Hari-hari berlalu, dan Aluna mulai menjalani proses pemulihan. Meski rasa sakit di perutnya masih terasa, semangatnya untuk hidup semakin membara. Daniel tidak pernah meninggalkannya, selalu ada di sampingnya, memberi dukungan dan cinta yang tak tergoyahkan. Setiap hari, dia datang dengan senyuman dan cerita-cerita lucu yang membuat Aluna merasa lebih baik.
Suatu sore, saat Aluna merasa sedikit lebih baik, dia mendengar suara lembut dari sebuah biola yang dimainkan di luar kamarnya. Melodi itu mengalun dengan indah, menyentuh hatinya. Dia mengenali suara itu—Daniel. Dengan perlahan, dia meminta izin untuk duduk di tepi ranjang dan mendengarkan.
“Daniel,” panggil Aluna, suaranya bergetar. “Apa itu?”
Daniel menoleh, senyumnya merekah. “Itu aku, Luna. Aku hanya ingin memainkan sedikit musik untukmu,” jawabnya, lalu melanjutkan permainan.
Aluna menutup matanya, membiarkan setiap nada mengalir ke dalam jiwanya. Melodi itu penuh dengan emosi, menggambarkan setiap rasa sakit dan harapan yang dia rasakan. Setiap petikan biola seolah membawa Aluna ke tempat di mana tidak ada rasa sakit, hanya ada cinta dan kebahagiaan.
“Ini adalah lagu yang aku ciptakan untukmu,” kata Daniel setelah selesai memainkan melodi. “Aku ingin kau tahu betapa berartinya dirimu bagiku. Musik ini, aku dedikasikan untuk perjalanan kita bersama.”
Aluna membuka matanya, air mata mengalir di pipinya. “Daniel, itu indah. Aku bisa merasakan setiap emosi yang kau masukkan ke dalamnya. Terima kasih... terima kasih sudah selalu ada untukku.”
Daniel tersenyum lembut. “Aku akan selalu ada, Luna. Karena aku mencintaimu. Dan aku ingin melihatmu kembali menari, seperti dulu.”
Mendengar kata-kata itu, hati Aluna dipenuhi dengan harapan. “Aku ingin menari lagi. Aku ingin merayakan hidupku, merayakan cinta kita.”
“Kalau begitu, setelah kau sembuh, kita akan berlatih bersama,” kata Daniel, penuh semangat. “Aku akan mendampingi setiap langkahmu, dan kita akan menciptakan sesuatu yang indah bersama.”
Aluna mengangguk, merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. Dia tahu bahwa meskipun perjalanan ini penuh dengan tantangan, dia tidak sendirian. Dia memiliki Daniel di sampingnya, memberikan dukungan dan cinta yang tak tergoyahkan.
---
Setelah beberapa minggu, Aluna akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Meskipun masih dalam proses pemulihan, dia merasa lebih bersemangat untuk melanjutkan hidupnya. Dengan dukungan Daniel, mereka berdua kembali ke studio tari yang telah lama ditinggalkan.
Begitu memasuki studio, Aluna merasakan nostalgia. Aroma kayu dan lantunan musik mengingatkannya pada semua momen berharga yang telah dia lalui di tempat ini. Namun, kali ini, dia bertekad untuk melakukannya dengan semangat baru.
“Luna, ayo kita mulai!” seru Daniel, menyemangatinya. “Kau pasti bisa!”
Aluna mengangguk, menatap cermin besar di depannya. Dia mengangkat tangan dan mulai bergerak, pelan namun pasti. Dia merasakan setiap gerakan, membiarkan tubuhnya mengalir dengan irama. Daniel duduk di sudut, memegang biolanya, siap untuk mengiringi setiap langkah Aluna.
Ketika Aluna mulai menari, Daniel mulai memainkan melodi yang lembut. Melodi yang sama seperti yang dia mainkan di rumah sakit. Aluna merasakan energi positif mengalir dalam dirinya. Setiap gerakan, setiap langkah, dia menggambarkan harapannya, kesedihannya, dan semua yang dia rasakan.
“Bagus, Luna! Itu sangat indah!” seru Daniel dengan penuh semangat saat Aluna berputar dengan anggun.
Aluna terus menari, merasakan setiap nada yang mengalun dari biola Daniel. Dia merasa seolah dia terbang, meninggalkan semua beban yang pernah menghantuinya. Di sinilah tempatnya, di tengah melodi dan gerakan yang saling berpadu.
Setelah beberapa saat, mereka berdua berhenti, bernafas berat tetapi bahagia. “Kau luar biasa, Luna,” kata Daniel, senyum puas menghiasi wajahnya. “Kau membuatku bangga.”
Aluna tersenyum, merasakan rasa syukur yang mendalam. “Semua ini karena kamu, Daniel. Tanpamu, aku tidak akan bisa berada di sini.”
Daniel menatapnya dengan penuh cinta. “Kita akan terus melangkah bersama. Tidak ada yang bisa menghentikan kita.”
---
Dengan semangat yang baru, Aluna bertekad untuk melanjutkan hidupnya. Dia ingin menari untuk Leo dan untuk dirinya sendiri. Dia ingin mempersembahkan setiap tarian sebagai penghormatan kepada cinta yang telah membawanya melewati segala cobaan.
Hari demi hari, mereka berlatih bersama, menciptakan melodi baru dalam hidup mereka. Aluna menyadari bahwa setiap gerakan yang dia lakukan tidak hanya untuk merayakan hidupnya, tetapi juga untuk mengenang semua yang telah hilang.
Dengan setiap dentingan biola dan setiap langkah tarian, Aluna menemukan kekuatan baru. Dia tahu bahwa meskipun hidupnya dipenuhi dengan ketidakpastian, cinta dan musik akan selalu membawanya kembali ke tempat di mana dia merasa hidup.
Dan di sanalah, di antara alunan melodi Daniel dan gerakan tari Aluna, mereka menciptakan kisah baru—sebuah kisah tentang cinta, kehilangan, dan harapan yang tidak pernah pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni yang Hening
RomanceAluna duduk di lantai studio, mengatur napas "Kadang aku merasa seperti menari di antara bayangan. Setiap gerakan terasa lebih berat dari sebelumnya. Aku hanya ingin sekali lagi merasakan kebebasan itu..." Daniel memainkan biola dengan lembut "Tari...