Ini malam kedua Rashi berada di panti. Dengan berbagai alasan ia meminta izin libur sejenak pada Pak Irman. Dan meminta untuk sopir lain menggantikan tugasnya.
Entah mengapa menyaksikan Rahsya berciuman dengan Angel di club benar-benar membuat hatinya sakit. Padahal, malam itu ia telah menyiapkan jawaban yang di inginkan Rahsya. Yakni, menerima cinta lelaki itu.
"Rashi, buka pintunya, Nak." Ibu panti mengetuk pintu kamarnya.
Dengan malas-malasan Rashi memutuskan keluar, "ada apa, Ibu?"
"Ada Den Rahsya di luar."
"Bilang sama dia aku tidur ya, Bu."
"Tidur? Segitu nggak mau nya kamu ketemu aku, Rashi." Ternyata Rahsya menyusul ibu panti.
Rashi berbalik badan hendak masuk kamar, tapi dengan sigap Rahsya menahannya.
"Pergi!"
"Enggak."
"Selesaikan dulu masalah kalian dengan kepala dingin. Terutama kamu, Rashi. Ibu tahu kamu seperti apa, dan ibu percaya kamu bisa."
"Gue bilang pergi." Suara Rashi merendah tapi sarat ancaman usai kepergian ibu panti.
"Aku akan pergi. Tapi jika bersamamu."
Rashi mencoba menyingkirkan Rahsya dari depan pintu kamarnya. Tapi lelaki itu kukuh bertahan di sana. Mencengkeram erat pergelangan Rashi lalu membawa gadis itu keluar menuju taman depan panti.
"Lepas!" Rashi menghempaskan kuat tangan Rahsya lalu menjauh dari lelaki itu.
"Rashi, aku tahu aku salah. Tapi aku mohon sama kamu kasih aku kesempatan."
Rashi tersenyum miring, menoleh sepintas pada Rahsya yang nampak begitu menyesal.
"Inilah kenapa Gue nggak pernah percaya lelaki. Mereka semua sama. Dan itu bikin Gue muak!"
"Rashi, tolong. Aku lakuin semuanya tanpa sadar."
"Alasan klasik. Lagi pula, sadar atau tidak itu bukan urusan Gue." Rashi menjauh saat Rahsya hendak menyentuhnya.
"Rashi, kamu juga perlu tahu alasan aku sampai ke sana. Aku--aku ke club buat nenangin diri. Aku nggak tahu kalau Angel ada di sana. Aku mabuk, Rashi."
"Nggak penting, Sya."
Rahsya merasa perutnya semakin sakit akibat sedari 2 hari lalu belum menelan satu makanan pun, tapi ia bertekad harus mendapatkan maaf dari gadisnya saat itu juga.
"Apa yang harus aku lakuin supaya kamu maafin aku, Rashi? Katakan. Aku akan lakukan apa pun yang kamu mau asalkan kamu maafin aku."
"Mudah saja." Netra Rahsya berbinar, berjalan mendekati Rashi yang justru kembali menjauh.
"Lo pergi dari sini." Rahsya tersenyum kecut mendengar jawaban gadis yang dicintainya itu. Hancur sudah harapannya untuk mendapat maaf dari Rashi. Ia yakin gadis itu pun sudah terlanjur kecewa padanya. Dan Rahsya tak dapat berbuat apa-apa karena sadar ia melakukan kesalahan besar tepat di depan mata gadis yang selalu lebih mementingkan fakta daripada cerita itu.
Akan tetapi, bukan Rahsya jika ia menyerah untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Lelaki itu melirik tangan Rashi. Dengan gerakan spontan dan tanpa sedikit pun menimbulkan kecurigaan, Rahsya mengunci gadis itu dengan satu tangannya.
"Lepas, Sya!"
Dengan satu tangannya lagi, Rahsya menarik tengkuk Rashi lalu menyatukan bibir keduanya. Rashi berusaha keras melepaskan cekalan Rahsya. Tapi sayang, entah mengapa tenaganya seperti kalah telak, terlebih Rahsya yang tiba-tiba bertindak diluar bayangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
R A S H I (Sequel Of Cinta Khanindra)
Ficción GeneralHidupku berantakan setelah seseorang dengan teganya memisahkan aku dari orang tua serta saudari kembarku saat usia kami baru menginjak 5 tahun. Kehidupan keras karena dipaksa tinggal di sebuah panti asuhan di ibu kota membentuk karakterku menjadi ga...