Bab 36

1.8K 264 35
                                    

Typo*
Vote+komen.

+(Follow) Kalok bisa.

*
*

Haechan menarik nafas dalam-dalam. Sial, ruangan sempit ini menjadi kendala baginya.

4 orang Haechan tumbangkan satu persatu. Walau ada beberapa luka yang menghiasi tubuhnya, itu bukan hal seberapa dibandingkan apa yang Haechan berikan pada mereka.

Satu orang terluka parah karena Haechan hujami dengan pukulan bertubi-tubi. 2 di antara nya terkapar tak berdaya karena lengan mereka patah hingga memunculkan tulang begitu jelas.

Dan satu lainnya, kini tewas bersimbah darah, karena Haechan menggores tepat pada Arteri Karotis. Banyak darah yang menggenang di area tempat pria itu.

"Ck, menyusahkan." Haechan mengibas lengannya yang mulai keram.

Ada sedikit goresan luka pada otot bisepnya. Pria gendut itu dengan curang melukainya, makanya Haechan membunuh nya.

Meski begitu, beruntung lah orang yang membunuh nya adalah Haechan. Jika itu Jaemin, mungkin dia akan tersiksa dulu, baru di biarkan mati.

Haechan berjalan melangkahi tubuh-tubuh tak berdaya itu. Ia mengambil sebuah ponsel, yang sejak tadi selalu menyita perhatiannya.

Ponsel yang menyimpan semua foto-foto bahkan video yang di tunjukkan sebagai ancaman padanya.

"Jadi, ini alasan Haechan ada disana waktu itu?." Monolog Haecal ketika mengingat kembali kejadian beberapa bulan yang sudah lewat.

Haechan kembali menggulir beberapa aplikasi yang memungkinkan nya mendapatkan petunjuk lain. Seperti nya ada beberapa log panggilan dan pesan sudah terhapus.

Ugh...

Haechan melenguh sakit, tatkala perut bagian kirinya terasa nyeri.

Sial! Haechan lupa untuk menutup luka tikam disana.

Haaa....

Haechan menghela nafas sebentar, lalu merogoh kantong celananya. Ia akan mencoba untuk mendial nomor Jaemin kali ini.

"Jihan, cepatlah. Kurasa aku mulai sekarat sekarang." Pungkas Haechan saat sambungan telepon terhubung.

Tak butuh penjelasan panjang lebar, Jihan dari seberang sana langsung berlari kencang. Terbukti dari suara langkah kaki yang tak beraturan.

"Hei hei, pelan-pelan saja. Jika kau mati di tengah jalan, siapa yang akan mengobati ku?!." panik Haechan pada Jaemin.

"Diam, atau aku akan benar-benar membunuhmu." Dingin Jaemin dari seberang sana.

Pada posisi Jaemin sebelum Haechan menelponnya, ia sedang melakukan rutinitas makan malam bersama dengan member Dream yang lainnya.

Suasana mereka cukup tentram, meski mood Jaemin sedikit menurun karena Haechan yang melarang nya untuk ikut kembali pada brangkas pemuda beruang itu.

"Ji-Sungie... Makan yang banyak, okay?." Tukas Jaemin sambil tersenyum paksa.

Jika buka karena Haechan yang melarangnya melukai anak ini, mungkin Ji-Sung saat ini sudah tinggal nama.

Beruntunglah dia karena kebaikan hati adik kesayangannyaㅡ Haecal.

"Hyung, berhenti. Ini sudah lebih dari cukup." Miris Ji-Sung sambil menatap piringnya yang penuh dengan makanan hasil tangan Jaemin.

"Kau itu sangat kurus, jadi harus banyak makan." Bantah Jaemin.

"Tetap saja. Ini terlalu banyak untuk ku."

Transmigrasi Take It : Hae/Cal (Gak Up Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang