19. Itu Aneh

144 15 2
                                    

Pagi itu, sinar matahari yang hangat menyelinap melalui tirai jendela, membangunkan Cynthia dari tidurnya yang nyenyak. Ia membuka mata dan tersadar akan kehadiran Greesel yang masih tenggelam dalam tidur lelap di sampingnya. Dengan lembut, Cynthia memandangi wajah Greesel yang tampak damai, senyum kecil muncul di bibirnya, merasa bersyukur akan momen indah ini.

Setelah berusaha untuk tidak mengejutkan Greesel, Cynthia perlahan-lahan bangkit dan mulai merapikan sekitar tempat tidur. Ia menikmati setiap momen, mengingat betapa manisnya malam yang baru saja mereka lalui.

Tak lama kemudian, Greesel terbangun, merasakan gerakan di sampingnya. Ia membuka matanya dan menemukan Cynthia yang tengah berdiri dengan ekspresi bahagia. "Selamat pagi, Ratu Satu!" sapa Greesel dengan senyuman lebar.

Cynthia tertawa, sangat senang mendengar sapaan itu. "Selamat pagi, Ratu Dua! Gimana tidurmu?"

"Indah. Gimana dengan tidurmu?" tanya Greesel sambil mengambil posisi duduk. "Kamu terlihat cantik sekali pagi ini."

Cynthia tersipu, merasa senang mendengarnya. Ia bercanda, "Dan kamu terlihat seperti anak ayam!"

Mereka tertawa bersama, menciptakan suasana ceria di dalam kamar. Setelah beberapa saat bercanda, Greesel melihat jam di dinding dan teringat akan tanggung jawabnya di kampus. "Sayang, kita harus kembali lebih awal hari ini. Ada beberapa urusan penting yang harus diselesaikan di kampus besok," ucap Greesel dengan nada sedikit sedih.

Cynthia mengangguk, meskipun merasa berat hati. "Aku mengerti. Ini memang urusan yang penting. Kamu harus fokus, udah semester 6 loh."

Greesel mengangguk dan meraih tangan Cynthia, menggenggamnya erat. "Tapi aku ingin kamu tahu, setiap momen bersamamu sangat berharga bagiku. Kita akan melakukan ini lagi, ya?"

"Ya, tentu," jawab Cynthia, berusaha tersenyum meski dalam hati merasa sedikit kecewa. "Mungkin kita bisa merencanakan sesuatu di akhir pekan nanti."

Setelah mandi dan bersiap-siap, Greesel dan Cynthia menyantap sarapan yang telah disiapkan di restoran hotel. Suasana pagi itu penuh dengan tawa dan percakapan ringan, menciptakan kenangan indah di antara mereka.

Setelah menyelesaikan sarapan, Greesel membantu Cynthia mengambil barang-barangnya dan mereka pun menuju mobil. Cynthia merasa sedikit berat saat masuk ke dalam mobil. Kembali ke rutinitas setelah momen indah memang tidak mudah, tetapi ia berusaha tetap positif.

Sepanjang perjalanan kembali, mereka berbicara tentang banyak hal—cita-cita masa depan, mimpi-mimpi, dan rencana untuk bertemu lagi. Greesel selalu berusaha membuat Cynthia tertawa dan merasa nyaman.

Setelah kurang lebih 12 jam perjalanan, mereka pun tiba di rumah Cynthia. Selama perjalanan, mereka berbagi tawa dan cerita, tetapi di dalam hati Cynthia, ada sedikit kecemasan. Ia tahu betapa khawatirnya mamanya, jika ia tahu ia tidak pulang dari semalam tanpa kabar.

Sesampainya di rumah, Greesel menatap Cynthia dengan lembut. "Ingat, kita akan bertemu lagi besok sepulang dari kampus. Aku akan menemanimu cuci darah." ucapnya sambil memberikan senyuman hangat.

Cynthia mengangguk, merasa berat meninggalkannya di depan pintu rumah. "Terima kasih sudah mengantar, Ratu Dua," ujarnya dengan nada playful.

Greesel tertawa kecil. "Sama-sama, Ratu Satu. Sampai jumpa!"

Setelah Greesel pergi, Cynthia melangkah masuk ke rumah dengan sedikit rasa cemas. Ketika ia membuka pintu, ia langsung disambut oleh ibunya, yang tampak sangat khawatir.

"Cynthia! Kamu sudah pulang! Kenapa tidak memberitahu Mama kalau kamu sedang keluar?" tanya Lia, mencemaskan anaknya.

Cynthia tersenyum ingin menenangkan momennya. "Maaf, Ma. Aku hanya ke pantai dengan Greesel. Kita baru saja menikmati waktu bersama. Semalam kan mama masih di luar kota jadi aku nggak sempat ngabarin."

Campus YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang