0.2

351 30 4
                                    

"Academy Exham?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Academy Exham?!"

Jullian cukup terkejut ketika kata Academy Exham keluar dari mulut ayahnya. Bagaimana tidak? Tiba-tiba Carson meminta mereka untuk masuk ke Academy Exham?

Huh? Yang benar saja!

"Hnm, ayah sudah memutuskan, kalian semua, kecuali Joseph dan Vern." ucap Carson santai. Dia duduk bersender di singgasana Naga hitamnya.

"Apa? Kecuali Jo dan Vern?!" lagi, Jullian terkejut. Dia harus berpisah dengan saudara kembarnya? Yang benar saja!

"Oke, Vern dia masih berada di Inggris, tapi Jo? Ayah akan memisahkan aku dengan Jo?" cerca Jullian. Karena bagaimana pun caranya, Jullian akan membawa Joseph.

"Jullian, kamu harus mengerti bagaimana keadaan Joseph, ayah akan mencarikan guru privat untuk Joseph." jelas Carson.

Namun, bukan Jullian jika langsung luluh.

"Gak, aku gak mau, aku gak akan pergi, kalo Jo gak ikut!"

Jullian berbalik, hendak meninggalkan ruangan belajar, namun, suara ayahnya menghentikan langsung Jullian.

"Jullian, ayah takut, ayah takut terjadi sesuatu pada Jo, ayah tidak ingin hal --"

"Aku akan melindungi Jo, meskipun nyawaku sendiri yang menjadi taruhannya." potong Jullian.

***

Suasana makan malam istana sudah selesai, mereka duduk rapi di meja makan yang panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana makan malam istana sudah selesai, mereka duduk rapi di meja makan yang panjang. Carson duduk di kursi kehormatannya, dia menatap anak-anaknya.

"Ayah sudah mendiskusikan ini dengan Jullian, bahwa mulai besok, kalian akan masuk ke Academy Exham." mata Carson menelisik, menatap raut wajah anaknya satu persatu.

"Ayah sudah mendaftarkan kalian semua, dan kalian akan mendapat kelas yang berbeda. Namun, untuk asrama, kalian mendapat satu Paviliun untuk di tinggali bersama." lanjutnya.

"Kenapa Academy Exham? Tempat itu seperti penjara." Shannon memasang raut wajah cemberut. Di banding Academy Exham, dia lebih memilih Academy White Stone.

"Sebenarnya aku setuju dengan Shann," sahut Mikael. Sedikit kejujuran, Mikael agak pemalas.

"Tidak ada bantahan, kalian akan ke sana!" putus Carson.

"Sebaiknya aku tidak akan ikut," ucap Joseph pelan.

Hening.

Suasana langsung hening.

Berdentang!

"Kenapa?! Apa ada hal yang mengharuskanmu untuk tidak ikut?!" Jullian berdiri, menatap tidak suka pada adik kembarnya.

"Kak, tolong tenang, saya masih kenyang, tidak ingin memuntahkan makanan." ujar Shannon, sama sekali tidak Jullian tanggapi.

"Jullian, tenanglah," sahut Carson.

"Kak Jullian, jangan marah dulu," sahut Wilson.

Jullian mengatur nafasnya yang tersegal, namun dia masih berdiri, menatap nyalang ke arah Joseph. Di tatap seperti itu, Joseph menunduk, kedua tangannya saling meremat.

"Aku, aku hanya akan merepotkan kalian di sana, jadi, akan lebih baik jika aku tetap di rumah." jelas Joseph.

Jullian memijat pelipisnya.

"Kak Jo, itu sudah tugas kami, kamu hanya perlu fokus pada dirimu." ucap William.

Dia mungkin pria yang dingin, namun itu tidak berlaku untuk saudaranya.

"Itu benar, kami tidak pernah merasa terepotkan." sahut Wilson yang mendapat anggukan dari Shannon dan Mikael.

"Jo, persetan dengan itu, aku akan melindungimu, sampai titik darah penghabisan!" putus Jullian.

***

Paviliun Valoria, adalah paviliun besar yang terdapat di bagian Utara Istana. Itu adalah Paviliun yang di huni oleh ketujuh putra Carson Maverick.

Mereka saat ini sedang berkumpul, duduk di meja bundar. Satu kursi kosong, karena pemiliknya yang tengah menempuh pelajaran di Negeri Orang.

"Ngomong-ngomong, apakah Vern tahu bahwa ayah memasukkan kita ke Academy Exham?" tanya Mikael. Tidak lucu jika tahun depan Vern tiba-tiba di masukkan ke Academy tersebut.

"Entahlah, aku harap Vern tahu, jadi dia bisa mempersiapkan semuanya sekarang." jawab William.

Jullian mengangguk setuju, "biarkan aku bertanya padanya nanti." ucapnya. Dia melirik adik-adiknya satu persatu, "kalian beristirahatlah, besok kita perlu menempuh perjalanan yang panjang." lanjutnya.

"Baiklah, aku akan tidur, selamat malam Kak Jullian." pamit Mikael, di susul dengan saudara lainnya.

Hanya tersisa Jullian dan Joseph, mereka duduk bersebelahan. Atensi Jullian beralih fokus pada Joseph, dia memegang pundak adik kembarnya. Hanya berbeda beberapa menit, Jullian terlahir sebagai kakak.

"Dengar, jangan khawatirkan apapun, aku, dan saudaramu yang lain akan melindungimu." ucap Jullian, ada senyum di wajah tampannya.

"Aku akan menjaga diri dan lebih berhati-hati,"

Jullian mengangguk.

"Jangan jauh dari kami, dan, jangan pergi sendiri, ajak salah satu dari kami, ya." pesan Jullian. Joseph mengangguk.

-To Be Continued

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang