Rahsya meremas surat yang baru saja di bacanya. Embun bening di netranya yang memerah menahan amarah terlihat begitu mengerikan.
Safir menepuk bahu nya pelan. Lelaki tampan itu mengerti perasaan sang adik yang pasti kecewa karena keputusan sepihak dari Rashi.
Gadis itu memutuskan ikut kedua orang tua nya pulang ke Surabaya tanpa berpamitan pada Rahsya.
Bahkan ponsel gadis itu juga ikut tertinggal bersamanya. Karena seusai insiden penculikan Rashi, ia belum mengembalikan benda pipih itu pada pemiliknya.
"Sya, kamu harus berjuang ya."
"Berjuang untuk apa?"
"Berjuang menjadi sukses secara mandiri. Besarin bengkel kamu, kerja yang rajin. Dan ingat! Ini, sudah ada pemiliknya." Rashi menunjuk dada Rahsya yang tengah rebahan berbantalkan paha nya.
Waktu hampir subuh dengan udaranya yang dingin itu tak sanggup membuat kedua nya memisahkan diri.
"Akhirnya, saat yang aku tunggu-tunggu itu tiba dengan sendirinya."
"Saat apa?"
"Saat kamu mengatakan bahwa aku milik kamu."
"Dih." Cubitan pelan dari Rashi di hidungnya membuat Rahsya gemas.
"Rashi."
"Hmm."
Rahsya bangkit, berlutut di depan Rashi seraya menggenggam tangan gadis itu.
"Besok, aku akan lamar kamu di depan Om Khan dan Tante Nara juga orang tuaku. Walaupun belum secara resmi, tapi aku mau secara simbolic kasih tahu ke mereka kalau aku serius dengan hubungan kita."
"Masih kecil."
"Hah?! Kecil kamu bilang."
"Sya, semua butuh waktu."
"Waktu apa lagi, Rash?"
Rashi tersenyum, mencium tangannya lalu menempelkan jemari itu di pipi Rahsya.
"Ternyata ini waktu yang kamu bilang, Rash. Kamu pergi ninggalin aku tanpa pamit. Tanpa minta persetujuan aku."
Beberapa jam lalu, Rahsya yang baru saja mendadak di buat sibuk di bengkel buru-buru pergi ke rumah sakit. Ia telah rindu dengan gadisnya. Terlebih, saat ia pergi Rashi masih terlelap, jadi ia tak sempat pamit.
Dengan bouquet bunga dan coklat di tangannya, Rahsya berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Namun, sesampainya ia di kamar Rashi, ia hanya mendapati Suster yang tengah membereskan kamar itu. Dan wanita cantik itu mengatakan bahwa Rashi telah pergi dari setengah jam yang lalu.
Rahsya berpikir jika Rashi pulang ke rumah. Tapi dugaannya salah. Khanindra dan Nara ternyata telah membawa Aashi dan Rashi pergi ke Surabaya.
Hai, Sya. Maaf kalau aku pergi tanpa pamit sama kamu. Aku butuh waktu buat memperbaiki diri. Kamu pun juga harus bisa melakukan itu. Tapi percayalah, kita akan bertemu di versi terbaik kita nanti. Versi di mana kita bisa saling mengendalikan diri, versi di mana kita tidak saling melukai lagi.
Rashi
Prankk!!
Safir berjingkat kaget saat Rahsya tiba-tiba mendorong gucci di dekatnya lalu pergi tanpa sepatah kata pun. Sementara sang kakak hanya bisa mengelus dada.
***
Malam hari
Ceklek!
![](https://img.wattpad.com/cover/376633288-288-k378119.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
General FictionHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...