SAKIT

10 3 0
                                    

"Fyuuuuhhhh..." Gina menghela napas lalu merebahkan tubuhnya dikasur.

Mengapa setiap detik terasa begitu melelahkan? Pikirnya memandang langit-langit kamarnya.

"Bukankah pantulan cahaya itu seperti tikus atau gajah?"gumannya sendiri.

Sambil melayang-layangkan jarinya Gina tiba-tiba ingin melukis. Ia pun bangkit dengan penuh semangat lalu mengambil peralatan yang dibelinya beberapa hari lalu.

Dengan telaten ia menempatkan semua benda itu keposisinya. Menatap kanvas di hadapannya lalu terbanyang wajah sang ibu di sana. Gina merindukan orang tua nya. Meski ibunya sangat sibuk mereka terkadang melukis bersama. Beliaulah yang memperkenalkan Gina pada alat lukisan dan teknik-tekniknya.

Setiap melihat kanvas Gina selalu terbayang senyum hangat sang ibunda walau, tak selalu mendapatkan kehangatannya.

Setelah mengumpulkan tekad dan idenya, Gina mulai menggerakan kuas kecil pada kanvasnya. Membuat sketsa dengan asal dan tidak terlalu rapih. Menyambungkannya sedikit demi sedikit lalu memperjelas karakternya. Mencelupkan kuasnya untuk kesekian kalinya. Kanvas yang awalnya putih itu pun perlahan terpenuhi oleh cat warna.

Detik berikutnya sebuah cairan berhasil terjun bebas tanpa kedipan dari sang empuh. Gina meluapkan emosinya sekarang.

Seseorang tentu punya cara tersendiri untuk meluapkan dan mengungkapkan perasaannya. Entah itu dengan bercerita ataupun melakukan sesuatu yang ia sukai. Beberapa juga memilih untuk mati sebab, apa gunanya bercerita tanpa ada yang mendengarkan dan untuk apa mendengarkan jika tidak peduli.

Bukankah mengakhiri hidup menyelesaikan semuanya? Atau... memilih sabar menerima takdir dan harus menelan pahit masalah mereka?

Lukisan Gina pun selesai. Terlihat dalam lukisan itu, seorang perempuan dengan rambut terurai dan berantakan. Perempuan mengenakan baju polos hitam yang memudar. Sentuhan akhir, Gina mengambil sebuah alat pipih yang mirip seperti alat pengukur lalu meletakkan benda itu tepat di tengah lukisan lalu, menggeseknya dengan sekali tarikan sehingga lukisan itu terlihat seperti dua dimensi. Setengah utuh dan setengahnya lagi luntur.

Setelah itu, Gina meninggalkan lukisannya disana. Kemudian membersihkan diri ke kamar mandi.

 Kemudian membersihkan diri ke kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Pov, hasil gambar Gina.😁🙏

□■□

"Woyyy... lagi santai kawan~~" sorak Husain yang baru saja tiba.
"Brisik lo!" Sarkah Kaivar lalu melempar bantal ke arah Husain.

Jam menunjukkan pukul 11.00 malam. Bagi mereka siang dan malam tidak ada bedanya hingga, ibu kos berulang kali menelpon Husain agar tidak berisik. Tapi, bagi Husain itu hanyalah alaram baginya.

Husain adalah anak rantau dari Lombok ke Jogja. Husain anak yang lumayan cerdas dan cekatan namun, semuanya landas saat ia mengenal girl pop dan anime. Masih untung ia tidak tenggelam dalam dunia game.

"BERDIKARI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang