Rahsya buru-buru membuka pintu mobil, mendaratkan diri di jok belakang karena enggan melayani godaan-godaan para gadis yang ada di Bandara.
Napas lega nya terdengar jelas di telinga Rashi. Gadis itu mencebik pelan melirik Rahsya dari spion. Dandanan sedikit berantakan serta keringat yang membasahi pelipisnya.
"Mata mereka kurang vitamin A apa ya." Batin Rashi.
"Jalan, Pak." Rashi memutar bola matanya mendengar perintah Rahsya. Tapi diam, adalah hal yang selalu dia lakukan jika tak ingin berinteraksi dengan orang baru.
Rashi menghentikan mobilnya saat tiba-tiba di sebuah jalan sepi, 3 orang preman jalanan menghadang perjalanan mereka.
"Kurang kerjaan." Gadis itu turun, mengabaikan panggilan Rahsya.
"Duh, nih orang sok kuat banget sih. Kalau ada apa-apa gimana."
Rahsya berniat turun, tapi melihat sopir mamanya itu terlihat santai menghadapi 3 orang pencegat berpakaiab hitam itu hatinya sedikit lega.
"Kayaknya jadi penonton aja lebih asyik. Capek juga kan," gumamnya.
Tak sengaja, satu dari preman itu berhasil merampas topi yang Rashi gunakan.
"Lah! Dia cewek?" Rahsya terhenyak.
Pemuda berparas tampan dengan rambut acak-acakannya itu turun dari mobil usai melihat sopir pribadi sang mama yang menjemputnya membenahi topi. "Ternyata Lo cewek?" Beberapa kali ia memutar tubuh Rashi setelah sampai di dekatnya.
Gadis itu, Rashi. Menoleh dan memutar bola mata nya malas, "ganteng-ganteng kok siwer." Ejek nya.
"Lo kenapa sih judes banget."
"Urusanya sama Lo apa?"
Rashysa bungkam. "Menarik." Senyumnya terbit membuntuti Rashi masuk mobil.
***
"Lo tuh ngeselin ya, Gue majikan loh." Protes Rahsya saat Rashi menghentikan mobilnya di sebuah warung pinggir jalan. Efek jengkel karena selama perjalanan tak sedikit pun gadis itu menanggapi celotehannya.
"Pas pembagian suara Lo nggak hadir ya. Makanya irit banget." Diam, Rashi tetap tak menanggapi.
Bahkan gadis itu memilih turun dari mobil tanpa sedikit pun menoleh pada Rahsya.
"Gila, Gue yang biasa di uber cewek. Ini kebalik. Nguber sopir ngajak ngomong," gerutu Rahsya.
Tak selang lama, Rashi kembali. Gadis itu sedikit terkejut melihat Rahsya bersandar santai bersedekap tangan di kap mobil.
"Nama Lo siapa?" Rahsya mengulurkan tangan. Tatapan pemuda itu terkunci pada mata bulat Rashi yang hitam tajam tapi begitu indah.
"Cantik." Tanpa sadar Rahsya bergumam, belum menyadari kalau Rashi mengabaikan uluran tangannya.
"Sorry, Mas. Nggak buka peternakan buaya." Rashi melenggang memasuki mobil. Rasa haus dan lelah nya usai berduel sudah terbayar usai membeli minuman jelly kesukaannya. 'Okky klik'
"Dih, mama dapet di mana sih cewek kayak dia. Datar, judes, ngeselin."
"Lo masuk apa Gue tinggalin." Teriakan Rashi membuat pemuda itu berlari cepat memasuki mobil. Tapi kali ini memilih di jok depan samping kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
Ficción GeneralHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...