Chapter 25 | Takut Kehilangan

195 37 8
                                    

Guys, kayanya aku mau ngubah bahasa di novel ini ya. Dari yang sebelumnya pake bahasa baku. Sekarang aku pake bahasa Indonesia umum / casual biar lebih luwes dan enak bacanya. Jadi ga kaku kaku banget lagi buat percakapannya.

Dan juga di chap ini Nathan akhirnya bisa liat burungnya Bagas, setelah sekian lama, penantian Nathan untuk bisa tau bentuk kepunyaan kakaknya itu terwujud juga! 😆😆😆

Happy Reading!

~©©©~

"KAK! KAKAK! BANGUN KAK!" Kalimat itulah yang terus Nathan lontarkan dari mulutnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Bagas.

Ekspresi Nathan sudah sangat panik, ia meraba wajah dan tangan Bagas yang sudah sangat dingin. Jantung Nathan berdetak sangat cepat. Ia kalut dan bingung. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya kalau kakaknya itu akan jatuh pingsan.

Nathan bergegas mengangkat tubuh Bagas ke atas kursi panjang di ruang tengah. Dengan susah payah ia menopang tubuh Bagas yang berat lalu berhati-hati menidurkan tubuh kakaknya itu di atas sofa.

Nathan lalu membuka kancing baju Bagas dan menempelkan telinganya ke dada Bagas. Menfokuskan pendengarannya dan memastikan detak jantung Bagas.

"Deg.. Deg.. Deg.."

Masih terdengar suara detak jantung Bagas, namun terdengar sangat lemah. Kilasan kehilangan orang tua Nathan pun kembali muncul. Imajinasi liar akan kehilangan Bagas mulai muncul di otaknya. Mata Nathan sudah memerah dan air matanya mulai mengalir.

"Tidak, tidak, tidak, tidak! Kak Bagas!" Teriak Nathan sambil memegangi kepalanya.

"Ini tidak boleh terjadi. TIDAK BOLEH!" Lanjutnya sembari berjalan mondar-mandir dengan masih memegangi kepalanya.

Ditengah kemelut itu Nathan mencoba berpikir cepat, "Dokter! Aku harus segera panggil dokter!"

Nathan meraba saku celana Bagas, dan ketemulah kunci motor Bagas. Walau Nathan belum terlalu jago mengendarai motor, apa lagi ini motor kopling juga. Mau tak mau, bisa tak bisa, Nathan harus bisa. Demi keselamatan kakaknya itu.

Nathan bergegas mengunci pintu lalu melaju menuju ke tempat dokter yang bertugas di klinik khusus kereta api. Dokter yang pernah Nathan berobat guna mengecek kondisi luka pasca operasi dulu. Atau saat Nathan demam dan tidak enak badan.

Lima menit Nathan berkendara menembus rintik hujan, akhirnya sampai juga di tempat dokter yang bernama Abdul Rahman itu. Dokter tua yang sudah berumur lebih dari 50 tahun itu sedang sibuk berberes barang-barang karena klinik sudah akan tutup.

"Tunggu dok!" Cegah Nathan.

Dokter tersebut nampak kebingungan, "Iya, ada apa ya?"

"Dokter tolong ikut saya sekarang ya dok. Kakak saya pingsan! Tolongin saya." Mohon Nathan.

Dokter yang mendengar ada yang pingsan, ia sempat ragu sesaat. Namun melihat ekspresi yang begitu kalut di wajah Nathan, segera ia menyiapkan peralatan dan semua keperluan lalu memasukkannya ke dalam tas jinjingnya.

"Ayo kita berangkat." Ucap dokter.

Tanpa banyak basa-basi Nathan langsung menghidupkan motor. Setelah memastikan pak dokter sudah naik dan duduk dengan benar, Nathan bergegas kembali melajukan motor menuju rumah.

Sesampainya di rumah Nathan langsung membawa pak dokter ke ruang tengah di mana Bagas berada.

Dokter Abdul pun kaget melihat kondisi Bagas yang begitu pucat. Walau Bagas memiliki kulit berwarna coklat, namun tetap saja begitu kentara karena saat ini kondisi bagas sangat memperihatinkan. Dokter segera mengecek detak jantung dan pernapasan Bagas dengan stetoskop.

The Secret || RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang