RUANG SENI

15 7 0
                                    

Hari-hari berlalu...

Tampak keadaan di sekolah pun sudah cukup tenang. Ralat, sebenarnya masih ada beberapa siswa yang masih memperbincangkan kejadian itu. Namun, Gina tak sedikitpun peduli tentang hal itu.

"Ahh...shittt..." batin Gina saat menyadari ada yang hilang dari tasnya.
"Kok bisa lupa sihhh... begoo begoo...gue harus gimana sekarang? Nelpon orang rumah pun ga sempet lagi..." pikirnya.

"Guys buruan, yang telat bakal dapat tugas po khusus dari bu Lila." Ucap Husain.

"Bacot lo wibu..." sorak seseorang siswa yang terbangun akibat teriakan Husain.

Kelas itu memang tidak terlihat seperti kelas kepintaran lainnya. Di kelas ini semua siswa terlihat sangat santai dan muka pembuat onar. Bagaimana pun itu, jika masalah nilai anak-anak di kelas ini tak pernah menjadi yang terendah.

Mendengar sorakan Husain, Gina semakin was-was sebab tak membawa alatnya. Ia dengan cepat memeriksa tasnya sekali lagi dan mendapati remah biskut di sana.

Ia pun berfikir jika Rega lah yang mengotak-atik tasnya. Ia sangat igat jika sudah memasukkan alat itu di tasnya. Bagaimana bocah itu mengambilnya?

"Awas aja pas nyampe rumah..." batin Gina.

"Gin, ngapain bengong? Yuk. Bu Lila gak suka siswa yang terlambat dan gak bawa peralatan." ucap seorang siswa perempuan mengajak Gina ke ruangan seni.

Dan itu obrolan pertamanya sejak hari itu, sebab orang-orang di sana perlahan menjauhinya, termasuk Naly.

"Emmm gue bisa izin gak, ini hari pertama gue di kelas seni dan gue gak bawa alatnya." tutur Gina.

"Bu Lila emang galak tapi dia gak seperti yang lo pikirin. Udah masuk aja yuk" ajaknya.

Gina pun akhirnya menurut dan mengikuti Geva ke ruang seni.

"Btw, nama gue Geva. Kita belum kenalan kan, gue dari kelas 2.1C yang di pindahin ke sini."

Dengan senyum Gina hendak menerima uluran tangan itu namun, ia urungkan.

"Kenapa? Gue sok kenal ya?"

"Kamu gak sadar anak-anak lain pada ngindarin aku?" tanya Gina gugup.
"Tau." jawab Geva cepat tanpa memalingkan pandangannya.
"Lagi pula korbannya di sini, ngapain ngindar. Lagi pula lo lain dari yang lain."

Gina berpikir sejenak.

"Ma-maksudnya?"

"Gpp, yuk cepetan..."

Sementara itu...

"Non gak boleh ngoret sofa!!" Ujar pelayan itu.
"LEGA LIKUSSS BUKANNN NYORETTTTT WAAAAAA..." amuk Rega.
"Duhhh non, nanti bibi yang di omelin tuan" ucap sang pelayan sambil berlari mengejar Rega yang terus melukis di segala sisi rumah. Sofa, cermin, tembok, foto, karpet, lantai, lemari, bahkan lengan dan betisnya.

"Non, bibi nelpon kak Gina loh" ujar si pelayan sambil ngos-ngosan. Ia benar-benar kewalahan sekarang. Pelayan yang lain sedang menjalankan tugas masing-masing, sementara para pelayan lelaki sedang msengawasi Gina dari jauh.

"BERDIKARI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang