Rashi berlari sekuat tenaga menyusuri area Bandara. Tak sekali dua kali ia menabrak para pengunjung lain. Ia tak punya waktu, ia tak akan membiarkan Rahsya pergi meninggalkannya.
"Jangan pergi, Sya." Meski kesulitan mengatur napas, Rashi tetap berlari. Dari kejauhan ia melihat Rahsya menunggu antrean. Bergegas ia berlari mendekat.
Namun, gadis itu menghentikan langkah saat tiba-tiba Angel menggandeng tangan Rahsya. Air mata Rashi lolos begitu saja. Sakit, sungguh hatinya teramat sakit saat ini merasa usahanya mengejar Rahsya sia-sia.
Rashi berjalan mundur, menghapus kasar air matanya lalu berbalik badan.
Bruk!
Rashi mendongak memandang seseorang yang di tabraknya.
"Bang Safir." Safir mengangguk.
Safir menggenggam tangan Rashi, membawa gadis itu berjalan mendekati Rahsya. Rashi menggeleng, berusaha melepaskan diri dari cekalan Safir.
"Bang, biarkan aku pergi."
"Rahsya!" Suara Safir menggema. Hampir sebagian pengunjung mengalihkan atensinya pada lelaki tampan itu.
Rahsya menoleh. Mendapati Rashi dalam genggaman Safir membuat lelaki itu tersenyum.
"Sya--" Angel melepaskan gandengannya atas Rahsya usai mendapat kode dari lelaki itu.
Rashi menunduk, masih dengan usahanya melepaskan diri dari genggaman Safir.
"Lo kira-kira dong. Anak orang ini. Lo mau kehilangan dia lagi." Rashi mendongak saat Rahsya telah berada di dekat mereka.
"Makasih, Bang. Sekarang aku jadi tahu kalau dia nggak mau kehilangan aku." Rahsya menoel dagu Rashi.
"Nggak usah pegang-pegang." Rashi mengusap kasar dagunya.
Tanpa ragu Rahsya menarik Rashi ke dalam pelukannya walau gadis itu terus meronta meminta di lepaskan.
"Lepasin Gue!"
"Dih, Lo-Gue terus. Ini napasnya aja masih ngos-ngosan. Coba deh resapin pelukan aku biar sedikit lega. Pelukan CIN-TA"
"Rahsya lepasin Gue!!" Rashi terus meronta namun, Rahsya tetap memeluknya seperti tanpa beban.
Tak disangka, Rashi menginjak kaki Rahsya kuat-kuat hingga lelaki itu melepaskan pelukannya. Kesempatan ini di gunakan Rashi sebaik mungkin untuk lari meninggalkan mereka.
"Sya, kejar." Angel menyadarkan Rahsya.
"Rashi." Sekuat tenaga Rahsya mengejar gadis yang sudah tak terlihat keberadaannya itu.
"Kak Safir. Terima kasih sudah mengantarku. Aku check in dulu ya, salam sama Rahsya dan Rashi. Aku tunggu kunjungannya di London." Pamit Angel.
"Baiklah, kamu hati-hati ya. Jangan lupa kasih kabar kalau udah sampai." Angel mengangguk.
***
"Lepasin Gue, Sya. Lo mau pergi kan, udah Lo pergi aja sana sama cewek Lo." Rashi menghempaskan tangan Rahsya setibanya mereka di parkiran.
"Cewek? Cewek yang mana. Cewek aku aja ada di depan aku sekarang."
"Buaya. Udah, Lo pergi. Semoga Lo bahagia."
"Rashi." Panggilan lembut Rahsya membuat jantung Rashi berpacu kencang. Terlebih saat lelaki itu sekali lagi menarik ia ke dalam pelukannya. Kali ini, Rashi pasrah.
"Yang mau pergi tuh Angel. Aku cuma nganterin aja. Lagian, mana bisa aku jauh dari detak jantung aku sendiri. Bisa mati aku."
"Apaan sih, gombal banget." Rashi mengulum senyum mendengar gombalan Rahsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
Ficção GeralHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...