HUKUMAN

16 5 2
                                    

Hembusan angin di pagi hari memang momen yang sangat berharga. Kapan lagi bisa santai dan menikmati suasana ini, juga ini masih terlalu pagi untuk memikirkan beban dunia.

"Ga boleh ngintip!" Seru Gina.
Ini sudah berjalan beberapa hari namun, Gina dan Rega enggan akur dengan bocah itu.

"Apiii Egaaa Ngantukkkhhhh..."ujarnya bocah itu sambil menguap cukup lebar.

"Eh! Kalo nguap mulutnya di tutup, kalau nggak kakak lakban. Mau?" Ancam Gina bercanda kemudian, Rega segera menahan rasa inginnya menguap untuk kedua kali. Posisi Rega sekarang sedsng menghadap tembok dengan tangan disilang kebelakang. Gina mendapat reverensi menghukun bocah dari film kartun yang berjudul 'Masha in the bear'.

Gina sengaja membangukan bocah kematian itu di pagi hari lebih awal sebab ingin menghukumnya. Udara pagi juga baik untuk paru-paru.

Mengingat alat lukis Gina yang benar-benar hancur olehnya bahkan, cat-cat nya pun entah dimana. Oleh karena itu, Gina harus membeli peralatan baru tapi tidak berarti ia akan memberi toleransi pada bocah itu. Menurutnya umur hanyalah angka. Siapa saja akan dihukum saat melakukan kesalahan.

"Kak Gina Ega pegel..." Rengek Rega.
"Sama kakak juga di hukum waktu itu, kakak tau rasanya seperti apa."ucap Gina santai.
"Ega minta maap kak!"ujarnya dengan nada rendah dan sedikit gemetar. Gina yang merasa iba pun memanggil bocah itu ke hadapannya.

"Kenapa Rega dihukum?"
"Ega mainil alat ukis kakak."
"Selain itu?"
"Ega ukis sembalangan, sssyyyeerrpp"jawabnya sambil mengisap ingus.
"Selain itu?
"Ega nyusain bibi"
"Selain itu..?"
"Ega gak minta ijin sama yang punya alat"
"Selain itu..."

lagi-lagi Gina terus menanyakan hal yang sama pada Rega dan membuat bocah itu kebingungan.
"Ega ga tau lagi."

"Selain Rega gak boleh mainin alat lukis sembarangan, itu juga bahaya. Kalo tiba-tiba kena mata trus gak ada yang liat gimana? Trus kalo catnya ketelen gimana? Emang Rega mau buat o...--ayah Rega khawatir?" Bocah itu merespon hanya dengan gelengan.
"Enggak kan, makanya itu lain kali izin dulu abis itu minta bibi buat temenin main, oke!"
"Okee..." sahut Rega sambil mengangkat jempolnya.
"Good girl, Ya udah sekarang hukuman Rega udah selesai, sana masuk kamar terserah Rega mau mandi atau mau tidur lagi gapapa."
"Rega mau eyuk kakak boleh?"
"Peluk?"
Gina lupa jika hal itu dapat menenangkan Rega.
"Boleh dong, sini..." lanjut Gina memberi izin.
Rega pun langsung masuk kedalam dekapan kakak tak sedarahnya itu.

Beberapa saat kemudian Gina merasa kepala Rega perlahan berat. Ia pun mencoba menanggil nama bocah itu namun, ia tak mendapat jawaban sama sekali. Kemudian ia melihat pentulannya di kaca.

"Malah tidur disini." Guman Gina lalu tersenyum.

Robert yang menyaksikan semuanya juga ikut terharu. "Apa mereka selalu sedekat ini saat di belakangku?" Gumannya lalu terkekeh pelan. Kemudian pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya.

□■□



"Jadi anak-anak lain pada nyinyirin lo gara-gara cowok songong itu?" ucap Geva lalu kembali tertawa keras.
"Kocak...kocak, gak usah peduliin ini gak akan lama kok..."

Ingatan Gina seolah terputar kembali. Ia cukup iri dengan gadis itu. Ia bisa dengan bebas tertawa, menghina siapa saja dan mungkin melakukan apa saja. Bukankah itu sangat menyenangkan.

Tak seperti dirinya yang selalu dalam pengawasan meskipun, para bodyguard nya tak mengawasinya secara langsung. Memikirkannya saja sudah membuatnya jenuh ditambah rumah yang begitu sepi dan hanya menyisakan kebisingan dari seorang gadis kecil yang bermain dibawah sana.

"BERDIKARI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang