"DIAM!!!" marah Hoseok namun secepat itu pula menarik lengan Nari yang sudah terpejam akibat suaranya yang meninggi untuk membawa tubuh itu ke dadanya. Ia dekap erat-erat di tengah emosi yang bergejolak.
"A-aku takut" cicitnya dengan derai air mata yang Hoseok rasa sudah membasahi kemeja bagian depannya.
Mendengar rintihan pilu yang mengadu takut itu, pria itu agaknya mengerti ada hal lain yang membuat pikiran wanitanya terganggu.
Cukup lama mereka seperti ini, selama itu pula pria itu tidak berbicara apapun hanya terus mengusap punggung dan mengecup kening sang puan. Ia tengah meredam emosi yang tengah bergejolak dan takut jika melukai Nari dengan emosi yang tengah menggebu.
"Sudah mau cerita?" tanya Hoseok lembut setelah dirasa emosinya sudah stabil.
Nari masih diam, Hoseok menjauhkan sedikit tubuh mereka dan menatap Nari yang menunduk enggan untuk membalas tatapannya. Hingga akhirnya Hoseok menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan, ia lelah tapi ia yakin Nari juga pasti tidak kalah lelahnya seharin ini mencoba tenang dengan kepala yang berisik terlebih Hoseok tidak menghubunginya hari ini.
Pria itu membawa Nari ke kamar mereka, duduk di tepi ranjang dan menarik tangan wanita itu untuk diusap punggung tangannya.
"Aku memang menginginkan anak, tapi itu dari dirimu, rahimmu, istriku. Bukan dari wanita lain!" Hoseok mulai pembicaraan mereka lagi-lagi tentang anak kembali.
"Tapi... sampai sekarang belum bisa" lirih Nari menunduk hatinya sakit dan ia kesal pada dirinya sendiri.
"Tidak apa-apa. Kita hanya perlu menunggu kan? Kata dokternya juga bisa kok punya anak, kita hanya harus terus berusaha"
"Lelah ya?" tanya Hoseok lembut.
Nari diam.
"Pasti lelah sekali karena terus-menerus membahas anak, seolah itu masalah yang tidak pernah bisa usai. Padahal nari kemarin kita membahasnya"
"Tidak tau, aku hanya kepikiran terus"
Hoseok bawa kening keduanya untuk menyatu dengan satu tangan yang mengusap kepala belakang Nari.
"Sayang... Aku tidak akan menikah lagi, tidak akan punya anak dari wanita manapun kecuali dirimu. Kau istriku, aku tidak akan mengkhianati pernikahan kita"
"Janji?'
Kembali pria itu menjauhkan kening keduanya, segera ia mengangguk "Iya sayang, janji" ucapnya menautkan jari kelingking kedunya.
"Sekarang ayo tarik kata-katamu yang menyuruhku menikah lagi" ucap Hoseok menyipitkan kedua matanya.
Nari terkekeh kecil, lantas ia arahkan jemarinya ke kedua telinga Hoseok dan membuat gerakan seolah tengah menarik sesuatu dan menariknya ke arah mulutnya.
"Sudah aku kembalikan ke mulutku!" Katanya membuat Hoseok terkekeh oleh tindakan istrinya itu.
Pria itu memeluk Nari setelah menjatuhkan banyak kecupan diseluruh bagian wajah yang sudah lembab itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope | J-Hope
FantasíaOrang-orang mungkin akan mengatakannya wanita gila, karena poros hidupnya penuh ia pusat kan pada satu pria yang sudah bertahun-tahun ini bersamanya, suaminya Jung Ho-Seok. Bukankah cinta memang begitu? Apa salah mencintai pria yang berstatus suamin...