21. Shattered Lives

1.9K 129 17
                                    

"Lo masih bisa batalin pernikahan lo sama Kael, percaya sama gue, gue bisa bikin lo pergi dan keluarga lo akan aman, dari ancaman Kael."

Sebelum Elowen benar-benar di usir dari mansion... Perempuan itu menyempatkan waktu untuk menemui Calliope di kamarnya.

Beberapa saat lagi, Elowen sudah siap pergi... Terlihat dari pakaian kasual yang gadis itu kenakan, dan tidak lagi memakai pakaian pelayan. Di tambah lagi, cara bicara Elowen kini berubah, dari yang sebelumnya formal, sekarang berganti informal. Dia merubah panggilannya begitu cepat.

"Dia berbahaya, Liopi. Lo gak bakalan punya masa depan sama dia, percaya sama gue... Gue bisa bikin lo terbebas dari pernikahan ini, Liopi."

Tanpa di ingatkan juga, Calliope sudah sadar. Dan terbebas dari Kael adalah keinginannya, tapi dia bingung, apakah Elowen bisa di percaya? 

"Caranya?"

Elowen menggenggam tangan Calliope. Senyum gaibnya terukir. Dugaannya benar... Kalau Calliope menikah dengan Kael karena sebuah keterpaksaan, terlihat dari raut wajah Calliope yang mengharapkan cara untuk bisa keluar dari sini.

"Undur waktu pernikahan lo. Tunggu sampai Nona Emory pulang dari Hungaria."

"Mantannya, Kael?" tebak Calliope.

Dan Elowen mengangguk cepat. "Hanya dia satu-satunya yang bisa buat lo terbebas dari Kael."

"Aku akan mencobanya." Balas Calliope, setidaknya ada sedikit harapan untuk bisa pergi dari Kael. Ya, pernikahan ini memang harus di hindari.

__ooOoo__

"Kamu memiliki tubuh yang bagus, Nona." Ucap designer perempuan itu lirih, namanya Moxie. Perempuan itu menatap kagum dengan lekukan tubuh Calliope, sembari membayangkan, kalau beberapa gaun desain-nya akan pas di tubuh lawan bicaranya itu.

"Tapi sayang... Kenapa Nona Calliope harus menikah dengan Tuan Kael?" tanya perempuan itu kemudian.

"Kael, seburuk itu ya? Sampai pernikahannya sama sekali tak mendapatkan sanjungan ataupun ucapan selamat?" pikir Calliope, ia setengah melirik keluar ruangan, terlihat Kael yang duduk dan tentu saja ia fokus dengan Macbook di tangannya.

Dari segi penampilan tak ada yang salah dari Kael. Pria itu begitu menarik, dan Calliope mengakui itu, sayangnya banyak orang menghindarinya. Memang banyak wanita-wanita cantik yang sempat melirik, tapi sekedar melirik, mereka tidak terlalu berani untuk mendekati. Menyapa saja mereka enggan.

"Karena aku mencintainya, dan dia baik padaku, itu kenapa aku bersedia menikah dengannya." Balas Calliope, jelas saja ia berbohong.

"Ya, terkadang cinta memang membuat buta kedua mata, dan membuat tuli kedua telinga." Celetuk Moxie.

Dari awal memang logatnya mengesalkan. Apa semua designer terkenal, sombong seperti dia? Dari awal bertemu saja Calliope langsung tidak menyukainya.

"Jaga bicaramu, kamu tidak tau sedang berurusan dengan siapa!" tegur salah satu teman sang designer, namanya Alaia. Perempuan itu tengah mengukur bagian lengan Calliope.

Moxie memutar bola matanya malas. "Tuan Karl cerita padaku, kalau Nona Calliope menikah dengannya karena terpaksa, jadi aku rasa Nona Calliope tidak akan seberani itu, memberitahukan yang aku katakan pada Tuan Kael." ucapnya itu seraya tersenyum enteng dan terkesan meremehkan.

Jujur saja ia tidak suka dengan lidah tajam sang designer di depannya. Tapi ia sedang tidak mau berdebat, dan memilih menyelesaikan fitting ini dengan cepat.

KAELVOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang