1. Berantem

284 23 3
                                    

***

Felix lagi makan sama Chris dan anak-anak pengurus OSIS lainnya di kantin, saat Han tiba-tiba datang menghampiri meja mereka sambil lari-larian.

"Chris! Gue telfonin lo nggak diangkat anjir, punya HP nggak guna buang aja!" Han marah-marah sambil numpu badan di lututnya, coba mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Eh, handphone gue-," Chris ngerogoh saku celana, lalu ke saku bagian dalam jas seragamnya. "Lah iya handphone gue di mana yak." Ia berdiri, mengamati sekeliling.

"Ck, dah itu urusin ntar aja. Sekarang lo mending ikut gue, penting!" Han nginterupsi Chris yang lagi menyingkirkan piring-piring di meja, mencari ponselnya.

"Haga sama Don berantem tonjok-tonjokan, cuk!"

"Hah?!"

Han ngomong suaranya kenceng banget, sampai seisi kantin nengok ke arah dia dan nge-hah. Ikut kepo sama berita yang dia bawa.

"Di mana? Yok samperin!" Chris buru-buru mundurin kursi, mengikuti Han yang udah duluan berlari lagi keluar kantin. "Eh! Hanggara! Tungguin dong bro!"

Chris neriakin Han yang udah hilang nggak kelihatan, lalu menoleh ke Felix yang tadinya masih duduk anteng, cuma memperhatikan mereka.

"Lix, lo ikut juga!"

Lah? Felix nunjuk mukanya sendiri sambil pasang muka bingung. "Gue? Ngapain?"

Felix itu Ketua Bidang Olahraga dan Seni (OSE) OSIS. Urusan ada anak berantem begini bukan ranahnya dia. Biasanya yang turun yaa antara Han si Kabid Kedisiplinan atau Chris langsung, si Ketua OSIS.

"Hehe," Chris menggaruk kepalanya cengengasan. "Haga sama Don pada jago gelut, tar kalo gue nggak bisa misahin, lo bantu tendang pala mereka."

Dengar penjelasan itu, Felix merespon dengan pasang senyum terpaksa. Ini bukan pertama kalinya Chris minta Felix ikut menangani kasus berantem, sengaja manfaatin skill sabuk hitam taekwondo-nya Felix.

Dulu, intensitas Felix diikutin melerai anak berantem nggak sesering sekarang. Paling dulu cuma ada ribut-ribut kecil yang bisa selesai cukup di tangan Han.

Tapi, sejak akhir kelas 11 sampai mereka naik kelas 12 ini, hampir seminggu sekali Felix diikutsertakan. Lebih tepatnya, sejak Haga sama Donald yang setau Felix, dulunya sahabat deket banget udah kaya sodara ketemu gede itu, tiba-tiba musuhan.

***

Felix sama Chris sampai di kelas 12 Science B, kelasnya Haga, kelas Felix juga.

Waktu mereka sampai, Han udah ada di tengah-tengah Haga dan Don yang saling melempar tatapan tajam.

Posisinya, Don dipegangin dua orang cowok yang setau Felix anak OSIS juga, Staf Bidang Kedisiplinan. Sedangkan, Haga duduk di lantai, satu tangan megangin pipinya yang lebam dan tangan lainnya dipake nahan badan, masih nggak melepas adu tatapan sama Don.

Meja kursi di kelas itu udah berantakan nggak keatur. Anak-anak kelas ngumpul mengelilingi pusat keributan.

Kalau dilihat-lihat, luka dan lebam di wajah Haga jauh lebih parah daripada Don. Lebam di pipi, darah mengalir di pelipis, bibir sobek. Felix meringis kecil, bisa membayangkan gimana rasa sakitnya.

"Lo bikin gue nggak bisa ikut NBL*, Ga! Bangsat! Lo ngerti ini kesempatan terakhir gue buat buktiin sekolah kita bisa menang NBL!" Don berontak dari dekapan dua Staf OSIS, teriak emosi sambil nunjuk-nunjuk muka Haga. Beberapa anak kelas langsung ikut nahan Don.

Haga mengusap keringat campur darah di mukanya, lalu mencoba berdiri. Setelah berdiri, dia malah jalan mendekat ke arah Don.

"Lo nggak dipilih Coach buat ikut tim NBL tahun ini, itu bukan salah gue, goblok. Main lo jelek. Dua tahun lo bacot doang mau menangin NBL buat kita, nyatanya apa? Nyampe fantastic four aja gue yang nge-carry. Kapten gede bacot doang lo."

Strawberries and Cigarettes - HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang