Chapter 1 | Bagas Bramantya

5.8K 195 8
                                    

Cerita ini akan berfokus pada Bagas, tokoh utama dalam novel saya ini.

#Bagas
Disuatu malam di panti asuhan yang ada disekitar Lembang, Bandung. Terdengar suara tangisan bayi dari arah halaman luar panti asuhan.

Sesosok wanita menuju arah tangisan tersebut.

"Ya Tuhan, anak siapa ini. Kenapa di terlantarkan begitu saja?"

Setelah melihat sekeliling dan tidak ada siapa pun, wanita tersebut segera mengambil bayi tersebut dan membawanya masuk. Ditambah sebentar lagi akan hujan.

Akhirnya bayi tersebut diasuh dan dibesarkan di panti asuhan tersebut. Wanita yang menemukan bayi laki-laki tersebut memberikan nama 'Bagas Bramantya', yang memiliki arti 'kuat teguh dan penuh semangat'.

-

-

Bagas yang kini telah tumbuh, menjadi seorang anak tangguh dan berpikiran lebih dewasa dibanding anak seusianya.

Keseharian Bagas selain bersekolah, dia membantu ibu asuhnya di panti asuhan. Ibu Minah namanya. Wanita berumur 35 tahunan itu merupakan sosok yang paling Bagas sayangi dan Bagas hormati layaknya ibu kandungnya sendiri.

Ibu Minah-lah yang bertanggung jawab untuk mengasuh dan mengurus Bagas selama ini. Ibu Minah juga sangat menyayangi Bagas dan menganggap Bagas sebagai anaknya sendiri.

Cita-cita Bagas sejak kecil adalah ingin menjadi seorang polisi, yang mengabdikan diri bagi negara, berguna bagi masyarakat dan dapat melindungi keluarga kecilnya yang ada di panti asuhan.

Sejak kecil, Bagas dididik dengan baik oleh bu Minah, sehingga Bagas menjadi pribadi yang tak mudah mengeluh, dan bermental baja. Meski terkadang ia iri melihat anak-anak lain yang memiliki orang tua lengkap, tapi Bagas tidak terlalu mengeluhkannya.

Baginya, bu Minah adalah sosok ibu dan orang tua terhebat untuknya. Bahkan Bagas sendiri tidak ingin diangkat anak oleh keluarga-keluarga yang hendak mengadopsi anak. Baginya, keluarga yang sesungguhnya adalah orang-orang yang ada di panti asuhan ini.

.

.

Kini Bagas telah beranjak remaja, diusianya yang sudah menginjak usia 15 tahun, Bagas memiliki perawakan yang bisa dibilang tampan, dengan tinggi badan 170 cm, kulit sawo matang / coklat eksotis, rahang yang tegas dan hidung mancung, bibir yang bervolume dan dagunya yang belah, menambah kharisma dan pesona yang dimiliki oleh Bagas. Secara penampilan, wajah Bagas mirip orang maluku atau flores yang dikenal memiliki perawakan hitam manis namun terlihat garang dan gagah, 'bisa kita ambil contoh seperti Jeremiah Lakhwani'.

Bagas tumbuh menjadi anak yang mandiri dan pekerja keras, walaupun ia mendapatkan bantuan langsung APBD, namun dia sudah bisa mencari penghasilan sendiri sebagai kuli angkut dipasar. Selain memiliki paras yang tampan, Bagas juga memiliki tubuh yang cukup kekar dan atletis hasil kerjanya menjadi kuli angkut selama setahun belakangan ini.

Bagas sudah rajin mengumpulkan uang untuk masa depannya nanti, dan untuk menggapai cita-citanya kelak menjadi seorang abdi negara.

Walau Bagas hanya bersekolah di sekolah khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak yatim piatu, namun Bagas termasuk anak yang pintar dan banyak wawasan. Di sekolah Bagas tidak terlalu banyak memiliki teman yang sebaya dengan dirinya dikarenakan anak-anak panti asuhan yang bersekolah masih usia anak-anak dan jauh dibawah usia Bagas.

Bagas hanya memiliki 3 sahabat yang bernama Ari, Indah dan Suci. Hanya merekalah yang umurnya tak jauh berbeda dari Bagas. Namun, nampak Suci seperti menaruh rasa pada Bagas. Dari caranya menatap dan memperhatikan Bagas, nampak jelas bahwa Suci menyukai Bagas.

Sayangnya Bagas tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti berpacaran atau sebagainya. Fokusnya saat ini adalah bersekolah dengan baik, mencari uang dan mewujudkan cita-citanya.

.

.

Di suatu sore setelah Bagas baru pulang sehabis bekerja, Suci sudah menyiapkan es teh untuk Bagas.

"Ini mas, diminum dulu es tehnya."

"Oh iya Ci, makasih ya, jadi repot-repot begini."

"Ga apa-apa kok mas, ga ngerepotin." Balas Suci malu-malu.

Setelah menghabiskan teh buatan Suci, Bagas pun pamit untuk segera mandi. Namun Bagas tidak sengaja meninggalkan handuk bekas lap keringatnya. Sehingga handuk tersebut di ambil oleh Suci.

Suci buru-buru masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.

"Bau keringatnya saja begini nikmat, gimana kalau aku ngerasain langsung ke badannya ya?" Tukas Suci pelan.

Ternyata, selain menyukai Bagas, Suci diam-diam kerap kali berfantasi intim dengan Bagas.

Tubuh Bagas memang mempunyai bau khas yang enak dihirup. Kadar feromon tubuh Bagas begitu maskulin dan begitu jantan, sehingga kerap kali menggoda siapapun yang menghirup aroma badannya.

.

.

Tak terasa waktu cepat berlalu, kini bagas sudah berusia 17 tahun, tinggi tubuhnya bertambah, sekarang tingginya 175 cm, dengan berat badan 70 kg, dengan postur tubuh yang cukup berotot dan kekar.

Bagas juga sudah lulus sekolah dan hendak mengikuti tes penerimaan polisi yang sudah dia tunggu-tunggu selama ini.

Bagas sudah menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Mengikuti tes mulai dari seleksi administrasi, dan tes-tes selanjutnya sampailah pada tes terakhir.

Dan pada saat pengumuman, nama Bagas, tercantum pada nomor urut 3 terakhir. Bagas seakan tak percaya akan apa yang terjadi saat ini.

Bagas buru-buru pulang dan segera mengabarkan kabar bahagia ini kepada kepala dan wakil panti asuhan dan Bu Minah tentunya. Air mata kebahagiaan mengalir diantara Bu Minah dan Bagas.

Malam harinya mereka melakukan syukuran dan doa bersama. Menyiapkan acara seadanya dan sederhana. Atas doa dan usaha yang sudah bagas kerjakan selama ini akhirnya membuahkan hasil.

Keesokan harinya, bagas menyiapkan baju dan keperluannya nanti untuk di asrama selama masa pendidikannya nanti. Bagas hanya membawa baju secukupnya, uang tabungannya, dan foto bersama orang-orang di panti asuhan.

Sesampainya di asrama, Bagas mendapatkan teman sekamar bersama 3 orang lainnya.

"Halo, permisi, perkenalkan nama saya Bagas Bramantya." Ucap salam bagas saat memasuki kamar.

"Halo, perkenalkan saya Agung." Balas Agung sambil mengulurkan tangan.

"Hai Bagas, kenalain aku Rizki." Sambungnya.

"Dan perkenalkan, aku Gilang." Sahut orang terakhir.

Agung dan Gilang memiliki paras yang biasa-biasa saja. Namun tinggi mereka sekitar 178-180 cm, berbeda dengan Rizki yang memiliki paras yang cukup menarik namun tinggi badan hanya sekitar 172 cm saja.

Mereka saling bekenalan dan mengobrol santai sembari membereskan barang-barang bawaan mereka, sebelum pendidikan tamtama dimulai lusa.

Pendidikan tamtama ini akan berlangsung selama 5 bulan lamanya. Yang mana akan diajarkan tentang teknis polisi lalu lintas, intelejen, reserse dan binmas.

Dan jika dapat menjalankan dengan baik, maka akan dilanjutkan pendidikan bintara yang akan berlangsung selama 7 bulan lamanya. Dimana pada tahap ini juga para tamtama akan diajarkan cara menembak. Dan jika berhasil pada pendidikan ini, maka akan mendapatkan pangkat Brigadir Dua (Bripda).

Dan akhirnya, dengan kegigihan dan ketekunan yang dalam, Bagas dapat melalui semua pendidikan dengan baik dan mendapatkan pangkatnya, yakni Brigadir Dua (Bripda).

#TBC

#Mohon support dan komen nya ya teman-teman. Supaya saya semangat menlanjutkan novel ini. 😁😁😁

The Secret || RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang