Happy reading...
.
.
.
.
"Uchiha Sasuke." Neji bergumam kecil, menyebut nama pemuda yang membuat hati gadis merah muda itu bersedih selama ini.
Mata Neji menatap pada langit malam yang kelam melalui jendela kamarnya, tiada bintang di sana hanya ada kegelapan. "Mungkinkah hati Sakura juga seperti itu? Gelap karena Uchiha Sasuke telah meninggal?" gumamnya lagi.
Naruto tak menceritakan detailnya, hanya garis besarnya seperti, "dia adalah orang yang Sakura cintai, namun ia telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu."
Jadi, Neji menyimpulkan jika Sakura patah hati karena seorang Uchiha Sasuke. Tapi, entah kenapa Neji tak menyukai hal itu.
"Adakah cara untuk menyembuhkan hatinya?" gumam Neji.
Tok tok
Suara ketukan halus di pintu membuat Neji memutar lehernya ke arah pintu kayu itu, Neji segera berdiri dari duduknya dan menghampiri pintu bewarna coklat itu kemudian membukanya.
Ketika pintu itu terbuka, seorang gadis berambut gelap dengan mata yang persis seperti dirinya telah berada di sana. Gadis itu tersenyum lembut padanya dengan membawa nampan berisi cemilan dan juga minuman hangat.
"Hinata-sama." Neji mundur selangkah menyebut nama Hinata, ia terkejut juga dengan kedatangan Hinata yang mendadak ke kamarnya.
"Neji-Niisan, bolehkah aku masuk?"
Neji, meski ia terkejut tapi ia mengangguk dan mempersilahkan Hinata untuk masuk. Meski ia hilang ingatan, tapi ia tahu Hinata adalah orang yang harus ia hormati. Seperti ia menghormati Tuan Hiashi dan juga Hanabi.
Hinata melangkah masuk ke dalam kamar Neji, ia mendekati jendela, duduk di dekat jendela dan meletakan nampan itu di sana. Kemudian gadis yang telah menjadi bagian dari Uzumaki itu menoleh pada Neji. "Ayo, duduk di sini," ajaknya pada Neji.
Tanpa banyak bicara Neji duduk di sana, berhadapan dengan Hinata.
"Minumlah," kata Hinata sambil menyodorkan cangkir berisi teh hangat.
"Terimakasih, Hinata-sama."
Kemudian mereka sama-sama terdiam, tampaknya Neji juga tak berniat untuk berbicara. Tentu saja hal itu membuat Hinata tersenyum kecil melihatnya, sejak hilang ingatan Neji memang tak terlalu banyak bicara padanya tapi uniknya ada ketertarikan aneh yang ia lihat pada Neji setiap kali Neji melihat Sakura.
"Sakura ...." Hinata membuka mulutnya menyebut nama seorang gadis, dan benar saja Neji langsung menoleh padanya dengan tatapan tertarik.
"Ya?" Bahkan Neji tak menyadari jika suaranya menjadi antusias.
"Haha," tawa kecil keluar dari mulut Hinata membuat Neji mengerutkan alisnya. "Neji-Niisan tertarik pada Sakura?" tangan Hinata tanpa bertele-tele lagi.
Neji terdiam karena perkataan Hinata barusan, tapi ia hanya bis menunduk. "Entahlah, hanya saja ... Hanya dia orang yang aku tahu." Neji menundukkan kepalanya, benar karena Sakura satu-satunya orang yang ia rasa dekat walau faktanya tak seperti itu.
Uzumaki Hinata tersenyum lembut. "Aku mengerti," katanya. "Jika Neji-Niisan tertarik padanya, kenapa tak mendekatinya saja?" ujar Hinata memberikan saran pada kakaknya itu.
Neji yang mendengar itu terkejut bukan main. "A-apa?" ucapnya gugup.
"Neji-Niisan menyukainya?" tanya Hinata, mengabaikan keterkejutan Neji pada perkataannya barusan.
Neji menggeleng pelan. "Aku ... Aku tidak tahu," kata Neji pelan. Jujur saja, Neji bingung apakah ia tertarik pada Sakura atau hanya penasaran.
Senyum lembut tak hilang dari wajah Hinata, bukan tanpa alasan Hinata bertanya tentang hal ini pada Neji. Sejak melihat Neji yang tersadar di Rumah Sakit, Hinata bisa melihat ada sebuah ikatan samar antara Neji dan Sakura.
Jadi, Hinata berharap itu nyata. Seperti, Neji dan Sakura, mungkin saja mereka bisa saling menyembuhkan bukan?
Hinata sudah melihat betapa hancurnya Naruto beberapa tahun yang lalu atas kematian Sasuke, tapi Hinata berhasil menjadi pengobat untuk Naruto. Tapi, untuk Sakura siapa yang akan mengobati dukanya? Hinata resah, simpati pada Sakura.
Jadi, jika ada kesempatan yang bagus kenapa Neji dan Sakura tak mencoba?
Tangan Hinata bergerak menyentuh tangan Neji dan menggenggamnya erat, seolah memberikan keyakinan pada kakak sepupunya itu. "Hatimu, kau yang lebih mengerti apa yang kau inginkan, beristirahatlah Neji-Niisan."
Setelah mengatakan itu Hinata berdiri dari sana meninggalkan Neji yang merenung mendengar kata-kata yang Hinata ucapkan itu.
"Mungkinkah?"
~~~
"Jadi, setelah ini kurangi makan makanan pedas dan juga alkohol, sampai pencernaanmu menjadi baik lagi." Sakura berdiri di samping ranjang pasien rumah sakit sembari mengatur laju cairan infus.
Pasian pria yang terbaring di ranjang hanya bisa mengangguk. "Terimakasih, Sakura-san."
Sakura tersenyum pada pasien itu sejenak lalu keluar dari ruang rawat itu, begitu tiba di luar Sakura langsung membuka sarung tangannya lalu mengusap peluh di keningnya. Akhir-akhir ini ia menjadi agak lelah, ia bekerja terlalu keras.
Pandangannya ia alihkan ke luar jendela, ternyata sudah jam makan siang. Matahari sudah bersinar sangat terik, membuatnya sedikit kepanasan di sini. "Ah, ini waktunya pemeriksaan kesehatan Neji-san," gumamnya.
Teringat dengan janjinya untuk memeriksa Neji hari ini. Ia telah membuat janji akan memeriksa Neji di kediaman Hyuga.
Memang agak merepotkan harus pergi ke kediaman Hyuga ketika jam makan siang, tapi Sakura tak punya pilihan lain karena ini permintaan tuan Hiashi langsung padanya. Bagaimanapun rumah sakit untuk anak yang ia bangun pasca perang juga hasil sumbangan dari Hiashi Hyuga.
Itulah kenapa Sakura membalasnya dengan melakukan perawatan langsung pada Neji.
Setelah berjalan di lorong rumah sakit yang terang, Sakura tiba di ruangannya. Ia buka jas putih yang melekat di tubuhnya, meninggalkan pakaian misi merah yang biasa ia pakai. Setelah itu Sakura keluar dari ruangan itu dan menuju kediaman Hyuga.
Sebelum itu Sakura sudah melaporkan kepergiannya dari rumah sakit dan jadwalnya hati ini serta memberikan instruksi bagi Ninja medis lain untuk merawat pasien yang tersisa di sana.
~~~
"Hyuga."
Sakura membaca tulisan di gerbang masuk distrik Hyuga, setelah itu melapor pada penjaga yang ada di sana ia masuk ke dalam dan menuju tempat Neji.
"Argh!"
"Cepat, panggil Haruno! Neji kesakitan!"
Ketika kaki Sakura baru saja menginjak halaman rumah Hiashi, kening Sakura berkerut kala ia mendengar suara jeritan kesakitan dari dalam, di susul oleh suara Ketukan Klan Hyuga yang menyebut namanya.
Bergegas Sakura bergerak menuju rumah itu dan ketika ia tiba di pintu masuk, pintu itu terbuka lebar menampilkan salah satu penjaga dengan mata khas Hyuga yang tampak terkejut melihatnya.
"Haruno-san?!"
"Ada apa?!" tanya Sakura dengan wajah serius.
"Neji, saya tak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi tiba-tiba ia kesakitan!"
Mendengar itu tanpa membuang waktu Sakura melewati penjaga itu dan masuk ke dalam, ia menerobos rumah yang sudah ia hafal itu, melalui satu persatu ruangan di sana untuk menuju kamar Neji.
Dan ketika Sakura tiba di sana, mata Sakura membesar melihat Neji berada di lantai, meringkuk kesakitan sambil memegangi dadanya. Raut wajah Neji tampak kesakitan, mata Byakugan nya aktif tanpa kendali.
"Argh!! Sakit!"
"Neji-san!"
.
.
.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/371931239-288-k879882.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers of Spring ✓END [NejiSaku Fanfiction]
Fanfic•NejiSaku Fanfiction •COMPLETED IN WATTPAD ~~ Ketika perang dunia Shinobi ke empat berakhir, Neji tak meninggal dunia. Ia masih hidup namun sekarat, berhasil diselamatkan oleh Sakura meskipun berakhir koma selama dua tahun lamanya. Dan setelah dua...