Kala itu, perusahaan memeriahkan acara 17 Agustus dengan mengadakan lomba. Tentu saja, Nala beserta teman-temannya menggunakan seragam olahraga dari sekolah mereka masing-masing.
"Satu, dua, tiga, Prittttttt" seru Bu Sheilla selaku juri, kemudian meniup peluitnya.
"Ih Derill, kamu majuan dikit" seru Nala yang tampak kebingungan melihat ke belakang.
"Kamu Nala, yang seharusnya maju" jawab Derill.
"Kalea Kalea, mundur" ucap penunjuk arah team mereka.
"Nala, kekiri"
Nala menurut.
"Eh Derill, jangan tarik banget dong" ucap Nala yang badannya hampir ikut tertarik.
"Gue diem aja juga"
Happp
Paku tersebut akhirnya masuk ke botol yang telah disediakan.
"Juara 1, kelompok Mba Irna" seru bu Sheilla melalui mic.
"Yeyyy" Nala sangat girang mendengarnya, ia meraih tangan Derill kemudian mengangkatnya bersamaan dengan kedua tangannya. Tak lupa, Nala juga loncat kegirangan.
Derill yang merasakan hal tersebut, ia hanya diam. Tak melakukan penolakan, atau ikut kedalam asyik yang dirasakan Nala.
"Ekhem"
Nala belum juga sadar, namun Derill sudah sadar lebih dulu. Mendengar suara tersebut, Derill segera menarik tangannya dari genggaman Nala. Nala yang merasakan itu, ia akhirnya terdiam.
"Sorry" ucap Nala.
"Ayo, kita masuk ke permainan selanjutnya, estafet tepung"
Kelompoknya tentu berubah, berisikan 5 orang di setiap team.
"Kanala, Yeesha, Anna, Fitria, dan Axello"
"Aku gamau Axello di depan, dia punya dendam pribadi sama kita"
"Mba Anna depan, lalu mba Fitria, Aku, Nala, baru Axello. Gimana?"
"Ide bagus"
Mereka mulai memainkan game tersebut.
"Hitungan ketiga, lari ke depan dan ambil piring yang berisikan tepung di meja" ucap Bu Sheilla.
"Satu, dua, tiga"
Beberapa permainan sudah mereka selesaikan. Kini, waktunya permainan terakhir dilangsungkan.
"Satu, dua, tiga" seru Bu Sheilla, lagi.
Sontak seluruh peserta berlari menuju gantungan bulat disana, mereka berusaha sebisa mungkin mengaitkan kaitan yang ada di sangku ke gantungan. Benar, mereka bermain sangku gantung saat itu.
"Nala Nala, Nala ayoo!" seru Axello.
"Airaaaa!" seru Kalea.
"Mba Anna!! Semangat Mba!" seru yang Biera.
Mendengar teriakan Biera, semuanya justru mendukung Mba Anna dalam perlombaan ini.
"Mba Anna, ayo Mba, semangat Mba!" seru mereka semua.
"Kok kalian gak dukung aku sih?" kesal Nala sambil berusaha mengaitkan sangku tersebut.
"Skip dulu An, soalnya Mba Anna sering traktir kita" saut Axello yang pandangannya masi fokus pada Mba Anna.
Nala, ia kerap dipanggil "An" oleh teman-temannya.
Hap
"YEYYYYYYY, MBA ANNA MENANG!!!!" seru mereka berbarengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni Mencintai Dalam Diam
Teen FictionCerita yang ditulis berdasarkan kisah yang dialami langsung oleh sang penulis. Kanala Aiozya Galeena, seorang siswi dari salah satu Sekolah Menengah Kejuruan, siap menyapa kalian dengan lika liku perjalanan cintanya. Seni mencintai dalam diam, beris...