23. What? My Love?

1.4K 134 12
                                    

Akhirnya update juga!

Target selanjutnya tetep 85 vote ya ....

Komen apapun dong, aku suka baca komenan kalian hehe☺️

__ooOoo__

Pagi hari setelah sarapan, Kael melangkah ke balkon lantai dua, ditemani oleh bawahan setianya, Karl. Di antara kedua jari Kael, sebuah rokok menyala, mengeluarkan asap tipis yang melayang-layang di udara.

Ia berdiri dekat pagar, matanya terfokus pada Calliope yang kini tengah menemani Serena merangkai bunga.

"Karl, kenapa bukan Serena saja yang mengurusnya?" Kael menggerutu, matanya tertuju pada bunga mawar yang di pegang Calliope. "Duri-duri itu terlalu tajam. Aku tidak mau melihat tangan Calliope terluka saat hari pernikahan kami tiba."

"Nona Calliope yang meminta Tuan, lagipula Nona Calliope lebih berpengalaman dalam merangkai bunga." Balas Karl.

"Dan satu lagi, di antara pelayan lainnya hanya ada Nona Calliope dan Elowen yang bisa merangkai bunga, sedangkan Tuan sudah mengusir Elowen."

"Saya pernah dengar, Nona Calliope sebelum ada disini, dia juga sempat bekerja di sebuah toko bunga sekitar satu tahun yang lalu." Lanjut Karl.

Kael berdecak kesal. Menatap penuh tidak suka dengan bunga mawar yang Calliope genggam.

"Ck. Mawar yang jelek. Harusnya di matikan saja taman itu, di gantikan pohon-pohon tinggi."

"Karl, bagaimana dengan Rasya dan Axelia terhadap calon istriku?" tanya Kael kemudian.

"Seperti biasa, mereka terlihat tidak menyukai Nona Calliope, terlebih lagi saat Tuan memutuskan untuk menikahi Nona Calliope,"

Kael tersenyum tipis mendengarnya. "Padahal mereka sama-sama pelayan rendahan." Celotehnya.

"Pindahkan beberapa pelayan yang tidak menyukai, Calliope. Pekerjakan mereka di tempat lain dan ganti pelayan yang baru."

"Tapi masih butuh waktu untuk mencarikan pekerjaan yang baru untuk mereka Tuan, apa tidak masalah jika ini sedikit memakan waktu?"

"Lakukan saja, kalau bisa secepatnya."

"Baik Tuan, saya akan menguruskan tempat kerja yang baru untuk mereka..." Balas Karl.

Namun raut wajah Karl menunjukkan seolah ia penasaran pada sesuatu. "Tuan, mungkin ini agak lancang, tapi bolehkah saya bertanya?"

"Katakan saja."

"Apa Tuan tidak mau menjemput Nona Emory? Saya dengar beliau akan tiba di bandara sekitar tiga puluh menit lagi,"

Kael diam sejenak. Tanpa berbalik lalu menjawab. "Tidak perlu."

"Tuan, kenapa memilih Nona Calliope?" tanya Karl pada akhirnya, sebab rasa ingin tahunya justru makin membesar.

Bagi Karl sekarang adalah saat yang tepat untuk menanyakannya. Apalagi Kael tampak sedang dalam suasana yang baik hari ini.

"Kalau bukan Calliope siapa lagi yang mau aku pilih?" balas Kael, seolah tak memiliki pilihan selain Calliope.

Ya. Meski ia sadar caranya memilih Calliope, di kata salah. Namun ia tidak peduli.

"Nona Emory..." sahut Karl kemudian, namun Kael tak menjawab.

Sementara itu, disisi Calliope, ia tau kalau dirinya tengah di perhatikan begitu intens, dan itu membuatnya tidak nyaman.

Rasanya ingin kabur dari tempat ini, namun tiba-tiba saja kakinya seolah terpaku, dan tidak mau beranjak. Bahkan sedikit bergerak saja ia seolah tak memiliki ruang.

KAELVOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang