bab 13

32 1 0
                                    


.  Selamat membaca 💐
.

         ••°°°••

06:10

Vano menuruni tangga dengan langkah pelan, hingga sampai pada meja makan terlihat makanan sudah tersaji dengan rapi diatas meja namun tidak seperti biasanya.

Ayahnya dan juga kedua abangnya tidak ada di meja makan, ia menatap sekeliling mencari keberadaan keluarganya namun ia tidak menemukannya. Hingga ia memilih bertanya pada seorang pelayan di sana.

"Tuan besar sedang masuk rumah sakit dan kedua tuan muda menjaga beliau dari semalam taun,"

Vano terdiam kaku, entah apa yang ada di dalam pikiran nya saat ini, tiba-tiba rasa bersalah pada mahendra muncul. Ia mengusap wajahnya kasar.

Vano keluar dari Mansion tanpa sarapan terlebih dahulu, seorang sopir mobil pribadi keluarga Johnson menghampiri nya dan mengajak Vano untuk masuk ke dalam mobil, karena Abel yang izin tidak masuk sekolah sebab sedang menjaga sang ayah di rumah sakit.

Ia menatap ke arah luar jendela dengan tatapan dan pikiran yang terus melayang jauh, ia dibuat frustasi dengan keadaannya saat ini. Ia dibuat bingung dengan perasaannya pada keluarga nya.

Kenapa ia begitu marah semalam? Bahkan ia marah pada Mahendra. Seharusnya ia tidak boleh marah sebab semua yang ada di sekitar nya bukan lah miliknya ia tidak memiliki hak untuk marah pada Mahendra, namun ia tidak bisa melihat orang yang ia percaya terluka, orang pertama yang ia percaya adalah Abel.

Saat sedang melamun tiba-tiba saja mobilnya berhenti, ia melihat sang sopir turun dan memeriksa mesin pada bagian depan mobil.

Karena merasa heran ia ikut turun dan bertanya langsung pada sopir.

"Mobil nya mogok tuan,"

Vano menjadi lebih frustasi lagi, ia melihat jam diponselnya sudah menunjukkan 06:40 yang berarti tinggal 20 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.

Bahkan jika ia menyuruh sopir nya untuk memesan taxi itu membutuhkan waktu yang lama melihat jalan ke sekolah nya masih lumayan jauh membuat nya benar-benar kesal.

Tiba-tiba klakson dari motor dibelakang nya membuat nya terkejut, ia menoleh melihat pelaku yang hampir membuat nyawa kedua nya melayang.

"Kenapa mobil nya??" tanyanya sambil melepas helm hitamnya.

'𝘊𝘬, 𝘨𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘮𝘢-𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘩𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘤𝘰𝘱𝘰𝘵!'

Vano melihat malas pada Arsel, "mogok!" balasnya singkat.

Arsel hanya mungut-mungut mengerti, ia terdiam diatas motor ny sambil mengamati mobil yang sedang di perbaiki oleh sang sopir.

"Pasti lama. Gimana kalo gue antar lo aja ke sekolah? 15 menit lagi jam 7 loh nih." sahut Arsel tiba-tiba sambil melihat jam di tangan kirinya.

Vano berpikir keras, yang dikatakan oleh Arsel benar jika ia menunggu mobil nya selesai mungkin akan sangat lama dan waktu nya hanya 15 saja. Ia dengan pasrah mengangguk menerima ajakan dari Arsel.

Terlihat senyum mengambang diwajah Arsel dengan perasaan yang gembira ia menyodorkan satu helm cadangan pada Vano. Tak lupa Vano memberitahu sopir nya.

"Pegangan nanti lo jatuh."

"Ini udah!"

Vano memang besi pada jok belakang motor bahkan ia juga memberi jarak antara tubuh nya dan juga Arsel.

TRANSMIGRASI (GUE BUKAN VANO!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang