Anin masuk ke dalam kamar membawa segelas susu hangat untuk Atlas. Ketika dia sampai di dalam kamar ia sama sekali tak menemukan keberadaan Atlas.Kening Anin mengkerut, apa Atlas pergi lagi?
Namun ia langsung mendapatkan jawaban ketika mendengar decitan air dari dalam kamar mandi, itu artinya Atlas ada di dalam sana.Helaan napas pelan keluar dari mulut Anin. Menunggu selama beberapa saat Atlas pun keluar dan sudah berganti pakaian.
Anin yang saat itu duduk di pinggiran kasur pun langsung berdiri dan memberikan segelas susu hangat untuk Atlas.
Merasa kedinginan karena habis mandi akhirnya Atlas pun meminum susu yang ada di tangannya. Lumayan bisa menghangatkan tenggorokan dan rasa hausnya karena lelah mencari keberadaan Alina.
Segelas air susu hangat itu telah habis Atlas minum, lelaki itu perlahan berjalan mendekati ranjang dan duduk di sana.
Diikuti oleh Anin yang kini duduk di samping Atlas. Anin sengaja mengenakan pakaian tipis agar hal itu ikut memancing Atlas. Lelaki itu menoleh dan menyadari perbedaan sang istri, tak hanya itu aroma parfum juga langsung memasuki cuping hidung Atlas yang mendadak gairahnya mencuat. Pria itu menelan liur seiring dengan senyuman yang Anin lemparkan padanya.
Dengan keadaan jantung yang berdebar, Anin memberikan diri untuk menggenggam tangan Atlas. Atlas pun tidak komentar apa pun atau bahkan menjauh dan memalingkan muka. Sampai akhirnya Anin merasakan sentuhan di pipi, dan itu adalah sentuhan tangan milik Atlas.
Dua bola mata mereka saling bertemu dan Anin bisa melihat bagaimana Atlas menatapnya dengan intens.
Mata Anin memejam. Dua tangan mengepal menahan debar di dada. Apa mungkin obat yang sudah ia tuangkan ke dalam susu tadi langsung bereaksi? Apa Atlas sudah ada dalam pengaruh obat itu?
Andai tindakan ini murni dalam lubuk hati Atlas, Anin pasti akan sangat bahagia, tapi tak apa ini dilakukan secara terpaksa sekali pun. Sebab Anin sudah kehilangan cara untuk meluluhkan hati Atlas. Mungkin dengan begini Atlas bisa berubah dan perlahan mau membuka hati untuk mencintanya.
Akhirnya dua bibir mereka bertemu, Atlas menciumnya dengan penuh hasrat dan gairah. Apa pun alasannya, Anin tetap menikmati hingga akhirnya Atlas berhasil membuat tubuhnya jatuh ke permukaan kasur. Keduanya berhadapan sangat intim dan Atlas sudah tak tahan menumpu gejolak seksualnya sebagai lelaki normal.
Semuanya akan dimulai sekarang.
Malam itu akhirnya terjadi.
Malam yang seharusnya sudah mereka lakukan sejak hari pertama menikah.
Malam yang menjadi awal bersatunya dua raga dalam ikatan halal bernama pernikahan.
Air mata Anin menetes, ia telah sepenuhnya memberikan segalanya kepada Atlas dengan risiko tanpa dicintai.
Keputusasaan dan jalan buntu membuatnya mengambil jalur lain.
Karena ini satu-satunya cara agar mereka bisa terikat. Anin sudah tidak punya waktu banyak.
Ternyata semuanya berjalan lancar tanpa kendala.
Tandanya Tuhan rida dan merestui, 'kan?
Begitu selesai melakukan sesuatu yang lumrah bagi sepasang suami istri Atlas jatuh tertidur karena lelah. Sedangkan Anin yang masih sadar membalikan tubuh membelakangi Atlas. Keduanya dalam keadaan tanpa busana. Semoga saja, semoga saja apa yang dia harapkan sungguh terjadi.
🌷🌷🌷
Sayup-sayup telinga Atlas mendengar suara adzan berkumandang sehingga membuat kedua bola matanya terbuka. Saat itu juga Atlas melihat sosok Anin yang tengah tidur membelakanginya. Atlas terkejut dan refleks mengubah posisi yang awalnya tidur menjadi duduk.
Lelaki itu terdiam selama beberapa saat setelah menyadari sesuatu saat tubuhnya tak mengenakan busana, jantung Atlas berdegup sangat kencang saat dia mengingat apa yang sudah dia lakukan tadi malam bersama Anin. Dia sudah tidur bersama Anin.
Berkali-kali Atlas menelan air liur dengan susah payah, bingung mengapa dia bisa melakukan hal seperti itu pada Anin. Meskipun Anin adalah istrinya, tetap saja Atlas yakin bahwa dirinya tidak mungkin melakukan hal itu tanpa rasa cinta.
Tapi, kenapa semuanya bisa terjadi begitu saja? Kenapa dia tidak bisa menahan diri tadi malam?
Tak lama Atlas merasa pergerakan Anin, perempuan itu terlihat membuka kedua bola matanya dan ikuti menegakkan tubuhnya.
"Mas, kamu udah bangun?" tanya Anin dengan suara serak, khas orang bangun tidur.
"Apa yang udah kamu lakuin sama aku semalam, Anin. Kenapa bisa begini?" bukannya menjawab pertanyaan Anin Atlas malah balik bertanya.
"Maksudnya?"
"Kenapa kita bisa melakukan hal itu?"
"Kenapa Mas tanya hal itu ke aku? Aku juga gak tahu, Mas sendiri yang melakukannya. Mana mungkin aku nolak keinginan suami aku sendiri."
Atlas mengacak-acak rambutnya frustasi. Ini semua di luar nalar. Dia yakin betul bahwa dia tidak mungkin ada niatan untuk menyentuh Anin, tapi kenapa tadi malam dia malah lepas kontrol dan meniduri Anin? Atlas yakin atas apa yang telah dia lakukan tadi malam karena dia bisa mengingat semuanya.
"Nggak, ini nggak mungkin. Seharusnya ini nggak terjadi, Nin. Seharusnya kamu tolak ajakan aku, seharusnya kamu sadarin aku kalau kita gak seharusnya melakukan itu di saat Alina pergi. Aku harus mencari dia, Anin. Bukan malah melakukan hal seperti ini sama kamu."
Meski telah berulangkali Atlas menyebut nama Alina dan sadar penuh bahwa Atlas mencintai Alina, nyatanya hati Anin masih terasa perih saat suaminya itu melontarkan kalimat seperti itu.
Sebagai perempuan yang sekaligus istri, dia tetap terluka saat suaminya masih memikirkan perempuan lain.
"Udahlah, Mas. Memangnya kenapa kalau hal itu terjadi, bukannya cepat atau lambat aku memang harus melakukannya? Mungkin ini juga udah takdir Tuhan. Allah mau kita memperbaiki rumah tangga kita, Mas. Allah nggak rida kalau kita berpisah, Allah juga gak rida atas hubungan Mas sama Alina. Sekarang, ini semua udah terjadi, Mas nggak perlu nyesel."
Atlas menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Enggak, Anin. Bukan begini, dari awal kita..."
"Mas..." Potong Anin
"Alina udah pergi ninggalin Mas. Ini bukan untuk pertama kalinya. Seharusnya Mas nggak perlu memaksakan keadaan. Sekarang Mas harus pikir, Mas udah nyentuh aku. Gimana kalau seandainya apa yang udah kita lakuin menyebabkan aku hamil? Kalau sampai hal itu terjadi, aku nggak mau kita berpisah, Mas. Aku mau Mas tetap mempertahankan pernikahan kita dan belajar mencintai aku. Bukannya Mas juga bilang kalau Mas mau kasih aku kesempatan? Mungkin dengan kejadian begini, Mas benar-benar harus sepenuhnya kasih aku kesempatan."
Atlas tak bicara apa pun, dia memilih pergi dan masuk ke dalam kamar mandi.
Anin mengembuskan napas, setidaknya dia lega karena Atlas tidak marah besar atas apa yang terjadi. Semoga saja Atlas tidak tahu perbuatannya.
Beberapa menit akhirnya Atlas keluar dari dalam kamar mandi dan sudah berganti pakaian. Pria itu tak bicara apa pun.
"Mas nggak solat?"
"Aku solat di masjid." Kata Atlas dengan nada dingin. Dia mengambil kunci mobil yang tersimpan di atas meja di samping tempat tidur.
Tanpa mengatakan apa pun dia bergegas pergi dan meninggalkan Anin yang masih mematung di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Atlas
RomancePada akhirnya seleksi alam perihal jodoh memang benar adanya. Yang tak pernah Allah takdir untuk berjodoh memang akan tersingkirkan dengan sendirinya. Pun sebaliknya, yang berjodoh akan tetap dipersatukan meski harus banyak melibatkan luka dan air m...