Arghhtt!!
Rahsya melampiaskan amarahnya dengan memukul tembok hotel hingga membuat beberapa karyawan serta staf memandangnya bingung.
"Bisa-bisanya Mama sama Papa ngambil keputusan sepihak. Ini menyangkut hidup dan masa depan Gue!"
"Arrghhtt!!" Saat tangan yang telah terluka itu hendak kembali menyentuh tembok. Sebuah tangan berkulit halus menghentikannya.
"Pergi!" Sentak Rahsya.
"Apa kamu yakin?"
"Gue bilang pergi sekarang!!" Rahsya membentak dengan air mata siap lolos.
Saat pegangan itu mengendur dan hampir melepasnya. Dengan gerakan cepat, Rahsya berbalik badan lalu menarik tubuh ramping si empu nya. Memeluknya erat.
"Aku membencimu, Rashi. Aku membencimu."
Peluk erat kerinduan dua anak manusia itu seperti tumpah dalam satu wadah. Rahsya menghirup dalam-dalam wangi tubuh yang begitu dirindukannya. Menumpahkan air mata bahagia sekaligus kecewa di pundak yang begitu di nantikannya.
"Kamu jahat, Sayang. Aku benci sama kamu Rashi Maulana Siddiq."
Rashi, gadis itu membalas hangat pelukan Rahsya yang ia tahu bahwa lelaki itu tengah meluapkan segala kerinduan dan sakit hatinya. Mengusap punggung kokoh yang bergetar itu begitu lembut.
"Kenapa kamu hukum aku seperti ini, kenapa kamu tinggalin aku begitu lama padahal kamu tahu aku udah terbiasa sama kamu."
"Sya." Rashi memaksa mengurai pelukan keduanya setelah beberapa saat. Menghapus air mata Rahsya dan membingkai wajah tampan lelaki yang basah oleh air mata itu.
"Cowok kok cengeng," kekehnya menggoda.
"Please, Rashi. Jangan tinggalin aku lagi."
Rashi menggeleng pelan, mengusap lembut pipi Rahsya yang terlihat tirus.
"Maafin aku, harusnya aku nggak ngasih celah buat siapa pun dekat dan berlaku berlebihan sama aku. Aku--aku cemburu dan--"
"Ssttt, yang sudah lewat jangan di bahas lagi. Ke depannya saja jangan terulang hal yang sama."
"Iya, Sayang. Aku janji sama kamu."
"Heh bocil, waktu Pak Penghulu sebentar lagi habis. Pending dulu kangen-kangenan nya daripada kehabisan waktu ijab qabul."
Suara keras Safir berhasil membuat Rahsya menoleh. Ia baru menyadari jika Rashi tengah mengenakan baju pengantin saat ini.
"Kenapa kamu pakai ini?. Bukannya Angel tadi--"
"Angel datang buat jadi bridesmaid kita, Sya. Kamu aja yang terlalu cepat menyimpulkan." Wajah Rahsya merona malu mendengar jawaban Rashi. Lantas, di mana gadis itu tadi saat ia menoleh dan bertemu pandang dengan Angel.
"Kalian bisa nggak sih nunda bucinnya." Safir geram dan melangkah cepat mendekati keduanya.
Syutt!
Rahsya mengangkat tubuh Rashi dengan entengnya. Membawanya pergi tanpa menoleh pada Safir yang menggeram gemas.
***
"Saya terima nikah dan kawinnya Rashi Maulana Siddiq Binti Khanindra Maulana Siddiq dengan mas kawin uang sebesar 50 juta rupiah dibayar tunai."
"Bagaimana saksi?"
"Saah." Para tamu, serta keluarga besar serentak mengucap alhamdulillah.
Dua pasang mempelai itu tersenyum dalam pancaran wajah bahagia nya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
Ficção GeralHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...