12. Mempertahankan

845 36 1
                                    

Mungkin bagi sebagian orang cara yang aku lakukan adalah cara yang kotor. Tapi dalam pernikahan tidak ada hal yang kotor jika kita ingin mempertahankan apa yang sudah menjadi milik kita

-Anindiya Nazhira-

🌷🌷🌷

"Setelah menikah sama Anin dan menghabiskan waktu hampir dua puluh empat jam setiap harinya, apa ada sifat Anin yang gak kamu sukai?" tanya Ibra---ayah Anin. Lelaki itu hanya ingin memastikan apakah Atlas mampu menerima Anin jika lelaki itu melihat kekurangan Anin sebagai seorang istri.

Mendengar pertanyaan dari mertuanya, Atlas langsung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Menurut Atlas, selama dia mengenal Anin, Anin adalah perempuan yang baik. Tidak ada alasan bagi Atlas untuk tidak menyukai sifatnya. Bahkan jika dibandingkan dengan dirinya, Anin justru lebih baik.

"Syukurlah. Anin memang anak yang baik. Papa nggak bermaksud melebih-lebihkan, tapi dari dulu Anin memang begitu. Dia juga sangat sederhana padahal dia bisa membeli apa pun yang dia mau. Papa harap kamu tidak akan pernah menyakiti anak Papa."

Ekspresi Atlas datar. Apa jadinya kalau orang tua Anin tahu apa yang sudah dia lakukan pada Anin.

Atlas melihat bahwa kedua orang tua Anin itu sangat menyayangi Anin.

"Kelak kalau kamu sudah punya seorang anak, pasti kamu bisa merasakan betapa takutnya kamu ketika anak kamu memiliki pasangan yang salah. Itu sebabnya Papa memilih untuk setuju menjodohkan kalian. Karena Papa sudah mengenal baik keluarga kamu, Atlas. Orang tua kamu nggak mungkin salah mendidik anak-anaknya. Dan Papa sangat yakin, kamu tidak mungkin menyakiti Anin."

"Anin ada di kamar kan, Pa?" tanya Atlas. Dia juga sengaja mengalihkan pembicaraan. Atlas tidak ingin pertanyaan sang mertua semakin membuatnya merasa terjebak.

Belum saatnya mereka tahu semuanya. Atlas berjanji jika suatu saat dia menceraikan Anin. Dia akan berusaha mencari cara untuk tidak menyakiti Anin atas perceraian mereka.

"Iya, ada di kamar. Kamu samperin aja."

Atlas menganggukkan kepalanya dan pamit untuk menemui Anin yang ada di kamar.

Atlas membuka pintu dan mendapati Anin yang sedang mengobrol bersama sang mamanya di sana.
Pembicaraan Anin dam mamanya itu pun terhenti karena kedatangan Atlas.

Farah mengembangkan senyuman ketika melihat kedatangan menantunya. Farah sudah tahu kalau Atlas datang untuk menjemput Anin pulang bersamanya.

Padahal Farah masih ingin menghabiskan waktu bersama anak semata wayangnya. Namun bagaimana pun Farah sadar bahwa sekarang Anin sudah menjadi milik Atlas. Lelaki itu berhak membawa Anin kemana pun yang dia mau

"Kamu mau jemput Anin? Apa nggak sebaiknya nginep aja?" tanya Farah pada Atlas.

"Kayaknya gak usah deh, Ma. Besok aku juga harus kerja, 'kan? Sementara aku gak bawa baju ganti."

"Yaudah, tapi kalian makan malam dulu di sini. Mama masak dulu kamu bisa istirahat sebentar. Pasti capek, kan?"

"Lumayan, Ma."

Farah akhirnya keluar dari kamar dan hanya meninggalkan Atlas dan Anin berdua.

Atlas membawa langkahnya hingga mendekat ke Anin yang tengah duduk di pinggiran ranjang. Lelaki itu pun akhirnya ikut duduk di samping Anin.

"Kenapa nggak istirahat di rumah aja? Kamu masih butuh istirahat, 'kan?"

"Aku udah baik-baik aja kok, Mas. Aku cuma kangen sama Mama. Makanya aku ke sini."

Dear Atlas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang