain.
Arsel, pemuda itu tidak percaya ia menarik kerah baju penjaga menatap nya dengan tajam baru saja ingin melempar pukulannya, malah di tahan oleh Vano.
"Dia cuman mau bantu gue, Arsel!"
"Lo pergi dari sini,"
Penjaga itu membungkuk pamit undur diri merasa lega karena tak mendapat perselisihan dengan seorang pelanggan.
"Van, lo kenapa ketempat ini? Lo sama siapa? Lo tau kan tempat ini itu gak baik buat lo, kalo tadi gue gak ada lo pasti dalam bahaya!"
"Shttt, lo diam! Kepala gue masih sakit!"
Vano menghela nafas lelah kembali menyentuh kepalanya yang kembali berdenyut karena omelan dari Arsel.
"Lo minum? Itu bahaya tau! Lo minum berapa gelas hah?"
"Ck! Gue gak minum! Udah ya lo mending diem aja kepala gue tambah sakit karena dengar lo ngomong!"
Seketika Arsel terdiam ia tidak berbicara lagi, memilih menatap wajah Vano yang sejujurnya ia rindu, bahkan wajahnya saat ini tengah memperlihatkan kekecewaan.
Tatapan Vano menjadi malas, setelah mengingat semua ingatan dari Vano.
'𝘚𝘪4𝘭, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘨𝘶𝘦 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘢𝘥𝘦𝘨𝘢𝘯-𝘢𝘥𝘦𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘰 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘪𝘯 𝘴𝘪𝘩, 𝘝𝘢𝘯𝘰!'
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!)
Teen Fiction"Saatnya membuat kisah hidup gue sendiri!" ●◉◎◈◎◉● Seorang pemuda manis yang tidak sengaja memasuki tubuh seorang bungsu keluarga Johnson, sebab penyiksaan yang di lakukan oleh keluarga angkat nya. Namun di saat ia berada di tubuh sang bungsu ia me...