Nala sudah menginjakkan kakinya di sekolah, ia mengenakan seragam batik seperti biasanya. Atasan berwarna pink polos yang memiliki beberapa polesan batik, juga rok rempel yang full batik.
Nala berjalan dengan penuh hati-hati, melihat sekeliling, untuk memastikan apakah ada temannya yang mengenakan seragam PSAS, atau semuanya sama dengan Nala, mengenakan setelan batik.
Kemudian, Nala berjalan menelusuri lorong yang letaknya di depan TU, sambil bernyanyi pelan menikmati hembusan angin yang datang. Melihat ke kanan kiri, dan tersenyum ceria menyapa beberapa guru yang sudah hadir disana.
"Heii, kalian mau kemana?" tanya Nala saat menemui Zenna dan Rea berlawanan arah dengannya.
"Nahloh, Nala aja pake batik, udahlah gapapa" ucap Zenna yang merasa sedikit lega.
"Iya ih, aku udah dijalan baru dikabarin pake PSAS" kesal Rea.
"Aku juga paginya cuma nyetrika seragam batik, males aku kalo harus nyetrika dua kali" saut Nala.
"Yuk, ikut?" tanya Zenna.
"Kemana?" tanya balik Nala.
"Koperasi" jawab Zenna dan Rea bersamaan.
"Gak ah" jawab Nala kemudian membalikkan badannya.
Setelahnya, ia melanjutkan langkahnya.
"Eh" teriak Nala sambil membalikkan tubuhnya, menatap Rea dan Zenna yang sudah berjalan membelakanginya.
"Nitip air mineral satu" lanjut Nala, kemudian mereka mengangguk dan melanjutkan perjalanannya.
Nala kembali berjalan, sendirian. Ia melewati lorong prestasi, dan melihat dirinya sendiri melalui kaca di sana. "Cantik kok" bisik Nala. Lalu berjalan kembali menuju kelasnya.
Tepat saat ia hendak memasuki kelasnya, langkahnya terhenti saat melihat Baskara berjalan dengan tegaknya, menuju kelas. Tanpa menoleh ke arah Nala sedikitpun.
Nala tersenyum, badannya mematung di tempat. "Baskara aja udah selesai sama aku, masa iya aku harus galauin dia terus" batin Nala.
"Woy, malah ngelamun" ucap salah satu teman laki-laki yang sekelas dengan Nala, dengan nada yang sangat mengejutkan.
"Bajigur" ucap Nala spontan, kemudian mengejar temannya itu, dan berusaha memukulnya.
***
Peserta lomba dari SMK Pelita Bangsa, duduk di barisan paling dekat dengan jalan. Mereka mengadakan perlombaan, di salah satu Mall yang letaknya tidak jauh dari sekolah.
"Eh itu maju cuy, buat anak sekolah lain" bisik Nala pada teman-temannya yang ada di depan.
"Gamaulah, masa nanti kita berdua" jawab kedua temannya yang baru saja Nala bisiki.
"Sini Mas, duduknya sebelah sini" ucap salah satu panitia, sambil mengarahkan tiga laki-laki untuk ikut bersamanya.
Panitia tersebut mengarahkan ketiga pria itu untuk duduk di tempat duduk yang Nala maksud.
"Parfumnya.." batin Nala saat salah satu pria berjalan tepat di hadapannya.
Kata yang dilontarkan Nala, berhasil menarik perhatian pria tersebut. Ia menoleh, dan tersenyum ke arah Nala. Sedangkan Nala, hanya membeku di tempat.
Nala mencoba memfokuskan kembali, pada sambutan yang sedang berlangsung. Tak lupa, ia juga mempotret beberapa spot yang dianggap menarik olehnya.
Nala mencoba melihat beberapa foto yang ia ambil, ada satu foto yang membuat ia berhasil terdiam. Nala menyipitkan matanya, untuk melihat dengan jelas foto tersebut. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya pada tempat yang ia ambil dalam foto tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni Mencintai Dalam Diam
Teen FictionCerita yang ditulis berdasarkan kisah yang dialami langsung oleh sang penulis. Kanala Aiozya Galeena, seorang siswi dari salah satu Sekolah Menengah Kejuruan, siap menyapa kalian dengan lika liku perjalanan cintanya. Seni mencintai dalam diam, beris...