0.9

127 16 2
                                    

Semua pandangan tertuju pada Declan, mereka baru tahu akan hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua pandangan tertuju pada Declan, mereka baru tahu akan hal itu.

"Apakah itu benar? Sejak kapan itu?" tanya Samuel.

"Hoy, anda berbohong kepada kami?" tanya Jonathan.

"Kami tidak pernah tahu, lalu, bagaimana Harvey tahu?" tanya Deryle.

Declan menghela nafas, sialan Harvey.

"Ya, ya, ya, baiklah, itu benar," ucap Declan.

"Keluarga saya menganalisis obat, membuat pil, dan berbagai ramuan, tapi bukan untuk di jual." jelas Declan.

"Kenapa?" tanya Shannon.

"Kami hanya membuat, ketika menerima pesanan dan jika memiliki keadaan terdesak. Karena membuat pil dan semacamnya membutuhkan proses yang lama untuk kualitas yang bagus."

"Jika begitu, saya ingin meminta bantuan anda," ucap Jullian.

Declan mengangguk.

Jullian menandahkan tangannya, dan sebotol porselen obat muncul. Pil kecil berwarna bening, namun sebenarnya memiliki energi di dalamnya.

"Bisakah anda menganalisis obat ini? Carson mengatakan jika itu di buat oleh orang yang sama, namun sepertinya berbeda karena obatnya sama sekali tidak berfungsi," ucap Jullian.

"Saya akan membantu, besok malam saya akan membawakan hasilnya," ucap Declan.

Jullian tersenyum, "terima kasih," anggukan yang dia dapatkan.

***

Sudah satu minggu, Joseph masih setia tertidur. Dan sepertinya, ini bukan kejadian satu tahun lalu terulang, melainkan kejadian baru yang mereka dapatkan.

"Apa kak Liam sudah ada pulang?" tanya Mikael.

Sejak saat itu, dia belum ada kembali ke Academy. William hanya mengatakan ada sesuatu yang harus saya kerjakan melalui telepatinya.

"Tidak ada, mungkin dia masih mengerjakan sesuatu hal itu," jawab Wilson.

"Saya takut terjadi sesuatu padanya," Mikael tertunduk lesu.

"Dia akan baik-baik saja, Mikael," ucap Jullian menengahi.

"Lalu apakah Kak Jo ada perkembangan?" tanya Mikael.

"Dia sudah lebih baik, hanya menunggu energinya pulih dan Jo akan terbangun."

Mikael mengangguk paham.

Saat itu pintu Asrama di ketuk. Dengan telekinesisnya, Jullian membuka pintu Academy.

Ada Declan dan Mattheus di sana.

"Ada apa?" tanya Wilson.

"Dekan meminta kita semua berkumpul di Aula," ucap Declan.

Jullian, Wilson, Mikael dan Shannon langsung tertuju pada Joseph.

"Saya akan menjaganya," ucap Declan.

"Apakah kamu bisa di percaya?" tanya Jullian, pandangannya menaruh banyak kecurigaan pada Declan.

Declan membungkuk, "kamu bisa mempercayaiku, aku akan menjaganya."

"Apakah kami bisa mempercayaimu?" tanya Jullian, lagi.

Declan mengangguk, "tentu,"

"Dekan sudah memanggil," ucap Mattheus.

"Ah, baiklah, tolong jaga kak Jo, Declan," titah Wilson.

Sebelum itu, Jullian mengeluarkan Hamster dari balik lengannya untuk mengawasi Joseph.

Dia tidak akan mempercayai Declan semudah itu. Ya, Hamster yang dia kirim untuk mengetahui pembicaraan penting di ruangan Ketua Zhou.

***

"Itu sama sekali tidak bagus, Jullian bahkan masih bisa menanganinya sendiri,"

"Ah, apakah aku perlu membuatkannya lagi? Mungkin dengan bahan yang berbeda, saya bisa membuat kekuatannya mengamuk lebih baik dari sebelumnya,"

"Bukan itu, sekarang akan sulit, Jullian pasti akan mencari tahu,"

"Mari kita gunakan cara yang berbeda sekarang,"

"Baiklah, Tuan."

***

Declan duduk di samping Joseph, tangannya terulur menggenggam tangan Joseph. Terasa cukup dingin, ah, lelaki manis di hadapannya ini baru saja melewati antara hidup dan mati.

Energi hangat perlahan Declan keluarkan yang langsung memasuki tubuh Joseph. Declan tersenyum, entah kenapa, dia selalu merasa nyaman berada di dekat pria manis ini.

Pada saat itu, kedua mata Joseph perlahan terbuka, mengerjap perlahan dan pandangannya terfokus pada pria tampan di hadapannya.

-To Be Continued

Halo halo halo~
Double up nih aku,, thankyou for vote and comment guys^^

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang