51

2.6K 185 42
                                    

Holla target vote 130 dan 30 komen ya gais 😙 see you




"Kakakkkk... Jangan lari lari Mama bilang" Dewinta memijat pelipisnya saat merasa tak lagi dapat mengendalikan si kecil

Kecelakaan beberapa waktu lalu sama sekali tak membuat pria kecil itu jera. Melvin justru semakin menjadi jadi berlarian kesana kemari

"Kan main pesawat kalau ga lari lari ya gimana" Sangat pintar menjawab persis seperti Dewinta bahkan gips yang membalut tangan kirinya belum di lepas tapi Melvin susah sangat bersemangat bertemu mainan mainannya di rumah

"Oh Kak Papa lupa Kak, kapan hari Papa beliin Kakak sepeda" Seketika langkah Melvin terhenti

"Ayok mau ga? " Ajak Alfredo lagi

"Mauu!! " Dewi hanya merebahkan dirinya di sofa dan mencari posisi lebih nyaman untuk tidur sejenak menghilangkan pening kepalanya memberikan waktu pada Ayah dan Anak itu merealisasikan proyek proyek akbar mereka berdua

Sebuah balancing bike berwarna merah berukuran sedang di lengkapi dengan roller di bagian bawahnya membuat Melvin memekik senang

Aldo sengaja membeli sepeda model tersebut bukan agar putranya berolah raga maupun bersepeda berkeliling komplek, tujuan Aldo sederhana agar sang putra menghabiskan seluruh energinya pada sepeda tersebut hingga bisa lebih fokus saat mengerjakan kegiatan yang lain

"Ibu saya pijitin ya? " Tawar Bi Ida melihat Dewi sibuk memijat pangkal hidungnya

"Iya tolong ya Bi... Saya seharian ga ngapa ngapain tapi capeknya udah kayak bantuin bandung bondowoso bikin seribu candi" Dewinta mencari posisi ternyaman nya dan menikmati pijatan Bi Ida di pundaknya

"Soal omongan Bapak waktu itu... Jangan di ambil hati Bi, dia ga serius itu" Dewinta berusaha mencairkan suasana berharap Bi Ida tak sungguh sungguh mendengar kalimat tajam suaminya kala itu karna bagaimanapun juga jika di butuhkan pihak yang paling salah maka Dewinta adalah jawabannya

"Saya takut Bu, Bapak kan polisi kalau saya di masukin penjara gimana Bu? " Dewi tertawa mendengar penuturan paruh baya itu

"Kalau pulang kampung Bibi mau kerja apa? Ada kegiatan apa? " Bi Ida hanya menggeleng yang terpenting adalah bertanggungjawab terlebih dahulu perihal kesibukan biar dipikir nanti

"Kalo Bibi di kampung ga ada kerjaan trus anak anak juga sudah besar punya kegiatan sendiri sendiri mending Bi Ida disini aja bantuin saya, masa nanti saya lahiran sendirian sih Bi? Mana Melvin ga mau diem banyak sekali tingkahnya trus saya masih harus urusin Adeknya juga apa ga pecah kepala saya" Dewi berusaha merayu

"Bapak sekarang lebih banyak di rumah Bu, pekerjaan saya cuma sedikit sisanya Bapak yang kerjakan.. Kemarin bahkan Bapak sendiri yang ganti sprei sama cuci baju Aden saya jadi merasa semakin ga berguna Bu, saya kayak makan gaji buta padahal Bapak Ibu kasih saya gaji besar" Curhat Bi Ida, memang semenjak tidak aktif sebagai anggota kepolisian Alfredo lebih sering berada di rumah selain mengelola bisnis peninggalan kedua orang tuanya di bidang perkebunan kelapa sawit

Banyak pekerjaan rumah yang akhirnya Aldo kerjakan juga hanya untuk mengisi waktu luangnya mulai dari mencuci mobil, mencuci pakaian putranya, memandikan dan mengurus Melvin juga merapihkan kamar utama semua Aldo lakukan dengan senang hati dan tanpa perintah

"Bibi tega banget sama saya masa sih? Kalo Bapak pas ke luar kota gimana? Mana bisa saya jagain Melvin Bi" Dewinta belum patah semangat

*****


"Bi Ida kayaknya udah kekeh mau pulang Yangg... Kamu takutin dia" Rengek Dewinta di pelukan suaminya saat Alfredo fokus pada tablet di tangan kanannya sementara tangan kirinya membelai rambut sang istri sayang

"Ya nanti kita cari pengasuh lain" Jawab Aldo sekenanya lantaran ia tengah fokus menghitung laba perusahaannya di kuartal pertama tahun ini

"Kamu mah... Aku ga mau tidur disini"  Aldo terkejut saat sang istri memukul pelan perutnya sebelum bangkit merajuk

"Sayangg..  Ga gitu maksudnya, nanti aku ngomong sama Bibi ya, sini lagi ayo bobok sini lagi" Bujuk Aldo dan berhasil walau Dewinta masih merajuk

"Aku ga mau ganti pengasuhnya Melvin.. Mau Bi Ida aja kan kamu juga tau Bi Ida bukan sekedar pengasuhnya Melvin dia juga udah kayak nenek buat Melvin" Aldo hanya mengangguk ia harus benar benar merayu Bi Ida juga kali ini jika ingin selamat dari mood istrinya yang kerap naik turun

"Nanti kita bicara bareng Bi Ida ya" Aldo mengecup puncak kepala istrinya

"Trus satu lagi..  Aku mau admin kamu yang centil itu di ganti, aku cemburu" Aldo meletakkan tabletnya begitu mendengar perkataan sang istri

Dewinta begitu ekpresif membuat Aldo gemas sendiri, pipinya yang mulai bulat ranum di tambah bibirnya yang mencerut lucu

"Sayangg kasian dong dia ga punya mata pencaharian" Apapun yang ia punya jika di bandingkan dengan Dewinta maka tak akan pernah sepadan tetap Dewi adalah pemenangnya hanya saja menjahili Dewi dan membuat istrinya kesal adalah hobby barunya

"Ya kan bisa di ganti ke divisi lain, aku ga suka dia terlalu dekat sama kamu Yangg" Rengek Dewinta sedikit kecewa permintaannya di tolak sang suami

"Ya ga bisa gitu dong kita kan harus profesional" Dewi menunduk entah kenapa tiba tiba rasanya ia ingin menangis hanya karna hal se kecil ini

"Kalau aku ga mau kamu deket deket Akbar profesor kamu itu apa kamu mau nurut? Kamu pasti pakai alasan dia pembimbing desertasi kamu kan? " Aldo belum menyadari wajah cantik itu mulai berlinang air mata karna Dewinta ada di pelukan Alfredo hingga posisinya lebih rendah dan di luar pandangan Aldo

"Jangan begitu sayangg.. Orang bisa kehilangan mata pencaharian cuma karna kamu ga nyaman" Aldo bercanda namun tidak bagi Dewinta, ibu hamil itu beranjak bergegas masuk dalam kamar mandi dan menguncinya

Tak lupa Dewi menyalakan shower hanya agar tangisnya tak terdengar hingga luar sementara ia hanya duduk di atas closet dan menutup wajah dengan kedua tangannya

Dewi tak marah pada suaminya ia justru marah pada dirinya sendiri bagaimanapun yang di katakan suaminya adalah benar dan hormon kehamilan ini membuatnya menjadi kekanakan. Sementara itu Alfredo bergegas menghubungi Hilbram asisten pribadinya dan meminta staff yang di maksud Dewinta tadi untuk di rotasi ke divisi lain dengan alasan rolling divisi

Merasa ganjil sang istri tak kunjung keluar dari kamar mandi Alfredo mulai mengetuk pintu dari luar dan semakin panik saat tak mendapat jawaban

"Yangg.. Buka pintunya" Suara Aldo mulai berteriak berharap mampu mengalahkan suara shower di dalam sana

"Yangg!! Dewinta!! " Ketukan berubah jadi gedoran pun Dewi masih belum menjawab









Bersambung...












Binar DewintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang