17.Berjuang Bersama

141 13 1
                                    

Jangan lupa vote yaa


Greesel terdiam.

Kini ia mampu merasakan darahnya berdesir dan pelipisnya berkeringat. Bagaimana bisa dia menjadi orang sejahat ini? Iya mencintai kekasihnya namun ia masih menyimpan cinta yang sama untuk gadis lain yang merupakan mantannya. Ia menyakiti dua orang yang dicintainya.

Cynthia melanjutkan dengan terbata-bata, "Dokter Gita bilang, a-aku mungkin hanya punya waktu tiga bulan lagi." Suaranya pecah. "Aku nggak kuat lagi Greesel. Rasanya sangat sakit, Greesel... itu sangat menyakitkan."

Greesel merasa seperti ditampar oleh kenyataan. "Cynthia, aku... aku tidak tahu. Aku sangat menyesal." Air mata mulai mengalir di pipinya, mengaburkan pandangannya.

"Melihatmu bahagia dengan orang lain membuatku merasa semakin hancur," Cynthia mengaku, suaranya lemah. "Aku tidak tahu harus bagaimana."

Greesel mendekat, meraih tangan Cynthia dengan lembut. "Maafkan aku, Cynthia. Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu. Aku sangat mencintaimu."
Cynthia menatap Greesel, terlihat bingung antara cinta dan kesedihan. "Kamu harus bahagia, Greesel. Aku tidak ingin kamu merasa terikat hanya karena aku."

Greesel merasakan hatinya terjepit. "Tidak, aku ingin bersamamu! Aku tidak mau kehilanganmu!"

"Jangan," Cynthia berkata dengan tegas. "Aku tidak ingin kamu merasa terpaksa. Ini semua salahku juga karena tidak memberitahumu lebih awal."

Mereka berdua terdiam. Suasana di rumah terasa sangat berat. Greesel merasakan semua kenangan indah bersama Cynthia kembali mengalir dalam pikirannya-semua tawa, semua pelukan, semua momen yang mereka lewati bersama. Dia merasa hancur, tidak tahu bagaimana menghadapinya.

"Aku akan berjuang, Greesel. Tapi aku juga ingin kamu berjuang untuk kebahagiaanmu," Cynthia berkata pelan, suaranya penuh keputusasaan.

Greesel menggenggam tangan Cynthia lebih erat, berusaha memberikan kekuatan. "Kamu benar-benar harus berjuang Cynthia."

Gadis itu terdiam. Mengapa kata-kata Greesel terdengar sangat mengirisnya. Apakah sekarang dia akan kembali sendirian? Semuanya terasa begitu cepat hingga sepasang tangan yang tadi menggenggam tangan Cynthia beralih menjadi memeluknya. Greesel memeluk Cynthia erat.

"Dan aku.., aku juga akan ikut berjuang untukmu. Aku akan berjuang untuk kebahagiaanku, yaitu dirimu," Greesel berbisik, suaranya bergetar penuh emosi.

Hati Cynthia kian menghangat. Meskipun ia merasa sakit di sekujur tubuhnya, kini ia merasa ditopang oleh Greesel.

***

Setelah beberapa saat terdiam, Cynthia melanjutkan, "Aku ingin kita menikmati waktu yang tersisa. Aku ingin menciptakan lebih banyak kenangan bersamamu."

"Ya, aku ingin itu. Apa pun yang kamu butuhkan, aku disini untukmu," kata Greesel, berusaha menahan air matanya.

Cynthia tersenyum, meskipun terlihat sedih. "Kita bisa merencanakan perjalanan kecil, melakukan hal-hal yang kita sukai."

Greesel dan Cynthia sepakat untuk menjalani sisa waktu bersama dengan sepenuh hati. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu berkualitas, pergi ke tempat-tempat yang mereka impikan, dan menciptakan momen-momen berharga.

Malam itu berakhir dengan Greesel memeluk Cynthia, berjanji untuk selalu ada di sampingnya, apapun yang terjadi.

Cynthia mungkin tidak tahu berapa lama dia akan bertahan, tetapi satu hal yang pasti: dia tidak akan sendirian.

Kini keduanya telah berbaring di kasur milik Cynthia. Menatap langit-langit kamar sambil berpegangan tangan.

"Cynthia," Greesel berkata lembut. "Aku ingin kamu meminta apa pun yang kamu mau. Aku akan melakukannya."

Campus YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang