16. Rumah Sakit🏥

173 14 4
                                    


**✿❀ ❀✿**

Sehun memasuki ruangan nuansa putih itu dengan langkah pelan penuh keraguan, terbayang wajah marah Dilraba saat pertama kali mengetahui kehamilannya dan terbang langsung ke Korea hanya untuk mengutuk perbuatan Sehun yang ia kira berbohong soal win...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun memasuki ruangan nuansa putih itu dengan langkah pelan penuh keraguan, terbayang wajah marah Dilraba saat pertama kali mengetahui kehamilannya dan terbang langsung ke Korea hanya untuk mengutuk perbuatan Sehun yang ia kira berbohong soal wine mahal sehingga saat itu dia hamil anaknya.

Lalu terganti dengan wajah kesal yang terlihat imut di mata Sehun, menghadapi tingkah aneh wanita hamil itu, bagaimana Dilraba memperlakukan Sehun layaknya budak suruhan, tapi pada saat itu Sehun mengerti bagaimana keluarga yang sebenarnya, Dilraba adalah istrinya sekalipun mereka sama-sama keberatan atas pernikahan penuh paksaan itu, wanita hamil itu menginginkan banyak hal aneh yang berusaha Sehun kabulkan hanya karena takut anaknya akan ileran. Senyuman Dilraba saat keinginannya terkabul lalu bersikap manis sebagai tanda terimakasih. Sering kali Sehun mendapati wanita itu tersenyum cerah sambil mengusap perut ratanya dan berbicara sendiri seakan janin di dalam sana mendengar kebahagian.

kehadiran janin di dalam rahimnya memberi warna dan semangat baru untuk hubungan mereka berdua.

Sehun menatap sendu pada wanita yang masih terbaring di ranjang dengan wajah pucat dengan alat menis menempel pada tubuhnya. Tangan kirinya dipasangkan gif karena cedera saat jatuh kemarin malam.

"Dil-ya, bagaimana sekarang?" Entah pertanyaan itu untuk siapa. Sehun membelai rambut hitam Dilraba dengan pelan, menahan diri agar tidak menangis.

"Sehun..."

Panggilan pelan itu menyedarkan Sehun dari lamunan, menaruh esensi pada pemilik suara "Kau sudah sadar, kenapa? Apa ada yang sakit? Apa tanganmu terasa sakit? Aku panggil Dokter."

Dilraba menggeleng pelan, dia merasa sedikit pusing tapi merasa baik sehingga Sehun tidak perlu memanggil Dokter.

"Sehun, bayi... " Dilraba meraba perutnya dengan panik, dia ingat jika sebelum pingsan saat terjatuh ada begitu banyak darah yang keluar dari tubuh bagian bawahan dan perutnya terasa sangat sakit. "Bayiku... Sehun... Bayi kita... " Entah kenapa perutnya terasa kosong dan hampa tidak seperti sebelumnya.

"Dilraba tenang, okey hey tenang... " Sehun meraih bahu Dilraba agar wanita itu tidak banyak bergerak.

"Bayi-nya Sehun...  Little es crem." Dilraba menangis dengan pilu, tidak mungkin, bayinya pasti baik-baik saja di dalam rahimnya.

Sehun menarik Dilraba ke dalam pelukannya, menahan wanita itu agar tidak banyak bergerak dan menjadi lebih tenang.

"Kamu baik-baik saja, jangan menangis.... " Merasakan tangis Dilraba mulai reda dengan napas yang kembali teratur Sehun melepaskan pelukannya meraih wajah tirus nan cantik istrinya.

"Merasa lebih baik.. Dil-ya, maaf aku lalai menjaga kalian, aku seharusnya menemanimu setiap saat. Bayi kita sudah tiada." Wajah Sehun menjadi sendu, hilang kesombongan yang biasa ia perlihatkan di depan Dilraba.

I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang