Rahsya meringis menahan sakit di lengannya. Kemejanya robek akibat pisau lipat yang menggores kulitnya. Darah segar mengalir. Saat fokus Rahsya terpecah, preman itu bangkit menyerang.
Bugh! Bugh!
Tumbang. Ya, keduanya tumbang serentak saat seseorang melayangkan tendangan sekuat tenaga.
"Rashi." Keduanya terkejut melihat kedatangan gadis itu.
"Kenapa? Kaget?"
Rashi menarik Rahsya ke belakang tubuhnya, melirik sekilas pada luka Rahsya yang terlihat menganga lebar.
"Sorry, Rash. Gue-"
"Gue apa? Kenalin, majikan Gue."
Seketika senyum Rahsya luntur mendengar kalimat terakhir gadis itu. Harapannya terlalu tinggi untuk mendengar jawaban Rashi yang mengatakan kalau dirinya adalah lelaki beruntung yang memiliki hatinya.
Mau Lo apa, Sya? 😌
Angel yang ada dalam cekalan dua preman lagi lekas di lepaskan. Gadis itu buru-buru berlari mendekat pada Rahsya lalu memeluk lelaki itu.
"Pergi nggak?!"
"I-iya, Rash. Gue pergi." Empat lelaki itu berlari tergopoh-gopoh menaiki motornya.
Merasa telah aman, Rashi berbalik badan memandang Rahsya yang masih di peluk Angel.
"Rashi--"
Rashi memutar bola matanya malas, berjalan pergi meninggalkan Rahsya bersama Angel.
"Sya, Lo nggak papa?"
"Sorry, Ngel. Lo pergi aja." Rahsya mengurai pelukannya.
"Sya, luka Lo perlu di obatin."
"Mending Lo pergi." Rahsya mendorong Angel menjauh dari dirinya, memasuki mobil lalu putar balik untuk mengejar Rashi.
***
Rashi terus berjalan menyusuri trotoar. Ia tak menyangka jika firasatnya yang tak enak tentang Rahsya benar-benar akan terjadi. Entah akan jadi apa lelaki itu jika saja ia datang terlambat.
Beruntung, ada tukang ojek lewat sehingga ia bisa menyusul dengan cepat. Entah apa yang menuntun gadis itu, ia hanya mengikuti kata hati untuk menemukan ke mana arah Rahsya pergi.
Tin-tin-tin
Seakan tahu siapa pelaku yang mengklakson dirinya, Rashi terus melanjutkan langkahnya.
"Buaya lagi."
Rahsya turun dari mobil, mendekap lengannya yang mulai terasa perih akibat luka yang cukup dalam.
"Rashi, please. Lo nggak mau bantu obatin Gue?" Kali ini suara Rahsya jauh lebih rendah di banding saat di rumah beberapa jam lalu.
"Gunanya Dokter buat apa?"
"Rash, ini udah malem. Lagian, Lo kan udah dateng buat selametin Gue. Masa Lo tega biarin Gue kesakitan gini."
"Cemen." Rashi kembali melanjutkan langkah.
"Sshh, aauu!" Rahsya mengaduh saat tak sengaja luka nya justru terkena daun bunga bougenvile di pinggir jalan.
Rashi menarik Rahsya ke dalam mobil, membuka pintu samping kemudi lalu meminta lelaki itu masuk sebelum ia yang memutuskan untuk menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
Fiksi UmumHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...