Disclaimer: Bagian ini mengandung unsur dewasa. Diharap untuk bijak memilih bacaan.
Greesel baru saja selesai ujian semester. Selama masa ujian, dia selalu meluangkan waktu untuk menemani Cynthia di rumah atau saat menjalani cuci darah yang sudah jadi rutinitasnya. Greesel merasa bersyukur bisa ada di samping Cynthia dan memberikan dukungan yang ia butuhkan.
Setelah jadwal cuci darah pagi ini, sesuai janji mereka, Greesel mengajak Cynthia ke pantai. Kali ini, mereka memilih pantai yang cukup jauh. Perjalanan memakan waktu hampir setengah hari, tapi Greesel ingin memastikan Cynthia bisa menikmati setiap momen.
Ia membawa mobil sendiri agar bisa berhenti kapan saja. Sepanjang perjalanan, Greesel selalu memastikan Cynthia nyaman, sering berhenti untuk istirahat agar ia bisa meregangkan tubuh dan mengisi ulang energinya.
***
Sesampainya di pantai, langit sudah berwarna oranye keemasan, menandakan senja akan segera tiba. Begitu keluar dari mobil, Cynthia terpana melihat keindahan di depannya. Ombak yang berdebur lembut dan suara angin yang berbisik seakan menyambut mereka.
Air mata mulai mengalir dari pipi Cynthia, dan Greesel merasakan betapa dalam perasaannya. Ia menggenggam tangan Cynthia erat, berusaha memberi kekuatan dan dukungan. "Lihat betapa indahnya, sayang. Kita di sini bersama, dan ini milik kita," bisiknya lembut.
Cynthia menatap Greesel, dan meskipun tubuhnya masih sakit, ada secercah kebahagiaan yang muncul. "Aku nggak percaya kita akhirnya sampai di sini," katanya, suaranya bergetar. "Semua ini terasa kayak mimpi."
Greesel tersenyum, bahagia melihat Cynthia bersinar meski dalam keadaan sulit. "Ini bukan mimpi. Kita masih punya banyak waktu untuk bikin kenangan, dan aku mau setiap momen diisi kebahagiaan bareng kamu."
Mereka berjalan menyusuri pantai, bergandeng tangan. Cynthia merasakan pasir halus di bawah kakinya, dan suara ombak yang memecah di tepian membuatnya merasa hidup kembali. Setiap langkah terasa berarti, dan Greesel berusaha menangkap setiap senyuman di wajah Cynthia.
Di tengah perjalanan, mereka berhenti sejenak. Greesel mengambil kamera untuk mengabadikan momen spesial itu. "Ayo, kita berfoto!" serunya dengan semangat. Cynthia pun tersenyum lebar, menahan air mata kebahagiaan saat Greesel mengarahkan kamera ke mereka.
Setelah beberapa foto, mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di tepi laut. Greesel duduk di pasir, menarik Cynthia untuk duduk di sampingnya. Mereka menyaksikan matahari terbenam bersama, mewarnai langit dengan nuansa oranye dan merah yang menakjubkan.
Cynthia merasakan kedamaian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Makasih, Greesel. Kamu telah memberi ku kebahagiaan yang tak terduga," ujarnya, menatap wajah Greesel dengan penuh cinta.
"Aku cuma mau kamu bahagia," jawab Greesel, meski hatinya penuh rasa syukur. "Kamu adalah segalanya bagiku. Dan aku akan selalu berjuang untukmu."
Cynthia bersandar di bahu Greesel, membiarkan ombak membelai kaki mereka. Dalam keheningan, mereka menikmati momen itu—momen yang membuat mereka merasa kuat dan terhubung satu sama lain, meski tantangan di depan masih harus dihadapi.
***
Saat matahari tenggelam di ufuk barat, Greesel berbisik, "Ini baru awal dari banyak petualangan yang bakal kita jalani bareng." Cynthia mengangguk, menguatkan hatinya untuk melanjutkan perjalanan ini, bersamanya.
Ketika malam tiba, mereka kembali ke mobil. Namun, sebelum itu, Greesel menyiapkan kejutan kecil—sebuah piknik sederhana dengan makanan kesukaan Cynthia. "Aku mau kita nikmati waktu ini," katanya, menyajikan makanan di atas selimut di pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Campus Youth
Fiksi PenggemarGreesel Achazia, menjadi gadis sampah setelah setelah harga dirinya di hancurkan Michelle Aghata, seorang mahasiswa tahun pertama di fakultas kedokteran gigi.Hingga Cynthia Yosephine hadir di dalam kehidupan Greesel dan mengubah dirinya. Tiktok : @g...