🌷🌷🌷
Matahari naik ke peraduan.
Dua mata Anin terbuka. Entah ini jam berapa. Tadi selesai Subuh ia dan Atlas tidur kembali karena kelelahan
"Mas," bisik Anin. Sedangkan Atlas terlihat masih tidur.
"Mas bakal ngelakuin apa pun yang aku mau, kan?" tanya Anin menagih janji Atlas semalam lantaran kemarin gagal membawanya untuk memetik stroberi
"Kenapa emangnya?" Walau matanya tertutup, Atlas tetap menjawab pertanyaan Anin pertanda bahwa ia tak benar-benar tidur.
"Aku mau minta sesuatu ...."
"Apa, Sayang."
"Aku pengin beli kuda."
Dua mata Atlas akhirnya terbuka meski tak sepenuhnya karena masih dilanda rasa kantuk. Permintaan Anin lumayan mengejutkan dirinya.
Apa ini permintaan calon anaknya lagi?
"Buat apa sih, sayang? Kamu mau pelihara kuda? Jangan aneh-aneh begitu."
Atlas kembali menutup mata, ditariknya selimut untuk menutupi tubuhnya bersama Anin. Di luar juga hujan, membuat orang-orang merasa malas untuk melakukan aktivitas.
Anin berusaha membuat mata Atlas terbuka lagi dengan cara menaikan turunkan kelopak mata Atlas
"Buat apa? Kamu tanya buat apa? Ya karena aku pengin lah, Mas."
"Udah, jangan aneh-aneh gitu. Siapa yang mau pelihara kudanya nanti. Kalau kita gak bisa urus kudanya, kasian juga sama kudanya." Kata Atlas, matanya memang masih tertutup tapi tangannya menarik tubuh Anin untuk semakin dekat dengannya. Dipeluknya Anin hingga hembusan napas merekapun saling terdengar.
"Aku bakal kabulin apa pun itu asalkan wajar, sayang."
Wajah Anin berubah cemberut. Tapi tidak bisa marah lantaran pelukan yang Atlas berikan lebih menenangkan dirinya.
Kening Atlas mengkerut merasakan pergerakan di bawah sana. Perutnya dan perut Anin menempel hingga dia bisa merasakan pergerakan bayi yang ada di dalam perut Anin.
Tangan Atlas meraba permukaan perut Anin. Gerakannya semakin kentara dirasakan.
"Kenceng banget tendangannya. Ini gak sakit?"
Anin menggelengkan kepalanya.
"Mending sekarang kita beli perlengkapan buat bayi kita."
"Yaudah, ayo. Kamu mandi dulu."
"Tapi aku minta sesuatu dulu."
"Minta sesuatu?"
"Heem"
"Apa?"
Atlas menunjuk bibirnya. Dua bola mata Anin membulat mengetahui permintaan Atlas.
"Sana, mandi dulu."
"Cium dulu, sebentar aja."
Anin menarik kelapanya kebelakang hingga jauhbdari wajah Atlas, berkali-kali Anin menelan ludahnya
"Harus dipaksa dulu ini."
Atlas memegang kedua pipi Anin dan tanpa aba-aba dia berhasil membuat bibir Anin mendarat di bibirnya. Kecupan pun tidak bisa dihindari.
"Mas!" Teriak Anin, Atlas bergerak tawa kemudian berlari ke kamar mandi.
Anin memegang bibirnya dan tersenyum. Pipinya merah dan telinganya terasa panas. Ternyata dia bisa sampai di posisi seperti ini. Diperlakukan manis dan dicintai oleh Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Atlas
RomancePada akhirnya seleksi alam perihal jodoh memang benar adanya. Yang tak pernah Allah takdir untuk berjodoh memang akan tersingkirkan dengan sendirinya. Pun sebaliknya, yang berjodoh akan tetap dipersatukan meski harus banyak melibatkan luka dan air m...