***
"Pulang sama siapa lo kemaren?"
Felix baru aja ambil napas lega waktu bel break time pertama bunyi dan guru fisika nyelesein kelas. Tiba-tiba mejanya udah digebrak, pelakunya Ayen.
"Oh, my lovely white!" Felix mengabaikan pertanyaan itu dan fokus mau ngerebut kunci mobil yang sangat familiar dari genggaman Ayen di atas mejanya. Tapi dengan lincah, Ayen ngangkat tangannya, menghindar.
"Felix Li Narayana, we need to talk."
"What-?" Nggak sempat ngomong apa-apa lagi, tangan Felix udah ditarik Ayen keluar kelas.
Felix cuma pasrah diseret sambil nyapa temen-temen yang dia kenal di sepanjang koridor kelas 12 Science, turun tangga, keluar gedung, masih jalan nyeberang taman sekolah sampe di perpustakaan. Masuk ke perpustakaan ambil buku sembarangan, dan Ayen baru berhenti narik dia waktu mereka sampai di outdoor space.
Mereka duduk di hamparan rumput yang bersih dan terawat, di bawah kanopi yang teduh, dikelilingi bantal-bantal dan beanbag. Di sekeliling mereka bener-bener nggak ada orang sama sekali, mungkin karena ini baru banget jam istirahat mulai, atau karena pada dasarnya orang males ke perpustakaan meskipun udah disediain tempat se-pw ini.
Ayen duduk sila, maksa Felix buat sila juga ngadep dia.
"So, tell me," kata Ayen, megang erat dua telapak tangan Felix.
"Tell you what?"
"Oh, gosh, don't pretend to be a dumbass, Giovanni Felix," Ayen ngehembusin napas frustasi, "of course about you and The Prince."
Felix ngelepasin tangannya dari genggaman Ayen.
"There's nothing between me and The Prince."
"Lo kemaren balik sama dia, kan? Kok bisa? Gue kirain lo cuma mau nonton dia basket aja? Sejak kapan sedeket itu?"
Felix ngelebarin mata natap Ayen yang ngasih dia pertanyaan beruntun. Belum cukup, Ayen ngelanjutin, "Tadi pagi, lo juga berangkat sama dia, kan?"
"How do you know?"
Kalo case yang pagi ini, mungkin aja Ayen bisa nebak karena dia dan Haga masuk kelas bareng.
Kalo yang kemaren sore, Felix beneran bingung. Kemaren obviously nggak ada Ayen atau siapapun yang dia kenal ngeliat dia pulang bareng Haga, kecuali beberapa anak kelas yang ngeliat mereka keluar kelas bareng, mungkin murid lain di parkiran yang Felix nggak kenal, dan satpam.
Giliran Ayen yang ngelebarin mata natap Felix, abis itu dia ngehembusin napas panjang, kali ini kaya capek dan prihatin.
"Felix, my dearest friend," katanya pelan banget, narik tangan Felix lagi buat dia genggam. "Haga is the school's prince. Ninety percent of this school's residents having a crush on him. Of course, kabar dia nebengin seseorang bakal nyebar lebih cepet daripada kabar dating idol Korea di Dispatch."
Ayen ngasih jeda sejenak dan ngelanjutin. "Lix, gue tau lo banget. Gue nggak pernah liat lo se-salting itu sama cewek atau cowok atau siapapun, kecuali pas gue liat lo berdua sama Haga di kelas kapan hari itu."
Pupil Felix melebar dan pipinya kerasa panas.
"God, ngomongin dia aja sekarang lo blushing, Lix."
"Shit." Iyakah dia se-gampang itu dibaca? Felix nunduk dan nutupin mukanya yang makin panas, malu banget.
"Lo inget grup telegram yang gue ceritain waktu itu nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes - Hyunlix
FanficFelix anak OSIS. Haga anak basket. Di kelas 12 ini, mereka sekelas. or cliche high school story when hj the bad boy meet flx the good boy and their dynamics