KANTIN

5 2 0
                                    

"Ehh panasonik, beneran dah sehat kan lo?"

"Kepo banget lo wibu,"cibir Soni. Mereka bertiga sedang bersiap-siap berangkat kesekolah sekarang.
"Dih masih untung ye gue perhatian sama lo,"
"Sok"
"Ehh kocak, harusnya lo berterima kasih ama gue..."
"Dihh ogah banget"
"Gara lo nyawa gue ilang satu kocak!"ucap Husain sedikit berteriak.
Soni pun terdiam sejenak. Banyak hal aneh yang berenang di pikirannya saat mendengar ucapan Husain itu.

"Ribut mulu berdua, gue duluan."ucap Kaivar lalu pergi. Disusul dengan Soni. Sementara Husain masih setia di depan kosan, sambil memeriksa kembali buku pelajarannya, karena hari masih sangat pagi untuk terlambat jadi, dia memutuskan untuk berjalan saja sambil mendengarkan lagu jepang kesukaannya.

Ditengah perjalanannya ia teringat satu hal, peristiwa yang membawanya menjadi seperti sekarang.

Asean putra giwantara, adalah mana husain yang sebenarnya. Menjadi putra Giwantara sangat tidak cocok dengannya, makanya ia memilih kabur dari rumah dan menempuh hidupnya sendiri dengan nama barunya. Namun, siapa sangka tindakan yang ia lakukan itu membuat ayahnya sangat murka dan ibunya menjadi depresi ringan.

Beberapa hari setelah kepergiannya, ia mendapat kabar jika rumahnya kebakaran. Setelah itu ia tak pernah lagi mendengar kabar dari orang tuanya. Entah mereka masih bernyawa atau terbaring di peristirahatan terakhirnya.

Maka menjadi Husain adalah dirinya yang baru, dengan sikap yang sedikit urak-urakan. Namun, jika mendapat kesempatan untuk kembali ia akan menjadi Asean putra Giwantara selaligus menjadi pewaris dari perusahaan besar 'THE TAHTA ASEAN' dengan begitu ia tak akan pernah kehilangan dua sosok yang membawanya kedunia. Ayahnya pun telah mengubah nama perusahannya sehingga, Asean atau Husain sama sekali tak memiliki akses untuk kembali.

Mengingat tindakannya hari itu membuat Husain sangat bersalah. Merasa jiwanya selalu terkurung membuatnya memberontak dan hanya menginginkan kebebasan semata.

"Ma, pa, Senu minta maaf... Senu kangen kalian..." batinnya dan sebuah cairan beningpun berhasil lolos dari mata yang terpejam itu.

"Lo nangis?"

Husain pun segera melepas heandset yang sedari tadi ia pakai namun, tak mendengarkan musik. Hanya pengalihan isu saja.

"Gina kok lo bisa di sini?"tanya nya balik melihat cewek itu tiba-tiba ada disampingnya.

"Itu rumah gue, trus liat lo jalan sambil nangis makanya gue samperin."

"Ooh rumahnya Rega... ehh gue gak nangis ya sotoy lo."elak Husain.

"Soto?"
"Sotor bukan soto artinya sok tau"
"Tapi gue lebih percaya mata lo daripada mulut lo."

Hening beberapa saat.

"Oh iya gue mau balikin buku lo... nih"ucap Gina memecah keheningan itu.

"Buku? Kayaknya buku gue lengkap,"beo Husain.
"Bukannya lo yang minjemin buku ini," geraknya menunjukan sebuah buku catatan pada Husain.

"Oooh... ini punya Soni bukan gue."
"Soni?
"Ketua kelas kita Daxoni antoni, orang yang paling aneh di kelas menurut gue."
"Aneh kenapa?"
"Emmm... aneh aja pokoknya hehehe...
"Elo yang aneh menurut gue..." batin Gina mencoba untuk tetap senyum.

Setelah berjalan cukup jauh, mereka akhirnya tiba didepan gerbang sekolah mereka. Masih tersisa 16menit untuk bersantai.

"Na, lo duluan aja."
"Emang kenapa?"
"Ga kenapa-kenapa, nanti ada yang salah paham kalo kita jalan berdua."
"Hem..." Gina kebingungan.
"Kan kita sekelas..."lanjut Gina kikuk.
"Iya, tapi lo duluan aja ya"
Akhirnya Gina pun berpisah dengan Husain didepan gerbang sekolah.

□■□

Gina tiba dikelas dengan kondis yang masih sangat sepi. Pelarannya pagi ini adalah olahraga jadi, ia memutuskan untuk menganti pakaiannya di ruangan ganti.

Dalam perjalanannya, ia berpapasan dengan seseorang yang asing namun familiar baginya. Namun, ia menghiraukannya dan melanjutkan perjalanannya.

Setelah berganti pakaian, Gina kembali kekelas dan mendapati Geva diambang pintu kelas.
"Pagi cantikkk..." sorak Geva sambil melambai. Gina terlihat sangat kaku membalas lambaian itu.

"Udah sarapan? Yuk kekantin."ajak Geva.
"Aku gak biasa sarapan, aku temenin aja yah,"
"Formal banget sihh, santai aja kan kita udah temenan."
Gina hanya merespon dengan kekehan kecil.

Mereka pun kekantin bersama. Entah berapa pasang mata yang menatap tajam kearah Gina. Ia pun tak punya pilihan lain sambil menunduk untuk menghidari hal tersebut.

"Angkat kepala kamu Gina, mereka bakal lakuin lah itu terus-menerut kalo kamu gak hadapin,"guman Geva pada Gina. "Abaikan para kurcaci itu..."lanjut Geva. Gina menatap Geva sejenak, setelan mendapat anggukan dari objeknya Gina pun memberanikan diri dan menghiraukan segala hal yang menganggunya.

Setelah mendapat meja dan memesan makanan, mereka pun membicarakan hal random yang ada di kepala mereka. Ditengah asiknya mereka berbincang seseorang tiba-tiba saja duduk tanpa permisi di meja mereka.

"Siapa nih main nyelonong aja,"omel Geva.
"Brisik lu gue laper." Singkat, padat, Kaivar.
Gina pun turut memperhatikan Kaivar sejenak lalu memalingkan wajahnya.

Kantin saat ini sangat ramai, banyak meja yang penuh hingga kebanyakan siswa hanya memebali jajanan saja. Beruntunglah Geva dan Gina segera datang. Beberapa saat kemudian, lagi-lagi mereka kedatangan tamu tak diundang lainnya.

Tinggi semampai, cukup kekar, dasi diikat dikepala, dua kancing atas baju dibiarkan terbuka dan wangi yang semerbak membuar Gina terbatuk-batuk. Ia tak biasa mencium aroma ini. Dia Rangga, murid kelas 3 yang selalu membuat masalah. Bahkan, buku bk pun tak mampu lagi menampung namanya.

"Lahap banget Var,"ucapnya berbisik ke telinga Kaivar.
"Woy kalian gak cuma berdua ya disini, ada kita njing" sewot Geva.
"Kasar banget jadi cewek, berapa sihh..."rayu Rangga mendekati Geva.
"Sampe tangan lo nyentuh gue, bakal gue patahin tangan lo."ancam Geva. Ucapannya itu membuat Gina sedikit ngeri, pung dengan Kaivar yang tersedak namun, menahannya agar tidak batuk. Sayangnya Gina terlalu peka dan menggeser minuman miliknya ke samping mengkok Kaivar.

Pemandanga⁴n itu tentu tertangkap oleh mata elang seorang Rangga.

"Kaivar punya pacar sekarang?"

Rangga kemudian mengambil kursi dan duduk disamping Gina. Geva pun sedikit khawatir melihat tingkah Rangga."Ini semua salah cowok songong ini. Andai dia bergabung di meja siswa lainnya, Rangga tak akan menggangu mereka."batin Geva.

"Lo anak baru itu ya, kenalan dong,"ucap Rangga hendak memegang dagu Gina. Untungnya gembrakan meja Kaivar menghentikan pergerakannya.

"Urusan lo sama gue, ngapain ganggu dia?"ucap Kaivar bangkit dari duduknya.
"Jadi beneran dia cewek lo?"
"Heh banci gak usah ganguin Gina, gue aduin ke bk lo ya!"ancam Geva juga bangkit dari bangkunya.
"Berani lo sama gue."ucap rangga menantang.

Buuuggghhh

Satu dogem Kaivar melayang mengenai wajah Rangga."Gue ga suka cewe-cewe dikelas gue diganggu, apalagi sama lo. Tunjuk Kaivar tepat didepan mata Rangga.

□■□


Hai salam hangat dari aku...
Ini adalah karyaku yang pertama jadi mohon maaf jika ada kesalahan kata atau kalimat yang menyimpang.
>Revisi setelah selesai...
Semoga kalian betah baca hasil pikir otak mungil ini🤠🤠🤠

Terima kasih sudah betah membaca cerita monokrom dan usang ini...
Jangan lupa vote, comel, dan fl akun ku ya...
Pay pay pay...

*D Bab 10  spill cast, asal kalian fll, vote dan comen🤏🤭

"BERDIKARI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang