Anin tersenyum melihat chatingannya bersama Atlas. Semenjak Anin hamil Atlas terus berproses untuk menata hatinya hingga akhirnya perlahan bisa mencintai Anin. Meski Anin sadar bahwa rasa cinta yang Atlas miliki padanya belum sebesar rasa cinta Atlas pada Alina.
Tapi setidaknya dengan terbukanya hati Atlas adalah hal yang paling luar biasa yang terjadi dalam rumah tangga mereka. Atlas sangat bersemangat dan ingin tahu setiap perkembangan anaknya.
Dulu ketika awal kehamilan Anin, Atlas masih mencoba menghubungi Alina meski tidak pernah mendapatkan respon apa pun. Hingga suatu ketika Atlas mengatakan bahwa dia ingin mengakhiri hubungan dengan Alina dan tidak akan pernah lagi menghubungi Alina. Atlas berjanji akan fokus pada calon anaknya yang akan segera lahir.
"Anin, mama udah pesenin makanan buat makan malam kamu sama Atlas. Jadi jangan masak lagi. Sementara, bibik yang ada di rumah mamah suruh ke sini sampai kamu dapetin pengganti asisten rumah tangga kamu yang berhenti ya."
"Lho, terus nanti mama gimana? Mama pasti bakal capek beresin rumah."
"Ada papa yang bisa bantu Mama, sayang. Arga juga bisa kok kalau soal masak. Jadi jangan khawatir. Yang paling penting itu kamu. Kamu nggak boleh kecapean, ini demi calon cucu Mama."
Anin tersenyum haru. Selain rasa cintanya pada Atlas yang dulunya bertepuk sebelah tangan, sang mertua adalah salah satu alasan Anin untuk bisa mempertahankan rumah tangannya bersama Atlas.
Memiliki ibu mertua yang baik, membuat Anin yakin untuk bertahan lantaran dia bisa mendapatkan bantuan dari mertuanya untuk menasehati suaminya.
Bagi Anin, ibu mertuanya adalah ibu mertua yang selalu didambakan banyak perempuan di luar sana.
"Atlas pulang jam berapa katanya?"
"Sore, Ma. Ini barusan aku chat Mas Atlas."
"Yaudah, Mama pulang dulu ya. Soalnya sore ini Mama mau ketemu sama teman-teman arisan Mama."
"Iya, Ma. Makasih lho mama udah bela-belain datang ke sini nganter sup buahnya. Nggak tau kenapa tadi emang pengen banget."
"Iya, sayang. Namanya juga ngidam, justru mama seneng bisa penuhin kemauan calon cucu Mama."
Anin tertawa pelan
"Yaudah, Mama pamit dulu. Palingan nanti malem bibik di anterin sama Arga."
"Iya, Ma. Semoga nanti mas Atlas bisa dapetin asisten rumah tanggangga ya g baru, biar bibik cepat balik ke Mama."
"Iya, nggak usah khawatir." Indi memeluk Anin selma beberapa detik hingga akhirnya pergi. Anin yang berdiri di teras rumah hanya bisa melambaikan tangan ketika mobil sang mertua mulai menjauh keluar dari pekarangan rumahnya.
🌷🌷🌷
"Aku pikir, aku bakal baik-baik aja Atlas. Tapi ternyata aku tetap hancur."
Alina mengusap layar ponselnya yang menampilkan fotonya bersama Atlasbyang tengah tersenyum manis.
Melupakan seseorang yang telah menyakiti saja masih sulit, apalagi melupakan seseorang yang tidak pernah memberikan luka. Rasanya seperti dipaksa menelan pecahan beling setiap hari.
"Tapi nggak apa-apa, Atlas. Setidaknya aku udah bisa lihat kamu bahagia itu udah cukup buat aku. Itu artinya kamu bisa melanjutkan hidup dan cita-cita kamu meski bukan aku yang mendampingi kamu."
Kemarin Alina sempat melihat postingan Atlas yang memperlihatkan foto USG calon anaknya. Itu artinya Atlas sudah bisa menerima Anin hingga sekarang mereka akan memiliki seorang anak.
Alina akan terus berdoa semoga Atlas dan Alina terus bahagia.
"Kenapa masih diliatin kalau ternyata Lo itu masih cinta sama dia."
Suara seseorang mengagetkan Alina, dia langsung menoleh ke samping dan melihat Becca--sahabatnya.
"Buat apa mikirin orang lain kalau ternyata lo sendiri menderita? Lo memberikan kebahagiaan buat orang lain tapi bikin diri Lo sendiri menderita. Kalau Lo aja nggak bisa adil sama diri lo sendiri, gimana orang lain bisa bersikap adil sama Lo?"
"Bec, aku itu mencintai Atlas tulus. Terkadang nggak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita. Mau sekeras apa pun aku menentang skenario Tuhan, aku nggak akan bisa kalau Tuhan bilang bukan aku yang ditakdirkan untuk Atlas."
"Lo yakin apa yang lo ucapin itu sesuai sama isi hati Lo?"
"Kenapa enggak? Aku bisa lihat kalau sekarang Atlas jauh lebih bahagia. Kalau aku terus berusaha menentang takdir aku, aku bakal capek sendiri."
Becca tertawa sarkas, seperti tidak percaya ucapan Alina.
"Sekarang aku tanya sama kamu. Apa yang kamu rasain saat aku sama Atlas jadian? Padahal dulu kamu begitu mencintai Atlas.'
Ucapan Anin berhasil membuat Becca bungkam
Dulu, dia begitu mencintai Atlas. Saat memasuki sekolah menengah atas dia sudah jatuh hati dengan Atlas ketika pertama kali bertemu.
Saat itu dia sedang dihukum ketika masa orientasi siswa, sayangnya ketika menjalani hukuman dia tidak berhati-hati hingga nyaris terluka kalau bukan Atlas yang menolongnya.
Ya, saat itu Becca diminta untuk mengambil bola yang diletakkan di atas pohon saos. Pohonnya tidak terlalu tinggi jadi sebetulnya Becca bisa mengambilnya dengan gampang. Tapi sayangnya karena tidak hati-hati kakinya tergelincir dan jatuh dari pohon.
Kalau bukan Atlas yang menangkap tubuhnya dari bawah, mungkin dia sudah mengalami patah kaki atau patah tangan karena jatuh ke tanah yang keras.
Semenjak kejadian itu doa terus dipertemukan dengan Atlas secara tidak kebetulan. Hingga Becca memberikan diri untuk meminta bantuan Alina sahabatnya untuk membuatnya bisa dekat dengan Atlas. Karena semasa SMP dulu Alina selalu berhasil membuat orang jadian hingga Alina diberikan gelak 'Mak Jomblang'.
Sayangnya Alina malah berkhianat dan memilih berpacaran dengan Atlas.
Ingin sekali rasanya Becca membalas sakit hatinya pada Alina karena telah dikhianati. Tapi sayangnya Becca belum punya waktu yang pas untuk menghancurkan Alina.
Becca ingin Alina hancur karena dibenci oleh Atlas, tapi dari dulu dia selalu gagal karena Atlas terlihat begitu mencintainya.
"Kenapa kamu diem?"
"Yaa awalnya aku emang kaget dan kecewa, tapi mau gimana lagi kalau Atlas mau ya sama kamu. Lagian itu kan beda cerita, aku sama Atlas belum sempat pacaran dan aku juga lepasin Atlas buat sahabat aku sendiri. Sedangkan kamu? Kamu sama Atlasbudah menjalin hubungan bertahun-tahun dan lepasin Atlas gitu aja buatborang lain. Jadi menurut aku kamu itu bodoh."
"Anin itu orang yang baik dan aku nggak pantes nyakitin dia. Dia jauh lebih berhak milikin Atlas ketimbang aku, Bec."
"Yaudah kalau gitu hapus semua foto-foto Atlas. Apa kamu bisa? Kalau kamu nggak bisa, artinya kamu bohongin diri kamu sendiri."
Alina tersenyum getir. Dia bisa saja menghapus semua hal tentang Atlas. Tapi memori yang ada di otaknya mustahil menghapus Atlas. Karena bagaimana pun dia akan terus abadi di dalam sana dan akan terus menjadi kenangan paling indah yang pernah dia miliki
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Atlas
RomansaPada akhirnya seleksi alam perihal jodoh memang benar adanya. Yang tak pernah Allah takdir untuk berjodoh memang akan tersingkirkan dengan sendirinya. Pun sebaliknya, yang berjodoh akan tetap dipersatukan meski harus banyak melibatkan luka dan air m...