Peluang

69 7 8
                                    

Zaron memandang lekat perempuan di hadapannya yang terasa begitu asing. Berkali-kali kepalanya mencoba mengingat, namun gagal. Dia sama sekali tak dapat mengenali perempuan itu.

"Pertemuan kita memang nggak berkesan ya Ron? Bahkan lo sama sekali nggak ingat siapa gue," ucap perempuan itu terkekeh kecil berusaha menyembunyikan kegetirannya.

"Sorry?" jawab Zaron merasa bersalah. Zaron harap perempuan itu mau mengenalkan diri lagi agar membantu Zaron mengingat.

"Wajar sih Ron, gue cuman perempuan bodoh yang dengan kebodohannya malah berharap sama laki-laki kaya lo. Lo dengan segala kesempurnaan yang lo punya, sedangkan gue hanyalah perempuan yang punya banyak kekurangan. Ibarat kata, lo itu kayak bintang berada di atas langit sana dan gue cuman bisa menikmati keindahan lo di atas tanah," kata perempuan itu dengan wajah sendunya. Perempuan itu melihat ke arah tautan tangan Zaron dan Salfira, hal itu membuatnya tersenyum miris.

Melihat arah pandang perempuan itu membuat Salfira tersadar, dia segera melepaskan tautan tangannya dengan Zaron. Salfira menatap keduanya dengan pandangan bingung. Sementara Zaron hanya memasang wajah datarnya, ekspresinya sulit dibaca.

"Kenapa lo memosisikan diri lo di atas tanah? Kenapa nggak di bawah tanah?" tanya Zaron santai. Dia geli sendiri mendengar penuturan perempuan itu, bagi Zaron terlalu dramatis.

"Zaron!" Tegur Salfira.

"Oke, maaf. Koreksi kalau gue salah, lo Belinda temannya Danis yang selebgram kan?" tanya Zaron memastikan. Dia mulai ingat sekarang.

"Gue kira lo nggak akan ingat gue sama sekali, Ron," ucap Belinda, si perempuan itu.

"Maaf gue sempat lupa. Tapi, lo nggak perlu merendahkan diri lo dengan kata-kata kaya tadi cuman buat dapat simpati dari gue," kata Zaron tegas.

"Gue nggak bermaksud menarik simpati lo, Ron. Gue cuman mau mengungkapkan hal yang masih mengganjal di hati gue. Lagian lo nggak perlu khawatir, gue nggak akan ganggu lo dan cewek lo," ucap Belinda melirik sekilas ke arah Salfira. Lirikan itu malah membuat Salfira terkejut. "Gue sekarang sudah dapat laki-laki yang mau menerima gue apa adanya. Walaupun dia hebat, dia pemegang beberapa perusahaan besar dan anak pejabat daerah. Tapi, dia mau menerima gue dan memperlakukan gue dengan baik," sambung Belinda, lewat matanya dia menatap ke arah laki-laki yang tengah berjalan menuju ke arah mereka.

"Oh, ya syukur deh. Kalau begitu kita duluan ya? Kasihan cewek gue sudah lapar," pamit Zaron, dia tak ingin berlama-lama berbicara dengan perempuan bernama Belinda itu. Belinda menjawab dengan anggukan. Sedangkan, Salfira menatap tajam Zaron yang sama sekali tidak dipedulikan laki-laki itu.

***

"Apa sih lo? Pakai bilang gue cewek lo," protes Salfira tak terima. Zaron hanya terkekeh, sudah menduga tanggapan Salfira sebelumnya.

"Kok lo marah ke gue? Dia yang berasumsi pertama kali loh," elak Zaron.

"Ya lo kenapa ikut-ikutan, Zaron? Dengan lo kaya begitu lo malah membenarkan asumsi dia," Salfira masih melayangkan protesnya.

"Ya sudah, kita turun lagi deh. Itu anaknya masih di warung sama cowoknya, kita klarifikasi," ucap Zaron santai, dia berusaha melepas seat bealt yang sudah melekat di tubuhnya.

"Ish! Nggak perlu," ketus Salfira menghentikan pergerakan Zaron.

Zaron tertawa pelan melihat respon Salfira. Zaron menghadapkan tubuhnya ke arah Salfira, sebelum berkata, "Iya, gue minta maaf kalau itu buat lo nggak nyaman. Gue nggak ada maksud apa pun, cuman biar cepat saja tadi. Maaf ya?" Zaron menyodorkan jari kelingkingnya.

Salfira mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Zaron. Sebagai sebuah tanda perdamaian. Sebenarnya Salfira tak benar-benar marah, dia memahami kondisi Zaron. Walau dengan ketenangan yang laki-laki itu tunjukkan, tapi masih terlihat jelas Zaron begitu tidak nyaman berada di situasi itu. Salfira hanya terkejut dengan kespontanan Zaron, laki-laki itu dengan santainya mengklaim Salfira sebagai pacarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang