TEROR 1

6 2 0
                                    

Gina berjalan menuju kekelas dengan perasaan yang campur aduk. Disatu sisi ia senang sebab ia mendapat keringanan dari hukumannya namun, disisi lain ia juga tak habis pikir dengan kenyataan jika Kaivar dan Rangga adalah saudara beda ibu.

Pemandangan di koridor itu pun sedikit mengherankan, setiap ia berpapasan dengan siswa lain, tak ada yang menatapnya sama sekali melainkan tunduk agar tidak berkontak mata dengannya, kecuali... gadis yang tengah berlari kearahnya itu.

"Mereka ngira lo pacarnya Kaivar makanya sikap merka kek gitu tapi, yang paling wow adalah...yuk ikut gue..."ucap Geva dengan terburu-buru.

Gina tak sempat bertanya, sebab Geva dengan cepat menariknya.

Saat membuka pintu betapa terkejutnya Gina melihat mejanya penuh dengan berbagai macam kotak dengan segala bentuk.

"Itu cuma sedikit Na, di loker lo juga ada.."bisik Geva membuat Gina semakin tercengang. Kotak itu bukan sebagai hadiah melainkan teror baginya. Dia tak ingin menjadi pusat perhatian-- dan siapa yang melakukan itu.

Gina menghampiri mejanya, lalu memeriksa semua itu satu persatu, diikuti oleh Soni dan Geva. Gina meraih sebuah kotak coklat lalu berniat membukanya namun, gerakannya tertahan tak kala seorang tangan kekar menyentuhnya.

"Bro tolong tempat sampah!" Seru Kaivar pada salah seorang siswa diambang pintu.

Kaivar pun langsung memasukkan semua benda itu kedalam tong sampah. Ya, dia membuangnya. Beberapa temannya pun shok melihat tingkah Kaivar kali ini. Bukankah hadiah itu untuk Gina? Mengapa Kaivar malah membuangnya?

"Stoppp!"tegur Gina.

Namun, Kaivar tetap melanjutkan. Geva pun tak tahan dengan keangkuhan cowok itu. Ia berniat merampas kotak yang terus Kaivar buang itu tapi, Geva sudah mendahuluinya.

"Sakit lo ya? Ini buat Gina! Lepasin!"ujar Geva.
"Diem lo!"ucap Kaivar singkat.
"Var kenapa sih?
"Var sadar, itu buat Gina Woy..." sorak para siswa bergantian.

Kaivar yang jenuh mendengar sorakan itu pun membuka bungkusan coklat itu dengan kasar di hadapan para teman-temannya. Siapa sangka apel yang cantik ternyata busuk. Semua bingkisan coklat itu tak lain adalah bulatan tanah liat dan beberapa cacing juga pecahan kaca.

"KALIAN MAU GINA MAKAN SEMUA TANAH INI!"tanya Kaivar kasar.
"ASAL KALIAN TAU, GUE GAK PERNAH SEMENA-MENA, GUE PEDULI SAMA KALIAN KARNA KALIAN KELUARGA GUE!!"

"Ta-tap-- tapi kenapa lo bisa tau?"tanya seorang siswa.

"Kantin sekolah gak pernah nyediain kado kayak gini, dan... pitanya sama semua artinya dari semua kado ini yang buat pasti satu orang"jelas Soni mewakili Kaivar. Soni tau Kaivar sangat selektive dan peka terhadap hal-hal kecil.

"Pertanyaanya siapa yang lakuin ini ke Gina?"tutur Husain.

"Yang jelas bukan salah satu dari kita, semua anak-anak tetep dikantin pas Gina sana Kaivar keruang kepsek."ujar Soni.

Saat semua terdiam, memikirkan teori masing-masing. Geva berjalan ke loker Gina. Kerena Gina masih baru lokenya masih kosong namun, sudah ada tanda kepemilikan di sana.

"Lihat, semua pitanya seperti pita bekas. Simpulnya pun berbeda, tandanya orang ini cepet-cepet buatnya,"ucap Geva, setelah menata semua kotak itu di lantai.

"Trus..."tanya Husain.

"Bisa jadi orang yang lakuin ini ada di sekitar kita."ucap Gina.

Beberapa dari mereka termasuk Geva sendiri menatap Gina intens. Perkataan Gina cukup masuk akal.

"A-- aku salah ngomong ya?"tunjuk gina pada dirinya sendiri.

"Na, luka di dagu lo sejak kapan?"tanya Geva.

"BERDIKARI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang