Hidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...
Rashi memandang rumah yang menjulang bak istana di depannya. Gerbang putih kokoh dengan air mancur di tengah taman, serta terdapat 5 buah mobil mengkilat berbagai jenis terparkir rapi di garasinya yang luas.
Dua orang satpam yang berjaga di gerbang utama menyambut kedatangannya.
"Maaf, cari siapa ya?" Tanya salah satunya sopan.
"Pak Irman." Rashi menjawab singkat.
"Oh baiklah, tunggu di sini sebentar." Satpam itu berlari kecil menuju rumah besar sang majikan.
Dari kejauhan, sebuah mobil menghidupkan sein yang berarti akan memasuki rumah besar itu. Mobil putih jenis Pajero itu membunyikan klakson tepat di dekat Rashi.
Satu satpam lagi buru-buru membuka pintu gerbang dengan tetap membiarkan Rashi di luar.
"Non, sama Bapak di suruh masuk saja."
"Terima kasih." Rashi mengulum senyum tipis. Berjalan santai dengan tangan berada dalam saku hoodie putih nya.
Seorang lelaki muda turun dari mobil Pajero putih di depannya. Membuka kaca mata lalu memandang lembut pada Rashi.
"Kamu calon sopir Mama ya?" Tanya nya yang langsung mendapat anggukan dari Rashi.
"Baiklah, ayo barengan. Mama pasti di dalam." Sekali lagi Rashi mengangguk samar lalu mengikuti lelaki itu.
"Jangan-jangan nggak bisa ngomong." Batin lelaki rupawan dengan pakaian rapi nya itu. Safir Arsandy Permana. Putra pertama keluarga Permana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAFIR ARSANDY PERMANA
"Assalamualaikum, Pa. Ini, sopir Mama yang kemarin Papa bilang sudah datang." Safir memberi tahukan.
"Rashi, selamat datang. Om sudah menunggu dari kemarin, kenapa kamu baru datang, Nak."
Rashi tersenyum, "maaf, Om. Saya masih harus mengurus kebutuhan di panti sebelum saya tinggal."
"Panti?"
Rashi mengangguk, "saya hanya anak panti asuhan, Om. Singkat saja, saya mau menerima tawaran Om untuk tinggal di sini, tapi saya mohon untuk saya bisa pulang seminggu sekali."
Pak Irman menepuk pundak Rashi seraya tersenyum, "bagaimana kalau saya beri kamu tawaran?"
"Tawaran?" Rashi mengangkat sebelah alisnya.
"Ayo masuk, Nak."
Rashi mengikuti Pak Irman memasuki rumah. Gadis itu takjub dengan pemandangan indah di dalam rumah itu. Netranya langsung di manjakan dengan design interior yang super mewah dan baru pertama kali di lihatnya.