35

1.9K 130 6
                                    



"Mas.. Tadi Ace bilang aku harus jauhin orang yang namanya Florencia, bukannya itu yang pernah telfon ke handphone kamu juga ya? " Baik Alicia dan Alfredo seketika terdiam

Mereka berempat tengah menikmati makan malam mereka di sebuah restoran sushi yang Alicia minta,  kedua Kakak beradik itu saling beradu pandang memikirkan bagaimana cara mereka menjelaskan pada Dewinta

"Hmmm yang penting Kakak jauhin aja" Putus Ace sementara Aldo hanya mengangguk

"Iya tapi kenapa? Dia cantik banget buka dari Manado kayak kalian juga ya? " Pancing Dewinta melihat Alfredo dan Alicia nampak kompak tutup mulut

"Iya dari Manado juga tapii... " Kalimat Ace terputus mendengar dering ponsel Dewinta menerima panggilan dari orang tuanya di Surabaya

Sementara Dewinta berbincang dengan sang ibu melalui telefon genggam Aldo dan Ace bertukar kode tutup mulut mereka bagaimanapun juga mereka sama sama merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk Dewinta mengetahui semuanya setidaknya tidak sekarang

"Kakak ga pergi sendirian... Ga akan boleh juga sama Mas Aldo mah" Protes Dewinta yang terus saja diingatkan untuk tidak pergi kemanapun sendirian lantaran usia kehamilan yang semakin bertambah akan jadi bahaya jika Dewinta bepergian sendirian di Jakarta yang notabennya jauh dari sanak saudara

"Iya tapi kamu itu kalo ga diingatkan pasti seenaknya sendiri Kak, harus hati hati kemana mana ga boleh sendirian pokoknya" Omel Sari pada putri sulungnya jujur saja berjauhan dengan Dewinta juga membuat Sari kesepian tak ada lagi lawan berdebatnya di rumah selain Dewinta

"Ini nih mantu Mama nih.. Ga akan di biarin juga aku sendirian keluar" Dewinta memutar kameranya menunjukan gambar sang suami yang nampak sibuk dengan potongan sushi yang baru saja di antar ke meja mereka

 Ga akan di biarin juga aku sendirian keluar" Dewinta memutar kameranya menunjukan gambar sang suami yang nampak sibuk dengan potongan sushi yang baru saja di antar ke meja mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini yang mateng..  Ayo Aaa dulu cepetan" Aldo memberikan suapan pertamanya pada Dewinta, melihat pemandangan itu Sari sedikit lega

Walau hanya dari layar telefon genggam setidaknya calon nenek itu tau bahwa sekarang Dewinta tak lagi susah makan dan mual

"Kakak jangan sering makan sushi ya, minum air kelapa banyak banyak" Mata Sari berkaca kaca ia tak menyangka bahwa putri kecilnya yang berharga kini jauh darinya ikut sang suami bertugas

"Iyaa.. Mama kenapa nangis sih aaaahh, aku ikut nangis" Melihat air mata sang ibu luruh Dewinta pun ikut menangis sementara Aldo nampak kaku akankah Ibu mertuanya memiliki firasat tentang rumah tangga mereka?

*****

Hari berganti minggu dan bulan, usia kandungan Dewinta telah memasuki usia kelahiran. Calon Ibu muda itu nampak bersemangat mempersiapkan kelahiran buah hati pertama mereka

Sejak pagi tadi Dewinta telah merasakan kontraksi palsu namun ia belum mengatakannya pada sang suami karna ia belum tau pasti

"Non ini gapapa? Kenceng banget perutnya? " Degup jantung Aldo berpacu saat tangannya menyentuh perut bulat sang istri yang terasa keras dan kencang, pria 28 tahun itu semakin panik mendapati keringat mulai bercucuran di kening istrinya

"Kita ke rumah sakit aja" Putus Aldo cepat walau Dewi menolak sekalipun Aldo tetap memaksa

"Masih kontraksi palsu Mas" Bantah Dewinta pusing sendiri melihat sang suami yang bolak balik menyiapkan mobil, mencari Rudi, mencari tas yang telah di siapkan untuk keperluan Dewinta melahirkan

"Ga ada yang kayak gitu.. Dari tadi kerasanya Non? " Aldo makin tak bisa berfikir jernih melihat istrinya mengangguk

"Dari pagi tadi sebelum kamu pergi kerja" Langkah Aldo terhenti di ambang pintu ia menoleh ke belakang ia tau harusnya ia lebih bisa berfikir jernih hanya saja ia merasa marah seolah tak di anggap sebagai suami, ia merasa Dewinta menutupi hal penting darinya belum lagi ia marah pada dirinya sendiri yang tak peka dengan keadaan

Bayangkan saja pagi tadi Aldo meninggalkan rumah sekitar pukul 07.15 pagi dan kini jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam artinya Dewinta menahan semua kontraksi itu sendirian lebih dari 12 jam

Wajah merah Aldo dengan rahang yang nampak semakin tegas seolah menjelaskan pada Dewi betapa kerasnya sang suami berusaha menyimpan amarah

Tak ada satupun kata yang Aldo ucapkan bahkan hingga mereka sampai di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa Dewi sudah memasuki pembukaan ke 9 yang artinya andai tadi mereka telat sedikit saja maka bisa jadi bahaya mengintai ibu dan anaknya

"Mas masih marah? " Cicit Dewi melihat wajah menyeramkan suaminya

"Menurut kamu aja" Sinis Aldo membuat nyali Dewinta kian menciut

"Mau telfon Mama" Dewi meminta ponselnya yang sedari tadi ada di saku sang suami namun ia justru mendapat tatapan tajam Alfredo

"Ga pake kamu suruh aku udah telfon" Jawab Aldo ketus sebelum meninggalkan sang istri sendirian di dalam kamar inapnya. Dewinta menunduk dan mulai menangis merasakan perutnya kembali kontraksi yang artinya ini kontraksi terakhir yang di tunggu namun ia juga memikirkan suaminya yang nampak tengah marah besar

Tangan Dewinta memencet tombol di samping tempat tidur yang berfungsi untuk memanggil perawat saat merasakan air ketubannya pecah, Aldo yang nampak sibuk dengan ponsel di tangannya menghubungi seseorang tak memperhatikan hal tersebut

Beberapa perawat dan dokter berlari masuk ke dalam kamar Dewinta membuat Aldo seketika panik istrinya di bawa ke ruang bersalin

Aldo hanya bisa menunggu di mushola terdekat berdoa demi keselamatan istrinya yang berjuang sendirian di dalam sana. Alfredo Dumanau yang biasa sangat di hormati dan di segani kini nampak tak berdaya di hadapkan situasi antara hidup dan mati seperti ini

Usai menunaikan sholat isya'nya yang sempat tertunda Aldo kembali ke ruang bersalin mendapati Dewinta baru saja usai melahirkan putra pertama mereka


Usai menunaikan sholat isya'nya yang sempat tertunda Aldo kembali ke ruang bersalin mendapati Dewinta baru saja usai melahirkan putra pertama mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melvino Tyovant Dumanau artinya jiwa pemimpin yang penuh rasa syukur dan berbudi luhur. Alfredo menangis menggenggam tangan dingin sang istri penuh haru

Tak ada kata yang mampu menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini, dokter mengatakan persalinan istrinya lancar dan cepat tanpa kendala di tambah putranya lahir sengan selamat, sehat dan lengkap membuat rasa bahagia dan haru membaur jadi satu di hati Alfredo

Merasakan tangan istrinya bergerak Aldo mendongak saat netra teduh itu terbuka dan mulai mengerjap

"Terimakasih Non" Air mata Alfredo membasahi kening Dewinta

Dara cantik itupun tersenyum ia tak menyangka di usia yang masih terbilang sangat muda bahkan belum genap 22 tahun ia sudah menjadi seorang ibu dari bayi tertampan yang pernah ia lihat

"Dia ganteng kayak Papanya" Aldo hanya mengangguk sambil menghapus air matanya yang terus saja turun

"Sudah dong... Mas kenapa jadi cengeng sekali akhir akhir ini" Dewinta benar akhir akhir ini banyak sekali peristiwa yang membuat Aldo menjadi sangat emosional namun menjadi seorang Ayah tentu saja pengalaman yang berbeda











Bersambung...









Binar DewintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang