7. Play The Game

2.6K 126 4
                                    

Jujur up Bab 7 bikin dag-dig-dug. Tapi semoga kalian suka ya. Bab ini ada Hidden Part-nya. Makanya aku dag-dig-dug.

__ooOoo__

Kael Voss mendongak, menghembuskan asap rokoknya ke langit. Tatapannya beralih memperhatikan sosok gadis yang tengah berjuang menaiki tangga dekat pagar di belakang mansion. Tanpa gadis itu tau, kalau memang tangga itu sengaja di taruh di sana.

Sunggingan iblisnya terukir, dan matanya masih mengunci keberadaan Calliope.

"Karl." Panggil Kael pada bawahannya yang memang telah berdiri cukup lama di dekat pintu balkon lantai lima.

"Iya Tuan?"

"Kamu tau apa bedanya bermain dengan laki-laki sama perempuan?" tanya Kael Voss tiba-tiba, membuat satu alis Karl terangkat.

Jikapun ia menebak, sudah jelas saja ia tidak tau pembicaraan itu mengarah kemana. "Tidak Tuan,"

Kael terkekeh pelan. Ia menghembuskan asap rokoknya, lalu mengatakan, "berurusan dengan laki-laki, kita pasti akan memilih cara paling kasar dan keras, bahkan sampai melibatkan nyawa,"

"Tapi jika berurusan dengan perempuan, sepertinya cara kasar itu di bilang cukup keterlaluan." Ucapnya, masih tidak masuk dalam pikiran Karl.

"Menurutmu apa hukuman yang setimpal untuk pelayan pembangkang? Padahal belum genap satu bulan bekerja, bukankah itu sudah melanggar aturan?"

Karl menghela napas panjang. Tidak di sangka kalau kejadian ini akan terjadi untuk ketiga kalinya. Ia benar-benar harus menyiapkan kain mori setelah ini.

Tapi... Jika nanti tuannya meminta tubuh gadis itu di masukkan kandang singa? Karl bisa apa? Dan kain morinya pasti sia-sia.

"Jika pelayan itu belum menandatangani kontrak, masih belum bisa di katakan pembangkang Tuan, bukankah itu yang dulu Tuan katakan?"

Dan akhirnya gadis itu sudah berhasil melewati pagar mansionnya. Setelah kedua matanya tak mendapati keberadaan Calliope, Kael baru menoleh pada Karl. Ia tertawa hampa, dan membanting rokoknya ke lantai, lalu menginjaknya sampai hancur.

"Sekarang tidak lagi Karl, selagi orang itu sudah masuk wilayahku, nyawa dan jiwanya harus di berikan padaku."

Kael mengambil jaket yang tersampir di pinggiran sofa balkon, ia bawa jaket itu ke atas pundaknya.

"Come on, kekuasaan ini sudah sangat banyak untukku, tapi rasanya kurang jika aku belum memaksa seseorang untuk berpihak padaku dan menuruti semua kemauanku."

"Tuan sudah melakukannya, semua orang di mansion ini dan dimanapun bahkan tidak mau membantah Tuan, dan semua orang berpihak pada Tuan. Lantas perlu membuktikan siapa lagi?" jelas Karl, meski ia tau kalau mereka semua melakukannya karena terpaksa.

"Jangan bilang Tuan marah hanya karena pelayan itu?" tanya Karl. Dalam hati berdoa agar gadis itu baik-baik saja. Dan tidak terlalu menarik perhatian Kael.

Kael berhenti saat tiba di depan pintu balkon. "Aku sudah berbaik hati sama gadis itu, tapi apa balasannya? Dia bahkan melarikan diri dariku, apa aku harus mengejarnya lalu membunuhnya? Agar dia tau tengah berhadapan dengan siapa?"

Kael mengepalkan tangannya. Ia kesal, baru saja belajar untuk menjadi baik, tapi ada sosok pelayannya yang akan mengkhianatinya.

"Minta seluruh penjagaan Mansion agar tidak menangkap gadis itu, biarkan Calliope pulang ke rumahnya." Titah Kael.

"Baik, Tuan." Karl langsung merajut langkah cepat untuk memberitahukan beberapa orang yang berjaga di sekitar mansion Tuan-nya.

Baru saja Karl pergi. Andro datang, Kael sudah tau kalau lelaki itu datang untuk memberitahukan tentang Calliope yang melarikan diri.

KAELVOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang