🌷🌷🌷
Indri melangkahkan kakinya memasuki area pemakaman, sudah hampir tiga bulan lamanya Indri tidak mendatangi makam sang ibu.
Setiap kali menginjakkan kaki di sini, Indri selalu teringat momen menyakitkan tentang masa lalunya dulu.
Dulunya Indri adalah seorang anak yang bahagia. Memiliki ayah dan ibu yang menyayanginya. Indri pikir ayahnya betul-betul menyayanginya. Tapi ternyata Indri salah, seseorang yang memberikan luka paling dalam justru adalah ayahnya sendiri.
Tidak pernah terpikirkan oleh Indri bahwa ayahnya akan berselingkuh dan memiliki anak dari wanita lain.
'Ayah. Akhirnya Ayah pulang juga. Indi kangen banget sama Ayah."
Indri yang saat itu berusia lima tahun berlari mendekati sang ayah yang baru saja turun dari mobil.
Tidak seperti biasanya, ketika bertemu sang ayah pasti akan langsung menggendongnya. Tapi sekarang dia malah diabaikan begitu saja
"Ibu kamu di mana? Udah pulang dari kantornya?"
Indri mengangguk
"Sudah Ayah. Ibu lagi di dalam."
"Ayah ...."
Pandangan Indri yang awalnya menengadah melihat sang ayah kini beralih pada sumber suara. Seorang anak perempuan dengan rambut dikuncir dua turun dari mobil.
Kening Indri mengkerut melihat anak perempuan yang sebayanya turun dari mobil ayahnya.
Kenapa anak perempuan itu memanggil ayahnya dengan sebutan ayah juga?
"Kata mama cepatan Ayah."
"Kamu siapa? Kenapa panggil ayah aku ayah?"
"Aku Isyana. Kamu salah! Ini ayah aku!"
Isyana mendekati ayahnya dan mendorong tubuh Indri hingga jatuh ke atas tanah. Tangan Indri terluka, ia menangis tapi ayahnya tak berkutik sama sekali.
"Ayah dia jahat, dia dorong aku."
"Udahlah, nggak usah cengeng Indri. Dia dorong kamu pelan, kamu aja yang lemah. Dia ini saudara kamu, anak ayah juga."
Bibir Indri bergetar, tangan mulai keluar dari bibirnya.
Kenapa ayahnya jadi begini? Apa dia melakukan kesalahan?
"Mas, bisa cepat gak? Aku udah males di sini. Nanti kamu malah berubah pikiran lagi. Kamu nggak males apa berhubungan sama calon mantan istri kamu."
"Indri, kamu berikan ini ke ibu kamu. Jangan lupa, kasih kunci mobil ini juga."
Lelaki itu memberikan amplop cokelat bertuliskan pengadilan agama dan juga kunci mobil.
"Kamu di sini aja sama ibu kamu. Ayah nggak bisa ajak kamu, ayah juga punya anak. Selama ini ayah udah manjain kamu selama lima tahun, sekarang gantian. Isyana juga harus mendapatkan kasih sayang ayah."
Tangisan Indri semakin pecah ketika melihat sang ayah menggendong anak perempuan yang katanya bernama Isyana itu. Dia melihat sang ayah pergi semakin jauh hingga hilang dari pandangan matanya.
Indri berjongkok di depan makan sang ibu.
"Maaf, Bu. Aku baru datang. Kali ini aku sendiri, aku nggak bawa Arga dan Atlas, aku juga gak bawa suami aku. Aku pengen sekarang kita ngobrol berdua aja, Bu."
Indri mengusap air matanya.
"Andai aja ibu ada di sini sekarang. Pasti ibu bahagia banget lihat cucu-cucu ibu udah besar. Bahkan Atlas bakal punya anak, Bu. Ibu bakal punya cicit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Atlas
RomancePada akhirnya seleksi alam perihal jodoh memang benar adanya. Yang tak pernah Allah takdir untuk berjodoh memang akan tersingkirkan dengan sendirinya. Pun sebaliknya, yang berjodoh akan tetap dipersatukan meski harus banyak melibatkan luka dan air m...