Bab 16 : Diskusi

4 3 7
                                    

Di dalam ruang tamu megah, Anna duduk dengan anggun di atas sofa kulit, membelai rambutnya yang tergerai rapi seraya memperhatikan ruangan di sekelilingnya. Di hadapannya, Rafael duduk bersandar dengan ekspresi tenang, matanya tertuju padanya dengan penuh perhatian.

"Jadi, sampai di mana perkembangannya?" tanya Rafael, suaranya datar namun penuh tuntutan.

Anna menoleh, tersenyum tipis tanpa sedikit pun tanda-tanda tergesa.

"Saya sudah bertemu dengan Tamara," jawab Anna dengan tenang, mengatur duduknya sedikit lebih nyaman. "Sesuai dugaan, dia masih dihantui trauma itu."

Mendengar hal tersebut, Rafael tersenyum lebar. Matanya menyala dengan kepuasan yang tak dapat disembunyikan. "Bagus... sangat bagus." Dia menyilangkan kakinya dan mencondongkan tubuh ke depan. "Lalu, apa langkahmu selanjutnya?"

Anna menghela napas kecil, seakan mempertimbangkan jawabannya dengan cermat. "Untuk saat ini, saya akan terus mengawasinya. Trauma itu bisa jadi senjata yang sangat berguna untuk melemahkan pertahanan dia."

Rafael mengangguk pelan, lalu setelah beberapa saat hening, dia melontarkan pertanyaan lain. "Bagaimana dengan rencanamu menyebarkan keburukan Devian? Apakah itu masih akan kau lakukan?"

Anna tersenyum samar, menggeleng pelan. "Rencana itu terlalu sulit untuk dijalankan. Devian punya banyak koneksi yang kuat. Di dunia ini, dia unggul dalam permainan mata-mata. Bahkan dia punya tangan kanan yang selalu siap membantunya."

Rafael mengerutkan kening, sedikit tidak puas dengan jawaban tersebut. "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

Anna memandang Rafael dengan tatapan penuh keyakinan. "Saya punya rencana lain yang lebih cerdik. Saya akan merusak reputasi keluarga mereka dari dalam. Menggali semua rahasia mereka, memanfaatkan setiap kelemahan. Kita akan menghancurkan mereka sampai berkeping-keping."

Senyum kembali muncul di wajah Rafael, kali ini dengan sinar yang lebih tajam. "Itu yang ingin kudengar, Anna. Kita akan menjadikan keluarga Devian tak berdaya. Siapkan semua yang kau butuhkan, karena permainan ini baru saja dimulai."

"Tapi Anna, bagaimana caramu menghancurkan mereka dari dalam, sementara kau saja tidak bisa mendekati mereka secara langsung?" Rafael kembali bertanya, menyuarakan rasa heran. 

Anna tersenyum tipis saat Rafael menanyakan hal tersebut. "Saya mungkin memang tidak bisa mendekati mereka secara langsung, tapi saya bisa memanfaatkan trauma Tamara sebagai umpan. Saya tahu pekerjaan Anda dan saingan Anda itu berat, Bos. Jika Devian hanya diserang dari faktor eksternal, justru tidak akan terasa seru. Akan ada baiknya masalah Devian ditambah dari faktor internal. Melalui istrinya."

Senyum penuh rasa bangga semakin mengembang di wajah Rafael. Tidak sia-sia ia membebaskan Anna dari penjara. Wanita itu memiliki potensi besar yang dapat menguntungkan ia dalam mencari tahu titik lemah musuhnya.

"Cerdik sekali. Benar, kita harus membuat wanita itu dihantui trauma. Aku tidak akan pernah rela melihat musuhku baik-baik saja dengan istrinya. Dia harus merasakan setidaknya pertengkaran hebat. Jika dia dan istrinya tidak cerai seperti saat itu, aku baru akan mengakui bahwa dia adalah orang yang sangat berkomitmen."

Anna tertawa pelan menanggapi Rafael. "Apakah Anda memiliki perasaan pada wanita itu, Bos?" tanya Anna dengan nada bercanda.

"Tidak, aku tidak menyukai wanita kasar seperti dia. Aku hanya suka melihat musuhku menderita."

"Haha, saya hanya bercanda, Bos," timpat Anna.

"Ya, rencanamu itu sangat cerdik. Untuk sekarang aku percayakan semuanya padamu, Anna. Aku akan tetap memantau sampai pada kondisi yang jauh lebih buruk, baru aku akan muncul dan menggunakan rencana utama yang sudah kukatakan padamu sebelumnya."

Another Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang