Rashi perlahan membuka mata nya yang terasa berat. Ada yang aneh pada dirinya kini. Tubuhnya sulit di gerakkan, terutama bagian tangan dan kaki.
Tapi, mengapa suasananya terasa gelap. Kenapa tak ada suara sepatah pun. Beberapa kali ia mengerjap, mencoba menyesuaikan pandangan dengan kondisi sekeliling.
Terakhir yang ia ingat, ia tengah berbincang dengan Rahsya di pinggir Ancol. Lelaki itu menceritakan bagaimana Angel bisa menerima kenyataan bahwa Rahsya sudah melupakannya dan menggantikan posisi gadis itu dengan Rashi di hatinya.
"Rahsya! Rahsya kamu di mana?!" Teriakan Rashi seperti tak berguna. Tak ada satu orang pun menyahut.
Flashback On
"Sya, gimana bisa Angel segampang itu pergi?"
"Aku udah bilang, kalau hati aku udah milih kamu."
"Tapi, bukannya dia masih berharap sama kamu."
"Mungkin. Tapi, aku lebih memilih kehilangan duniaku dibanding harus kehilangan kamu."
"Hallah!"
"Perasaan aku salah mulu kalau sama kamu, Rash."
"Tante Azkia pernah bilang kalau kamu itu datar banget. Padahal kamu populer."
"Apa arti semua itu kalau aku tidak berhasil mendapatkan cinta yang tulus."
"Emangnya kami seyakin apa sama aku? Aku nggak sepantas itu buat kamu, Sya."
Rahsya menoleh, menatap tajam pada Rashi yang justru menengadahkan kepala menatap langit gelap.
"Please, jangan mulai, Rash. Aku nggak suka."
"Tapi, kalau kita nggak jodoh gimana?"
"Ya aku akan paksa buat kita jodoh."
Rashi tergelak, Rahsya tersenyum untuk pertama kali nya bisa menyaksikan tawa Rashi. Bibir gadis itu terlihat begitu menawan, wajah cantiknya terpancar jelas di terangi lampu di pinggiran pantai.
"Cantik."
"Heh." Rashi menghentikan tawa nya. Memalingkan wajah ke arah lain.
"Rashi. Jika suatu hari nanti kamu kembali ke keluarga kamu, jangan lupain aku ya."
"Kamu ngomong apa, Sya? Kemungkinan aku bisa ketemu keluarga aku itu setipis tissu dibelah 7."
"Aku takut, Rash."
"Takut apa?"
"Takut kalau kamu ketemu keluarga kamu, mereka nggak merestui hubungan kita."
"Hidupku adalah milikku, Sya. Lagi pula, orang tuaku tidak pernah mengekang aku. Aku bebas memilih, dan aku bebas mengikuti keinginanku."
"Apa itu tetap sama?"
"In Syaa Allah."
Flashback Off
Brakk!!
Rashi terhenyak mendengar dobrakan pintu. Ia masih mencoba terus mengingat apa yang terjadi tapi nihil, ia hanya mengingat tetakhir saat Rahsya memeluknya dan mengucapkan cinta karena telah ia terima pernyataannya.
"Rahsya tolong aku!"
***
Tangisan serta isakan Nara dan Azkia masih terdengar. Tak jauh dari mereka, Khanindra dan Pak Irman mondar-mandir dengan ponsel di tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
Ficción GeneralHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...